EKSISTENSI MUGHAL DI INDIA


I.PENDAHULUAN
Sejarah Islam di India menurut Harun Nasution terbagi menjadi tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern. Awal mulanya kekuasaan Islam di India muncul pada periode klasik yakni pada masa Bani Umayyah dibawah kekuasaan Khalifah Walid bin Abdul Malik pada periode  705-715 M.
Dari ketiga periode tersebut yang paling banyak berperan dalam kekuasaan Islam di India adalah pada periode pertengahan. Pada periode ini muncul tiga kerajaan Islam yang besar yakni kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Shafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kerajaan Mughal merupakan kerajaan termuda dari ketiga kerajaan tersebut, berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan Shafawi di Persia. Kerajaan Mughal membawa keharuman terhadap sejarah umat Islam, dimana pada saat itu segenap dunia Islam mengalami kemunduran. Kerajaan Mughal sempat membuat bangsa lain tercengang, umat lain menjadi segan karena kegagahan dan kegigihan sultan – sultannya yang membangun suatu kerajaan Islam di wilayah belahan Timur dunia.
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan islam yang ada di anak benua India, mempunyai ibu kota yang bernama Delhi. Kerajaan Mughal ini merupakan salah satu peninggalan dari peradaban Islam di India. Dengan berdirinya kerajaan ini telah menjadi motivasi untuk membangkitkan kembali peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam dan hilang. India merupakan tempat atau wilayah tumbuh dan berkembangnya agama Hindu, maka dengan munculnya Kerajaan Islam di India menyebabkan tenggelamnya peradaban hindu yang memang sudah lama berdiri.
Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi oleh agama Islam.
Agama Islam masuk ke India diperkirakan abad ke-7 M. Melalui perdagangan. Dalam keterangan sejarah tahun 871 telah ada orang Arab yang menetap di India. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa sebelum kerajaan Mughal berdiri, masyarakat India sudah mengenal Islam. Realita ini dapat dilihat di kota Delhi adanya sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh Qutubuddin Aybak pada tahun1193 M.
Selanjutnya untuk lebih jelas mengetahui tentang kebudayaan dan kejayaan Islam di India maka disusunlah makalah dengan mengambil contoh munculnya kerajaan Islam Mughal

II. PEMBAHASAN
A.      Asal Usul Kerajaan Mughal
Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ekspansinya ke India dimulai dengan penundukan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan Alam Khan (Paman Lodi) dan gubernur Lohere[1].­ Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil menundukkan Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.[1]
Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih dikenal dengan Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M)[2], puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahanya tidak stabil, karna banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Bahkan beliau sempat mengungsi ke Persia karna mengalami kekalahan saat melawan pemberontakan Sher Khan di Qonuj, tetapi beliau berhasil merebut kembali kekuasaanya pada tahun 1555 M berkat bantuan dari kerajaan safawi. Namun setahun kemudian 1556 M beliau meninggal karna tertimpa tangga pepustakaan, dan tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh putranya yang bernama Akbar.


B.        Perkembangan dan Kejayaan Kerajaan Mughal
Masa kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada pemerintahan Akbar (1506-1556 M), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
Akbar mengganti ayahnya pada saat usia 14 tahun, sehingga urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khahan, seorang syi’i. Pada masa pemerintahanya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadi peperangan dasyat, yang disebut panipat 2 tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian diekskusi. Dengan demikian, Agra dan Kwalior dapat dikuasai penuh (Mahmudun Nasir,1981:265-266).
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.
Setelah itu masa kejayaan kerajaan Mughal berhasil dipertahankan oleh putra beliau yaitu Jehangir yang memerintah selama 23 tahun (1605-1628 M). Namun Jehangir adalah penganut Ahlussunah Wal Jamaah, sehingga Din-i-Illahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya.[2]
Sepeninggalan Jehangir pucuk kekuasaan kerajaan Mughal di pegang oleh Sheh Jehan yang memerintah Mughal selam 30 tahun (1628-1658 M). Pada masa pemerintahanya banyak muncul pemberontakan dan perselisihan dalam internal keluarga istana. Namun semua itu dapat diatasi oleh beliau, bahkan beliau berhasil memperluas kekuasaanya Hyderabat, Maratha, dan Kerajaan Hindu lain yang belum tunduk kepada pemerintahan Mughal. Keberhasilan  itu tidak bias lepas dari peran Aurangzeb, putera ketiga dari Sheh Jehan.
Pengganti Sheh Jehan yaitu Aurangzeb, beliau berhasil menduduki tahta kerajaan setelah berhasil menyingkirkan para pesaingnya (saudaranya). Pada masanya kebesaran Mughal mulai menggema kembali, dan kebesaran namanya-pun disejajarkan dengan pendahulunya dulu, yaitu Akbar.
Adapun usaha-usaha Aurangzeb dalam memajukan kerajaan Mughal diantaranya menghapuskan pajak, menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku  di India yang dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M. Selama satu setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi.[3]
Dengan besarnya nama kerajaan Mughal, banyak sekali para sejarawan yang mengkaji tentang kerajaan ini. Dan pada masa itu telah  muncul seorang sejarawan yang bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya. Sedangkan karya seni yang dapat dinikmati sampai sekarang dan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Shah jehan dibangun Masjid Berlapis mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore (Ikram, 1967:247).
C.  Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul.[5] Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka.[4]
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, wazir Aurangzeb. Azimus Syah meninggal tahun 1712 M an diganti oleh putranya, Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah apat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai tahun 1719 M dengan dukungan kelompok sayyid, tapi tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719 M). Sebagai gantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun, ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safawi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantual kepada pemberontak Afghan di daerah Persia. Oleh karena itu, ada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Mughal.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah ia bersedia member hadiah yang sangat banyak keada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam Al-Mulk (1722-732 M) karena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M, Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabat dan menetap di sana.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintahan daerah satu per satu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing. Hiderabat dikuasai Nizam Al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh.
Adapun sebab-sebab keruntuhan Mughal secara detail, yaitu :
1.  Terjadinya stagnasi pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah pantai tidak dapat dipantau.
2.  Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik yang mengakibatkan pemborosan dan penggunaan uang Negara.
3. Pendekatan Aurengzeb yang terkesan kasar dalam mendakwahkan agama.
4. Pewaris tahta pada paroh terakhir adalah pribadi-pribadi lemah.

D. Hasil-Hasil Kebudayaan Kerajaan Mughal
A. Bidang Poitik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik Sulh-E-Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang produk dari Sistim ini adalah Din-I-Ilahi dan Mansabhadari. Dibidang militer, pasukan Mughal dikenal pasukan yang sangat kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah berkuda dan meriam.  Wilayahnya dibagi distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik di kepalai oleh faudjar. Dengan sistim ini pasukan Mughal berhasil menahlukan daerah-daera di sekitarnya.
B. Bidang Ekonomi
Perekonomian kerajaan Mughal tertumpu pada bidang agrari, mengingat keadaan Geografi dan Geologi wilayah India. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.[5]
Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordiyn yang banyak diproduksi di Gujarat dan Bengawan. Untuk meningkatkan produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
C. Bidang Seni dan Arsitektur
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebijakan jiwa manusia.[6]
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, vila, dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid raya Delhi dan istana indah di Lahore.
D. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri, banyak ilmuan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan Istana Mughal-pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini adanya dukungang dari penguasa dan bangsawan seta Ulama. Aurangzeb misalnya membelikan sejumlah uang yang besar dan tanah untuk membangun sarana pendidikan.
Pada tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah Perguruan Tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintah di pegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikondifikasikan hukum islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri

E. Masuknya Pengaruh Inggris Ke India
 1. Pengaruh Inggris
Masuknya Inggris ke India dikarenakan oleh suatu fakta yang di buat oleh Ratu Elizabeth I yang awal mulanya mengadakan aktivitas Inggris di India adalah dalam bidang perdagangan yang dilakukan  oleh badan niaga EIC (English East India Company) sejak dibentuk pada 1600 oleh para pedagang London. Badan niaga ini, oleh pemerintah Kerajaan Inggris, diberi hak monopoli perdagangan di wilayah antara Inggris dengan dunia Timur (India, Indonesia dan China). Adalah dari tiga wilayah (Madras yang diduduki sejak 1639, Bombay yang diperoleh dari portugis tahun 1661 berkat pernikahan Raja Charles II dengan Putri Catrarina Braganza dan disewakan kepada EIC tahun 1665, serta Calcutta yang diperoleh 1690), EIC mengembangkan sayap kekuasaannya, tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga politik (Baxter, 1987, Mulia 1959).
Yang dianggap sebagai peletak dasar kekuasaan Inggris di India ialah Robert Clive. Ia mampu bersaing dan mengalahkan kekuatan Prancis dalam Peperangan Cacnatic 1746-1752 dan 1756-1763. Sebelum hingga masa, Inggris juga telah berhasil mengusir Portugis dari anak Benua India, dan setelah itu Inggris juga sukses mengeliminasi kekuatan Belanda di Sringkala. Robert Clive juga mampu menguasai Benggala melalui dua peperangan dengan Nawab Benggala, yakni Perang Plassey (Juni 1757) menghancurkan pasuka Nawab Sirjuddaula dan Perang Buxor (Oktober 17640) mengalahkan aliansi Nawab Mir Qasim dengan Sultan Shah Alam dari Mughal. Sebagai hasilnya, EIC memperoleh hak diwani, yaitu hak untuk mengumpulakan penghasilkan atas tiga wilayah, Benggala, Bihar dan Orissa (Sethi, 1951).
Pengganti Clive, Warren Hastings (1772-1785), dianggab sebagai tokoh yang berjasa dalam pembentukan sejarah British India (India yang dikuasai oleh Inggris). Hal ini karena pada masa itu disusun struktur pemerintahan kolonial Inggris, dengan warren Hastings sebagai gubernur jenderal yang pertama. Juga dibentuk a Board of Control, sebuah badan yang bertugas mengawasi pemerintahan EIC di Indonesia. Peta politik India mengalami perubahan besar ketika Lord Wellesley (1798-1805) menjadi Gubernur Jendaral EIC di India. Dengan mencanangkan kebijakan Subsidiarry Alliances (Raja-raja India yang bersekutu  dengan Inggris harus menyerahkan urusan politik luar negerinya kepada inggris, membayar upeti dan mengusir para perwira Eropa selain Inggris), Wellesley berhasil menjadikan EIC sebagai kekuatan politik terbesar di India karena menguasai Bengala, Bihar, Orissa, Mysore, Oudh dan sebagian Maratha. Tetapi kekuasaan kolonial Inggris benar-benar kokoh di anak Benua India semenjak pertengahan abad ke-19, setelah berhasil menganeksasi Punjab dan mengalahkan Kerajaan Sikh. K.M. Panikkar 1948 menyebut angka tahun 1848 sebagai tahun dipersatukannya seluruh kawasan anak Benua India oleh Inggris.
Kolonialisme –Imperialisme Inggris mulai membawa dampak yang serius bagi masyarkat masyarakat india sejak masa pemerintahan Gubernur Jendral Lord Bentinck (1828-1835). Sebab dia yang pertama mengantarkan sistem pendidikan Barat dan beberapa kebijakannya yang lain (misal: menghapuskan adat sati atau pembakaran Janda, melarang perkawinan anak-anak dan membolehkan aktivitas misionaris dan zending), dianggap mencampuri urusan masyarakat India dan membahayakan mereka.
1.        [1]Ibid dan  M. Mujib, The Indian Muslim, ( London : George Alen, halm.196- 254



Kekuasaan kolonial Inggris di India baru benar-benar kokoh pada pertengahan abad ke-19 setelah melalui proses penaklukan kerajaan-kerajaan pribumi India selama sekitar satu abad. (KM. Pannikar, 1948). Hal itu  dilakukan oleh Inggris dengan menerapkan metode divide et impera atau divide rule (memecah belah lalu menguasainya).
Kebijakan kolonial inggris atas India (juga eilayah jajahannya yang lain), didasarkan pada satu prinsip, yaitu terpiliharannya hukum dan ketertiban (status quo). Demi tegaknya prinsip ini, segala cara di halalkan, termasuk tindakan yang melumpuhkan kehidupan sosial masyarakat India. Inggris berpandangan bahwa semua orang jajahannya harus dapat diubah untuk memenuhi “standar Inggris” dab mengikuti peradapan Inggris. Jika tidak bisa semuanya, maka sekurang-kurangnya satu lapisan sosial tertentu (elite) dapat diubah untuk mengikuti budaya Inggris (tuannya). Semakin orang India dapat bersikap dab berfikir seperti orang inggris, maka semakin tinggi nilainya menurut standar Inggris (Ahmed 1993). Tidak heran bila Inggris berusaha menciptakan struktur masyarakat India menurut persepsi meraka sendiri, yang membedakan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Masyarakat India dipilahkan ke dalam dua ras atau kelas sosial yang berbeda. Satu ras atau kelas sosial dinilai unggul dan ras atau kelas sosial lainnya dinilai rendah. Contoh ras yang  dinilai unggul ialah orang Pukhtun, Punjab,sikh dan Gurkha. Ras yang dinilai rendah misalnya orang Benggali.
Untuk menciptakan suatu kelas sosial di India yang akan berperadaban Inggris, cara yang ditempuh oleh pemrintahan Inggris adalah dengan menyelenggarkan pendidikan. Kebijakan untuk mengembangkan pndidikan Barat (Inggris ) pertama kali dilakukan pada masa Gubernur Jendral Lord Bentinck (1828-1835). Adalah Lord Macaulay, sebagian direktur Committee of Public Instruction mengesahkan “Memorandum Pendidikan”, yang memberlakukan bahasa Inggris sebagai bahsa pengantar di sekolah –sekolah India. Sedangkan dasar-dasar sistem pendidikan Barat di India diletakkan oleh Sir Charles Wood pada 19 Juli 1854. Skema pendidikan yang dirancang oleh  Sir Charles Wood ialah: sekolah dasar (primary school), sekolah menegah (higher school) dan sekolah tinggi (college). Sekolah tinggi kemudian dikembangkan menjadi universitas (university).
Seperti orang belanda di Indonesia, Inggris di India mula-mulanya hanya mencari perhubungan perniagaan saja. Pada tahun 1600 mereka mendirikan “East India company of London” semacam VOC. Belanda, mereka juga mengirimkan kapal-kapal mereka ke jawa sampai ke Maluku, dan mendirikan benteng di Ambon. Akan tetapi sejak tahun 1623 mereka meninggalkan kepulauan itu. Pada tahun 1612 kongsi dagang ini mendapat izin untuk berdagang di Surat (Gujarat). Inilah permulaan kuasa orang Inggris di India kemudian mereka mendapat kedudukan di Bonggala.
1 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,Halm 43-109 Bandung 2018
 Pada tahun 1690 mereka mendirikan suatu benteng yang menjadi pangkal kota Calcutta sekarang dan dari sinilah mereka mendesak ke dalam negeri. Tahun 1700 Inggris telah mempunyai kedudukan yang tetap pada empat tempat di India.
Di sekolah tenggara kongsi dagang ini mendapat sebidang tanah dekat kota Portugis Thomas yang sudah mulai mundur. Pada tahun 1639 mereka mendirikan benteng di sana yang menjadi permulaan dari kota Madras.  Di sebelah bagian barat kota Bombay yang disukai Portugis berika sebagai mahar kepada puteri “Catharina Braganza” dari Portugis yang kawin dengan raja Inggris Charles 11pada tahun 1661. Dengan demikian kota itu menjadi milik Inggris. Jadi pada abad ke 17 itu, Inggris telah menduduki beberapa tempat penting di sekeliling India di sebelah laut sebagai gerbang untuk menguasai negeri itu.
Sementara itu mereka membujuk-bujuk Sulthan Hoghul di Agra dengan bermacam-macam jalan. Mula-mula seorang orang utusan resmi raja Inggris sendiri datang mengunjungi Sulthan Jahangir. Sir Reo salah seorang utusan itu tinggal di Agra selama lebih kurang 3 tahun. Dalam waktu lama ini ia mengumpulkan keterangan-keterangan yang cukup real tentu untuk mengetahui seluk belum kerajaan dalam kerajaan Hindusta. Pada tahun 1708 semua Kongsi Dagang Inggris di India disatukan menjadi Unitet East India Company. Kemudian Kongsi dagang itu mendapat hak (charter) untuk mengatur pemerintah di India. Semenjak itu dapatlah kongsi dagang itu kongsi dagang tersebut dibubarkan dan segala kuasanya ditarik ataupun diambil alih oleh kerajaan Inggris.
F. Munculnya Penguatan Negara Pakistan dari Para Tokoh di Era Mughal
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi.[7] Permohonan  itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.


 1Drs. Suwarno.  M.SI. 2012. Sejarah Asia Selatan. Ombak. Yokyakarta.
Halm.87-101 dan Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,Halm 43-109 Bandung 2018
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India[8]. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki.[9] Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu.”
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya dari pada itu Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah:
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran[10]. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi.

Mulya, T.S.G. tanpa tahun.2 India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka
Hlm.97-203
Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529[11]. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I.
Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah.

Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013 Halm.65
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur[12] tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar[13]. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal[14]. Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Jahangir (1605-1627), Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai[15]. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya[16]. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.


Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013

Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.

Aurangzeb (1658-1707), Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Bahadur Syah (1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali ke¬munduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sen¬diri.

Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pe¬menang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal ter¬bunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah.

Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013 halm.65-74
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik[17]. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Jehandar (1712-1713), Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, membe¬rikan konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menja¬min penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepa¬kati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian ber¬akhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.










Drs. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradapan Islam,AMZAH : 2013 halm.65-74

III.   KESIMPULAN
A.  Kesimpulan
Dari berbagai pemaparan yang penulis sampaikan diatas, maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan, antara lain adalah dengan berdirinya kerajaan Mughal di India membawa pengaruh yang besar bagi perubahan peradaban kuno di India yang awalnya merupakan peradaban Hindu menjadi peradaban Islam. Kerajaan Mughal merupakan kerajaan islam yang ada di anak benua India, mempunyai ibu kota yang bernama Delhi.
Kerajaan Mughal ini merupakan salah satu peninggalan dari peradaban Islam di India. Dengan lahir dan berdirinya kerajaan ini telah menjadi motivasi dan spirit untuk membangkitkan kembali peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam dan hilang. India merupakan suatu tempat atau wilayah tumbuh dan berkembangnya agama Hindu, maka dengan munculnya kerajaan Islam di India menyebabkan tenggelamnya peradaban hindu yang memang sudah sangat lama berdiri.
Pendiri kerajaan Mughal adalah Zahirudin Muhammad Babur, berasal dari keturunan Timur Lenk dan Jengis Khan. Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 932 H/1526M. Kerajaan Mughal membawa beberapa kemajuan dalam Islam, baik dalam bidang politik, militer, seni, dan juga dalam bidang ekonomi. Peninggalan yang dikenal sampai sekarang dari kerajaan Mughal yang menjadi salah satu keajaiban dunia adalah Taj Mahal.
Kemunduran dari Kerajaan Mughal terjadi setelah Aurangzeb meninggal dunia, dikarenakan lemahnya pemerintahan para pengganti Aurangzeb,Kehancuran dari kerajaan Mughal juga dikarenakan faktor – faktor internal dan eksternal hingga pada tahun 1858 M Kerajaan Mughal benar – benar hancur.
Hancurnya kerajaan Mughal bukan berarti tidak meninggalkan apa – apa, kerajaan Mughal meninggalkan kebudayaan – kebudayaan yang hingga saat ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia, mulai dari bidang politiknya hingga budaya.
B. Saran
Dengan adanya kerajaan Islam Mughal di India yang muncul ditengah peradaban kuno yang sangat kental dengan Agama hindu, dan kemudian berangsur – agsur menggantikannya dengan agama Islam, maka sudah sepatutnya sebagai generasi penerus bangsa untuk tetap menjaga dan terus menyebarkan peradaban Islam hingga saat ini.Sebaiknya sebagai mahasiswa untuk terus memperdalam ilmunya terutama tentang sejarah dunia, agar generasi – generasi selanjutnya tidak pernah lupa bagaimana sejarah dunia ini ada hingga saat ini.




[1]http://usman-wwwmaal-khidmah.blogspot.com
[2]Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:LESFI, 2002), hlm.185
[3]http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/kerajaan-islam-mughal-di-india.pdf
[4]Yatin, Badri, Sejarah Peradabab Islam, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada), hlm. 160
[5]ibid
[6]ibid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah