PEMBAHASAN TENTANG QUNUT SHUBUH

PEMBAHASAN TENTANG QUNUT SUBUH BID’AH

Di tulis 0leh Walid Blang Jruen

universitasislamdunia@gmail.com

Walid Blang Jruen Merasa perlu untuk Menulis tentang hangatnya perdebatan bacaan qunut shubuh di akhir rakaat sembahyang shubuh, ada yang mengatakan tidak di sunahkan,bahkan ada yang mengatakan bi’ah  Untuk kejelasan nya mari kita bahas bersama disini:

Kontroversi yang tak henti hentinya selama ini munculnya faham faham yang tidak hanya mengamalkan qunut shubuh namun membid’ahka nya qunut shubuh, ini sangat membinungkan ummat  di dunia maya baik di internet di buku, di maja lah dan sudah banyak yang memfat wakan bahwa qunut shubuh adalah bid’ah. Apakah bid’ah qunut shubuh atau hanya di bid'ah bid'ah kan

Untuk menjawab tantanagan ini Walid Bang Jruen akan membahas secara rinci, tentunya dengan dalil dalil alqur'an, hadist, ijma',dan fatwa fatwa ulama dunia

A.    QUNUT SHUBUH  SUNNAH

Menurut Madzhab Imam syafi’I. Yang kita anut dan yang dianut juga oleh Ulama-ulama besar dalam Madzhab Syafi’i seperti Imam Ghazali, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar al Haitami, Imam ar Ramli, Imam Khatib Syarbaini, Imam Zakaria al Anshari dan lain lain, bahwa huku membaca doa qunut dalam sembahyang subuh pada I’tidal rakaat yang kedua adlah sunnat ab’ad. Diberi pahala yang mengerjakannya dan tidak diberi pahala sekalian orang yang meninggalkannya  dalam kitab Al Majmu’ syarah Muhadzab [1]

Imam MSyafi’I berpendapat bahwa sunnat hukumnya membaca do’a qunut dalam sembahyang subuh, baik ketika turunnya bala ataupun tidak. Ini adalah pendapat yang banyak dari ulama ulama salaf dan juga pendapat sahabat syafi’I juga ulama ulama yang dibelakang ulama-ulama salafi. Diantara yang berpendapat serupa ini adalah Saidina Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman, Ali, Ibnu Abbas, Bara’ bin ‘Azib Rda”[2]  Dalam keterangan Imam Nawawi ini dapat difahami, bahwa sahabat-sahabat Nabi yang utama semuanya membaca do’a qunut subuh, dan para sahabat ini adalah merupakan “الأمة الحجة” pemimpin umat Islam yang harus diikuti oleh segenap Ummat Islam dunia

1). Adapun dalil hadist:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَالْمَغْرِبِ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَخُفَافِ بْنِ أَيْمَاءَ بْنِ رَحْضَةَ الْغِفَارِيِّ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ الْبَرَاءِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِي الْقُنُوتِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَرَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ الْقُنُوتَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ و قَالَ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ لَا يُقْنَتُ فِي الْفَجْرِ إِلَّا عِنْدَ نَازِلَةٍ تَنْزِلُ بِالْمُسْلِمِينَ فَإِذَا نَزَلَتْ نَازِلَةٌ فَلِلْإِمَامِ أَنْ يَدْعُوَ لِجُيُوشِ الْمُسْلِمِينَ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ghundar Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari 'Amru bin Murrah dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Al Bara` bin 'Azib berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib." Ia berkata; "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Ali, Anas, Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Khaffaf bin Aima` bin Rahdlah Al Ghifari." Abu Isa berkata; "Hadits Al Bara` derajatnya hasan shahih. Para ahli ilmu berselisih tentang qunut pada shalat subuh, sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan selainnya membolehkan qunut pada shalat subuh. Pendapat ini diambil oleh Imam Malik dan Syafi'i. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq berkata; "Tidak boleh ada qunut pada shalat subuh kecuali ketika terdapat bahaya yang menimpa kaum muslimin. Jika terjadi musibah yang menimpa kaum muslimin maka imam harus mendo`akan tentara kaum muslimin."

2).Dalil hadist:

عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ سِيْرِيْن قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا.

