EKSISTENSI MUGHAL DI INDIA
I.PENDAHULUAN
Sejarah
Islam di India menurut Harun Nasution terbagi menjadi tiga periode yaitu
periode klasik, periode pertengahan dan periode modern. Awal mulanya kekuasaan
Islam di India muncul pada periode klasik yakni pada masa Bani Umayyah dibawah kekuasaan
Khalifah Walid bin Abdul Malik pada periode
705-715 M.
Dari
ketiga periode tersebut yang paling banyak berperan dalam kekuasaan Islam di
India adalah pada periode pertengahan. Pada periode ini muncul tiga kerajaan
Islam yang besar yakni kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Shafawi di Persia dan
kerajaan Mughal di India. Kerajaan Mughal merupakan kerajaan termuda dari
ketiga kerajaan tersebut, berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan
Shafawi di Persia. Kerajaan Mughal membawa keharuman terhadap sejarah umat
Islam, dimana pada saat itu segenap dunia Islam mengalami kemunduran. Kerajaan
Mughal sempat membuat bangsa lain tercengang, umat lain menjadi segan karena
kegagahan dan kegigihan sultan – sultannya yang membangun suatu kerajaan Islam
di wilayah belahan Timur dunia.
Kerajaan
Mughal merupakan kerajaan islam yang ada di anak benua India, mempunyai ibu
kota yang bernama Delhi. Kerajaan Mughal ini merupakan salah satu peninggalan
dari peradaban Islam di India. Dengan berdirinya kerajaan ini telah menjadi
motivasi untuk membangkitkan kembali peradaban tua di anak benua India yang
nyaris tenggelam dan hilang. India merupakan tempat atau wilayah tumbuh dan
berkembangnya agama Hindu, maka dengan munculnya Kerajaan Islam di India
menyebabkan tenggelamnya peradaban hindu yang memang sudah lama berdiri.
Pada
saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan.
Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang
sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang
dipengaruhi oleh agama Islam.
Agama
Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. Melalui perdagangan. Dalam
keterangan sejarah tahun 871 telah ada orang Arab yang menetap di India. Hal
ini menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri,
masyarakat India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi
adanya sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada
tahun1193 M.
Selanjutnya
untuk lebih jelas mengetahui tentang kebudayaan dan kejayaan Islam di India
maka disusunlah makalah dengan mengambil contoh munculnya kerajaan Islam Mughal
II. PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Kerajaan Mughal
Mughal
merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya,
berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh
Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari
etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India dimulai dengan
penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman Lodi)
dan gubernur Lohere[1]. Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil menundukkan
Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi
1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga
didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum
tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung
dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal
16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput
jatuh ke dalam kekuasaannya.[1]
Penguasa Mughal
setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih dikenal dengan Humayun
(1530-1540 dan 1555-1556 M)[2], puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahanya
tidak stabil, karna banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Bahkan
beliau sempat mengungsi ke Persia karna mengalami kekalahan saat melawan
pemberontakan Sher Khan di Qonuj, tetapi beliau berhasil merebut kembali kekuasaanya
pada tahun 1555 M berkat bantuan dari kerajaan safawi. Namun setahun kemudian
1556 M beliau meninggal karna tertimpa tangga pepustakaan, dan tahta kerajaan
selanjutnya dipegang oleh putranya yang bernama Akbar.
B.
Perkembangan dan Kejayaan Kerajaan Mughal
Masa
kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada pemerintahan Akbar (1506-1556 M), dan
tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M),
Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat
dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Akbar
mengganti ayahnya pada saat usia 14 tahun, sehingga urusan kerajaan diserahkan
kepada Bairam Khahan, seorang syi’i. Pada masa pemerintahanya, Akbar
melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher
Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang
menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan
sehingga terjadi peperangan dasyat, yang disebut panipat 2 tahun 1556 M. Himu
dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian diekskusi. Dengan demikian, Agra dan
Kwalior dapat dikuasai penuh (Mahmudun Nasir,1981:265-266).
Setelah
Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran syi’ah. Bairam Khan
memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.
Setelah itu
masa kejayaan kerajaan Mughal berhasil dipertahankan oleh putra beliau yaitu
Jehangir yang memerintah selama 23 tahun (1605-1628 M). Namun Jehangir adalah
penganut Ahlussunah Wal Jamaah, sehingga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya
menjadi hilang pengaruhnya.[2]
Sepeninggalan
Jehangir pucuk kekuasaan kerajaan Mughal di pegang oleh Sheh Jehan yang
memerintah Mughal selam 30 tahun (1628-1658 M). Pada masa pemerintahanya banyak
muncul pemberontakan dan perselisihan dalam internal keluarga istana. Namun
semua itu dapat diatasi oleh beliau, bahkan beliau berhasil memperluas
kekuasaanya Hyderabat, Maratha, dan Kerajaan Hindu lain yang belum tunduk
kepada pemerintahan Mughal. Keberhasilan
itu tidak bias lepas dari peran Aurangzeb, putera ketiga dari Sheh
Jehan.
Pengganti
Sheh Jehan yaitu Aurangzeb, beliau berhasil menduduki tahta kerajaan setelah
berhasil menyingkirkan para pesaingnya (saudaranya). Pada masanya kebesaran
Mughal mulai menggema kembali, dan kebesaran namanya-pun disejajarkan dengan
pendahulunya dulu, yaitu Akbar.
Adapun
usaha-usaha Aurangzeb dalam memajukan kerajaan Mughal diantaranya menghapuskan
pajak, menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk
peradilan yang berlaku di India yang
dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M. Selama
satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara
adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran
barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain
itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan
dan kebudayaan yang tinggi.[3]
Dengan besarnya
nama kerajaan Mughal, banyak sekali para sejarawan yang mengkaji tentang
kerajaan ini. Dan pada masa itu telah
muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar
Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan
figure pemimpinnya. Sedangkan karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang
dan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya
arsitektur yang indah dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Shah jehan
dibangun Masjid Berlapis mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan
Istana Indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
C. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah
satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat
pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di
belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh
Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata
semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada
masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul,
tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan
Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia
wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang
ditinggalkannya.
Sepeninggal
Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua
Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.[5] Putra Aurangzeb ini
kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada
masa pemerintahannya yang berjalan yang berjalan selama lima tahun, ia
dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga
dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau
memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka.[4]
Setelah
Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan
kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah.
Akan tetapi, pemerintahannya oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, wazir
Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M an diganti oleh putranya,
Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri.
Jihandar Syah apat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh
Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas
di tangan para pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai gantinya diangkat
Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun, ia dan pendukungnya terusir oleh suku
Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan
kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan
Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan
bantual kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada tahun
1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal.
Muhammad
Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah
kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia member hadiah yang sangat banyak
keada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali,
terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam
Al-Mulk (1722-732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun
1732 M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di sana.
Konflik-konflik
yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.
Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah
pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.
Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan
pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai
oleh kelompok Sikh.
Adapun
sebab-sebab keruntuhan Mughal secara detail, yaitu :
1. Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah pantai tidak dapat dipantau.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik yang
mengakibatkan pemborosan dan penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurengzeb yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama.
4. Pewaris
tahta pada paroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah.
D. Hasil-Hasil Kebudayaan Kerajaan Mughal
A. Bidang Poitik dan Militer
Sistem
yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini
sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal
adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat
di India. Lembaga yang produk dari Sistim ini adalah Din-I-Ilahi dan
Mansabhadari. Dibidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat
kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap
distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar.
Dengan sistim ini pasukan Mughal berhasil menahlukan daerah-daera di
sekitarnya.
B. Bidang Ekonomi
Perekonomian
kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan
Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika
itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah,
tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.[5]
Di samping
untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika,
Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian
tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan
Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M)
dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
C. Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan
dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar
berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa
manusia.[6]
Karya seni yang
masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai
kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada
masa akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang
indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal
di Agra, masjid raya Delhi dan istana indah di Lahore.
D. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti
Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak
berdiri, banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Bahkan Istana Mughal-pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini adanya
dukungang dari penguasa dan bangsawan seta Ulama. Aurangzeb misalnya membelikan
sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana pendidikan.
Pada
tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang
guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah
ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu
agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal dengan sebutan
Fatawa-I-Alamgiri
E. Masuknya Pengaruh Inggris Ke India
1. Pengaruh Inggris
Masuknya Inggris ke India
dikarenakan oleh suatu fakta yang di buat oleh Ratu Elizabeth I yang awal
mulanya mengadakan aktivitas Inggris di India adalah dalam bidang perdagangan
yang dilakukan oleh badan niaga EIC (English
East India Company) sejak dibentuk pada 1600 oleh para pedagang London. Badan
niaga ini, oleh pemerintah Kerajaan Inggris, diberi hak monopoli perdagangan di
wilayah antara Inggris dengan dunia Timur (India, Indonesia dan China). Adalah
dari tiga wilayah (Madras yang diduduki sejak 1639, Bombay yang diperoleh dari
portugis tahun 1661 berkat pernikahan Raja Charles II dengan Putri Catrarina
Braganza dan disewakan kepada EIC tahun 1665, serta Calcutta yang diperoleh
1690), EIC mengembangkan sayap kekuasaannya, tidak hanya dalam bidang ekonomi,
tetapi juga politik (Baxter, 1987, Mulia 1959).
Yang dianggap sebagai peletak
dasar kekuasaan Inggris di India ialah Robert Clive. Ia mampu bersaing dan
mengalahkan kekuatan Prancis dalam Peperangan Cacnatic 1746-1752 dan 1756-1763.
Sebelum hingga masa, Inggris juga telah berhasil mengusir Portugis dari anak
Benua India, dan setelah itu Inggris juga sukses mengeliminasi kekuatan Belanda
di Sringkala. Robert Clive juga mampu menguasai Benggala melalui dua peperangan
dengan Nawab Benggala, yakni Perang Plassey (Juni 1757) menghancurkan pasuka
Nawab Sirjuddaula dan Perang Buxor (Oktober 17640) mengalahkan aliansi Nawab
Mir Qasim dengan Sultan Shah Alam dari Mughal. Sebagai hasilnya, EIC memperoleh
hak diwani, yaitu hak untuk mengumpulakan penghasilkan atas tiga wilayah,
Benggala, Bihar dan Orissa (Sethi, 1951).
Pengganti Clive, Warren
Hastings (1772-1785), dianggab sebagai tokoh yang berjasa dalam pembentukan
sejarah British India (India yang dikuasai oleh Inggris). Hal ini karena pada
masa itu disusun struktur pemerintahan kolonial Inggris, dengan warren Hastings
sebagai gubernur jenderal yang pertama. Juga dibentuk a Board of Control,
sebuah badan yang bertugas mengawasi pemerintahan EIC di Indonesia. Peta
politik India mengalami perubahan besar ketika Lord Wellesley (1798-1805)
menjadi Gubernur Jendaral EIC di India. Dengan mencanangkan kebijakan
Subsidiarry Alliances (Raja-raja India yang bersekutu dengan Inggris harus menyerahkan urusan
politik luar negerinya kepada inggris, membayar upeti dan mengusir para perwira
Eropa selain Inggris), Wellesley berhasil menjadikan EIC sebagai kekuatan
politik terbesar di India karena menguasai Bengala, Bihar, Orissa, Mysore, Oudh
dan sebagian Maratha. Tetapi kekuasaan kolonial Inggris benar-benar kokoh di
anak Benua India semenjak pertengahan abad ke-19, setelah berhasil menganeksasi
Punjab dan mengalahkan Kerajaan Sikh. K.M. Panikkar 1948 menyebut angka tahun
1848 sebagai tahun dipersatukannya seluruh kawasan anak Benua India oleh
Inggris.
Kolonialisme –Imperialisme Inggris
mulai membawa dampak yang serius bagi masyarkat masyarakat india sejak masa
pemerintahan Gubernur Jendral Lord Bentinck (1828-1835). Sebab dia yang pertama
mengantarkan sistem pendidikan Barat dan beberapa kebijakannya yang lain
(misal: menghapuskan adat sati atau pembakaran Janda, melarang perkawinan
anak-anak dan membolehkan aktivitas misionaris dan zending), dianggap
mencampuri urusan masyarakat India dan membahayakan mereka.
1.
[1]Ibid dan M. Mujib, The Indian Muslim, ( London : George Alen, halm.196- 254
|
Kekuasaan kolonial Inggris di
India baru benar-benar kokoh pada pertengahan abad ke-19 setelah melalui proses
penaklukan kerajaan-kerajaan pribumi India selama sekitar satu abad. (KM.
Pannikar, 1948). Hal itu dilakukan oleh
Inggris dengan menerapkan metode divide et impera atau divide rule (memecah
belah lalu menguasainya).
Kebijakan kolonial inggris atas
India (juga eilayah jajahannya yang lain), didasarkan pada satu prinsip, yaitu
terpiliharannya hukum dan ketertiban (status quo). Demi tegaknya prinsip ini,
segala cara di halalkan, termasuk tindakan yang melumpuhkan kehidupan sosial
masyarakat India. Inggris berpandangan bahwa semua orang jajahannya harus dapat
diubah untuk memenuhi “standar Inggris” dab mengikuti peradapan Inggris. Jika tidak
bisa semuanya, maka sekurang-kurangnya satu lapisan sosial tertentu (elite)
dapat diubah untuk mengikuti budaya Inggris (tuannya). Semakin orang India
dapat bersikap dab berfikir seperti orang inggris, maka semakin tinggi nilainya
menurut standar Inggris (Ahmed 1993). Tidak heran bila Inggris berusaha
menciptakan struktur masyarakat India menurut persepsi meraka sendiri, yang
membedakan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Masyarakat India
dipilahkan ke dalam dua ras atau kelas sosial yang berbeda. Satu ras atau kelas
sosial dinilai unggul dan ras atau kelas sosial lainnya dinilai rendah. Contoh
ras yang dinilai unggul ialah orang
Pukhtun, Punjab,sikh dan Gurkha. Ras yang dinilai rendah misalnya orang Benggali.
Untuk menciptakan suatu kelas
sosial di India yang akan berperadaban Inggris, cara yang ditempuh oleh
pemrintahan Inggris adalah dengan menyelenggarkan pendidikan. Kebijakan untuk
mengembangkan pndidikan Barat (Inggris ) pertama kali dilakukan pada masa
Gubernur Jendral Lord Bentinck (1828-1835). Adalah Lord Macaulay, sebagian
direktur Committee of Public Instruction mengesahkan “Memorandum Pendidikan”,
yang memberlakukan bahasa Inggris sebagai bahsa pengantar di sekolah –sekolah
India. Sedangkan dasar-dasar sistem pendidikan Barat di India diletakkan oleh
Sir Charles Wood pada 19 Juli 1854. Skema pendidikan yang dirancang oleh Sir Charles Wood ialah: sekolah dasar
(primary school), sekolah menegah (higher school) dan sekolah tinggi (college).
Sekolah tinggi kemudian dikembangkan menjadi universitas (university).
Seperti orang belanda di
Indonesia, Inggris di India mula-mulanya hanya mencari perhubungan perniagaan
saja. Pada tahun 1600 mereka mendirikan “East India company of London” semacam
VOC. Belanda, mereka juga mengirimkan kapal-kapal mereka ke jawa sampai ke
Maluku, dan mendirikan benteng di Ambon. Akan tetapi sejak tahun 1623 mereka
meninggalkan kepulauan itu. Pada tahun 1612 kongsi dagang ini mendapat izin
untuk berdagang di Surat (Gujarat). Inilah permulaan kuasa orang Inggris di India
kemudian mereka mendapat kedudukan di Bonggala.
1 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,Halm
43-109 Bandung 2018
|
Pada tahun 1690 mereka mendirikan suatu
benteng yang menjadi pangkal kota Calcutta sekarang dan dari sinilah mereka
mendesak ke dalam negeri. Tahun 1700 Inggris telah mempunyai kedudukan yang
tetap pada empat tempat di India.
Di sekolah tenggara kongsi dagang
ini mendapat sebidang tanah dekat kota Portugis Thomas yang sudah mulai mundur.
Pada tahun 1639 mereka mendirikan benteng di sana yang menjadi permulaan dari
kota Madras. Di sebelah bagian barat
kota Bombay yang disukai Portugis berika sebagai mahar kepada puteri “Catharina
Braganza” dari Portugis yang kawin dengan raja Inggris Charles 11pada tahun
1661. Dengan demikian kota itu menjadi milik Inggris. Jadi pada abad ke 17 itu,
Inggris telah menduduki beberapa tempat penting di sekeliling India di sebelah
laut sebagai gerbang untuk menguasai negeri itu.
Sementara itu mereka
membujuk-bujuk Sulthan Hoghul di Agra dengan bermacam-macam jalan. Mula-mula
seorang orang utusan resmi raja Inggris sendiri datang mengunjungi Sulthan
Jahangir. Sir Reo salah seorang utusan itu tinggal di Agra selama lebih kurang
3 tahun. Dalam waktu lama ini ia mengumpulkan keterangan-keterangan yang cukup
real tentu untuk mengetahui seluk belum kerajaan dalam kerajaan Hindusta. Pada
tahun 1708 semua Kongsi Dagang Inggris di India disatukan menjadi Unitet East
India Company. Kemudian Kongsi dagang itu mendapat hak (charter) untuk mengatur
pemerintah di India. Semenjak itu dapatlah kongsi dagang itu kongsi dagang
tersebut dibubarkan dan segala kuasanya ditarik ataupun diambil alih oleh
kerajaan Inggris.
F. Munculnya Penguatan Negara Pakistan dari Para Tokoh di Era
Mughal
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota
Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke
India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga
stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi,
bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta
bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi.[7] Permohonan itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M,
Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia
memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran
yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam
pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan
pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.
1Drs. Suwarno.
M.SI. 2012. Sejarah Asia Selatan. Ombak. Yokyakarta.
Halm.87-101 dan Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,Halm
43-109 Bandung 2018
|
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati
bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan
keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi
warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik
dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India[8]. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang
Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki.[9] Akan tetapi,
cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal.
Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang
dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua pengikutnya
menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah
untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki
kesalahan itu.”
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India
dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul
Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi
inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan
sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak,
seni arsitektur dan sebagainya dari pada itu Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah
kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara
eksklusif. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari
elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya
kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang
raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah:
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus
pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun
fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman
pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya
Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan gabungan, namun
Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran[10]. Sementara itu
dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan
pimpinan Muhammad Lodi.
Mulya, T.S.G.
tanpa tahun.2 India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan.
Jakarta: Balai Pustaka
Hlm.97-203
|
Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada
tahun 1529[11]. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan
oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari
seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai
masa konsolidasi kekuatan periode I.
Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun
masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin
oleh penguasa Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun
menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan
kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan
Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia
digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling
kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan
kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika
menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh
urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah.
Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab. Pemberontakan yang
paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu
yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota
Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah
peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan
Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan
Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan
kepentingan aliran Syi’ah.
Drs.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013
Halm.65
|
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di
Jullandur[12] tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat
diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar,
Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir,
Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang
sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai
sebuah kerajaan besar[13]. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang
ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai
oleh pemerintahan Mughal[14]. Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar
bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang
dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana
mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar
mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Jahangir (1605-1627), Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan
militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil
dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai[15]. Pada masa
kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M)
Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan
mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit
disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya[16]. Hal ini sekaligus menjadi
ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua
kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh
Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan.
Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat
datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi
bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631
pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Drs.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013
|
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di
samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik
anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil
mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan
meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya
terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar
Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707), Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat.
Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang
saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian
kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi
II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb
berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan
politik keagamaan Akbar.
Bahadur Syah (1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa
yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali ke¬munduran dan kehancuran Kerajaan
Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi
perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam
persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal
Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra
Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya
sen¬diri.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai
pe¬menang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja
meninggal ter¬bunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali.
Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat
dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah.
Drs.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013
halm.65-74
|
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan
kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak
terurus secara baik[17]. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk
melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Jehandar (1712-1713), Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806)
Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam
kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan
sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, membe¬rikan konsesi kepada EIC
untuk mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh
pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menja¬min
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II
menentang isi perjanjian yang telah disepa¬kati oleh ayahnya. Hal ini
menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah,
raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan
demikian ber¬akhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013 halm.65-74
|
III.
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari berbagai pemaparan yang penulis sampaikan diatas,
maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan, antara lain adalah dengan berdirinya kerajaan Mughal di India membawa pengaruh yang
besar bagi perubahan peradaban kuno di India yang awalnya merupakan peradaban
Hindu menjadi peradaban Islam. Kerajaan Mughal merupakan kerajaan islam yang ada di anak benua
India, mempunyai ibu kota yang bernama Delhi.
Kerajaan
Mughal ini merupakan salah satu peninggalan dari peradaban Islam di India.
Dengan lahir dan berdirinya kerajaan ini telah
menjadi motivasi dan spirit untuk
membangkitkan kembali peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam
dan hilang. India merupakan suatu tempat atau
wilayah tumbuh dan berkembangnya agama Hindu, maka dengan munculnya kerajaan
Islam di India menyebabkan tenggelamnya peradaban hindu yang memang sudah sangat
lama berdiri.
Pendiri
kerajaan Mughal adalah Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur
Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526M. Kerajaan
Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang politik,
militer, seni, dan juga dalam bidang ekonomi. Peninggalan yang dikenal sampai
sekarang dari kerajaan Mughal yang menjadi salah satu keajaiban dunia adalah
Taj Mahal.
Kemunduran
dari Kerajaan Mughal terjadi setelah Aurangzeb meninggal dunia, dikarenakan
lemahnya pemerintahan para pengganti Aurangzeb,Kehancuran dari kerajaan Mughal
juga dikarenakan faktor – faktor internal dan eksternal hingga pada tahun 1858
M Kerajaan Mughal benar – benar hancur.
Hancurnya
kerajaan Mughal bukan berarti tidak meninggalkan apa – apa, kerajaan Mughal
meninggalkan kebudayaan – kebudayaan yang hingga saat ini dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat dunia, mulai dari bidang politiknya hingga budaya.
B. Saran
Dengan
adanya kerajaan Islam Mughal di India yang muncul ditengah peradaban kuno yang
sangat kental dengan Agama hindu, dan kemudian berangsur – agsur
menggantikannya dengan agama Islam, maka sudah sepatutnya sebagai generasi
penerus bangsa untuk tetap menjaga dan terus menyebarkan peradaban Islam hingga
saat ini.Sebaiknya sebagai mahasiswa untuk terus memperdalam ilmunya terutama
tentang sejarah dunia, agar generasi – generasi selanjutnya tidak pernah lupa
bagaimana sejarah dunia ini ada hingga saat ini.
Komentar