“Dari Muhammad bin Sirin, berkata:“Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah        Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam membaca qunut dalam shalat shubuh” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR. Muslim)

3).Dalil hadist:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

“Dari Anas bin Malik, berkata: “Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam terus membaca qunut dalam shalat fajar (shubuh) sampai meninggalkan dunia.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)

 Al Imam Nawawi  berkata: “Hadits diatas shahih, diriwayatkan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. Di antara yang memastikan keshahihannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.”[3]

4).Dalil hadist:

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فِيْ صَلاَةِ الصُّبْحِ فِيْ آَخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ.

Artinya:“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasslam apabila bangun dari ruku’ dalam shalat shubuh pada rakaat akhir, selalu membaca qunut.”[4]

5).Dalil hadist:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Nabi shallahu‘alahi wassalam qunut pada shalat Subuh”. (HR. Ibnu Abi                          Syaibah)

6).Dalil hadist:

قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

“Rasulullah shallallahu‘alaihi wassallam berqunut demikian juga Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah denga mereka.”(HR. Daraquthni dari Anas)

 Al Qurthubi mengomentari hadits diatas ”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam adalah berqunut, diriwayatkan Daruquthni dengan isnad shahih.”[5]

7).Dalil hadist:

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

“Saya shalat di belakang Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam lalu beliau qunut, dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut.” (HR. Baihaqi dari Anas)

8).Dalil hadist:

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ

“Terus-menerus Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal.”(HR. Ibn Jauzi)

Kalangan Syafi’iyah berpendapat bahwa sebagian hadits-hadits tentang qunut memang lemah, namun ada hadits shahih yang menjadi hujjahnya dan hadits-hadits lemah itu salang menguatkan. Seperti yang dijelaskan oleh al imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (3/502).

B.BANTAHAN TERHADAP DALIL TIDAK ADANYA QUNUT

a. katanya ada hadits : “Bahwa Nabi melarang qunut pada waktu subuh “

Hadist ini dhaif karena Perawinya Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’ dari bapaknya dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”. Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam Bukhary bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk.”[6]

b. katanya adan hadits : “Qunut pada shalat subuh adalah Bid’ah.”

Hadis ini dhaif sekali (daif jiddan) karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain Ibnu abbas sendiri mengatakan : “Bahwasanya Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.

c. katanya ada hadis : “Rasulullah tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.

Menurut Imam Nawawi dalam Al majmu sangatlah dhaif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir as-suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis.

.     C. APAKAH BENAR PENDALILAN QUNUT SHUBUH DITINGGALKAN BERDASARKAN HADITS DIBAWAH INI UNTUK SEMUA QUNUT:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

“Dari Anas, sesungguhnya Rasulullah membaca qunut selama satu bulan, di dalam nya mendoakan keburukan bagi beberapa suku Arab, kemudian meninggal kannya.” (HR. Muslim)

D.IMAM NAWAWI MENJAWAB :

Oleh Imam Nawawi menjawabnya “Adapun jawaban terhadap ucapan (ثُمَّ تَرَكَه) maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan keatas orang-orang kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka. Bukan meninggalkan seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh.”[7]

Hal yang sama juga disampaikan oleh Imam Baihaqi dan Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitab syarahnya FathulBarri.

E.KESIMPULAN

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa tentang hukum membaca doa qunut diwaktu shalat Shubuh hukumnya diperbeda pendapatkan oleh para ulama. Kalangan Syafi’i adalah yang berpendapat sunnah untuk dilakukan, Malikiyyah berpendapat kesunnahannya bersifat sesekali saja, sedangkan Kalangan al Hanafiyyah dan al Hanabilah berpendapat bahwa hal tersebut tidak disunnahkan.[8]

Demikian diantara hujjah kalangan yang berpendapat bahwa Qunut dalam shalat Shubuh hukumnya sunnah.wallahu a'lam bissawab


[1] Al Majmu’,Syarah Muhadzab, karangan Imam Nawawi wafat 676 H, pada jilid III hal 400

[2] Al Majmu’ syarah Muhadzab, karangan Imam Nawawi jilid III hal 504.

[3] Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/504).

[4] Hadits ini bahkan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam shahih al Jami’ ash  Shaghir (2/862).

[5] Badr Al Munir (3/624).

[6] Mizanul I’tidal (4/70).

[7] Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (3/505).

[8] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (34/58).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah