MENGENAL TATA CARA SHALAT ,KAFAN,DAN MENGUBURNYA JANAZAH

BAB JENAZAH

فَصْلٌ فِيْمَا يَتَعَلَّقُ بِالْمَيِّت مِنْ غُسْلِهِ وَتَكْفِيْنِهِ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَدَفْنِهِ

(Fashal) menjelaskan hal-hal yang terkait dengan orang yang meninggal dunia, dari memandikan, mengkafani, menshalatkan dan memakamkan

وَيَلْزَمُ عَلَى طَرِيْقِ فَرْضِ الْكِفَايَةِ (فِي الْمَيِّتِ) الْمُسْلِمِ غَيْرِ الْمُحْرِمِ وَالشَّهِيْدِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ) وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ بِالْمَيِّتِ إِلاَّ وَاحِدٌ تَعَيَّنَ عَلَيْهِ مَا ذُكِرَ

Di dalam mayat orang Islam yang tidak melaksanakan ihram dan bukan yang mati syahid, Wajib fardlu kifayah untuk melakukan empat perkara, yaitu memandikan, mengkafani, mensholati dan memakamkannya. Jika mayat tidak diketahui kecuali oleh satu orang, maka semua hal yang telah disebutkan di atas menjadi fardhu ‘ain padanya.

وَأَمَّا الْمَيِّتُ الْكَافِرُ فَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ حَرْبِيًا كَانَ أَوْ ذِمِّيًا وَيَجُوْزُ غُسْلُهُ فِيْ الْحَالَيْنِ وَيَجِبُ تَكْفِيْنُ الذِّمِيِّ وَدَفْنُهُ دُوْنَ الْحَرْبِيِّ وَالْمُرْتَدِ

Adapun mayat orang kafir, maka hukumnya haram untuk menshatkanya, baik kafir harbi atau dzimmi. Namun kedua macam orang kafir ini boleh dimandikan. Wajib mengkafani dan mengubur mayat kafir dzimmi, tidak kafir harbi dan orang murtad.

وَأَمَّا الْمُحْرِمُ إِذَا كُفِّنَ فَلَا يَسْتُرُ رَأْسَهُ وَلَا وَجْهَ الْمُحْرِمَةِ

Adapun mayat orang yang sedang melaksanakan ihram, ketika di kafani, maka kepalanya tidak ditutup, begitu juga wajah mayat wanita yang melaksanakan ihram.

Orang Mati Syahid

وَأَمَّا الشَّهِيْدُ فَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ كَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلَانِ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِمَا) أَحَدُهُمَاالشَّهِيْدُ فِيْ مَعْرِكَةِ الْمُشْرِكِيْنَ

Adapun mayat orang yang mati syahid, maka tidak dishalati sebagaimana yang dijelaskan oleh mushannif dengan perkataannya, Ada dua mayat yang tidak dimandikan dan tidak dishalati. Salah satunya orang mati syahid di dalam pertempuran melawan kaum musyrik

وَهُوَ مَنْ مَاتَ فِيْ قِتَالِ الْكُفَّارِ بِسَبَبِهِ سَوَاءٌ قَتَلَهُ كَافِرٌ مُطْلَقًا أَوْ مُسْلِمٌ خَطَأً أَوْ عَادَ سِلَاحُهُ إِلَيْهِ أَوْ سَقَطَ عَنْ دَابَتِهِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ

Dianya adalah orang yang gugur di dalam pertempu- ran melawan orang-orang kafir sebab pertem puran tersebut. Baik ia dibunuh oleh orang kafir secara mutlak, oleh orang Islam karena keliru, senjatanya  mengenai pada dirinya sendiri, jatuh dari kendaraan, atau sesamanya.

سَوَاءٌ قَتَلَهُ كَافِرٌ مُطْلَقًا أَوْ مُسْلِمٌ خَطَأً أَوْ عَادَ سِلَاحُهُ إِلَيْهِ أَوْ سَقَطَ عَنْ دَابَتِهِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ فَإِنْ مَاتَ بَعْدَ انْقِضَاءِ الْقِتَالِ بِجِرَاحَةٍ فِيْهِ يُقْطَعُ بِمَوْتِهِ مِنْهَا فَغَيْرُ شَهِيْدٍ فِي الْأَظْهَرِ

Baik ia dibunuh oleh orang kafir secara mutlak, atau oleh orang Islam karena keliru, senjatanya mengenai pada diri nya sendiri, jatuh dari kendaraan, atau sesamanya. Jika ada seseorang meninggal dunia setelah pertempuran sele sai sebab luka-luka saat bertempur yang di pastikan ia akan meninggal dunia, maka ia bukan orang mati syahid menurut pendapat al adhar.

وَكَذَا لَوْ مَاتَ فِيْ قِتَالِ الْبُغَاةِ أَوْ مَاتَ فِي الْقِتَالِ لَا بِسَبَبِ الْقِتَالِ

Begitu juga bukan orang mati syahid- seandainya seseorang meninggal dunia saat bertempur melawan bughah (pemb erontak), atau meninggal di pertempuran melawan orang kafir namun bukan disebabkan pertempuran tersebut.

Bayi Keguguran

Yang kedua adalah siqth (bayi keguguran) yang tidak mengeluarkan suara keras saat dilahirkan.

وَ الثَّانِيْ السِّقْطُ الَّذِيْ لَمْ يَسْتَهِلْ أَيْ لَمْ يَرْفَعْ صَوْتَهُ صَارِخًا فَإِنِ اسْتَهَلَ صَارِخًا أَوْ بَكَى فَحُكْمُهُ كَالْكَبِيْر

Jika bayi tersebut sempat mengeluarkan suara atau menangis, maka hukumnya seperti mayat dewasa

وَالسِّقْطُ بِتَثْلِيْثِ السِّيْنِ الْوَلَدُ النَّازِلُ قَبْلَ تَمَامِهِ مَأْخُوْذٌ مِنَ السُّقُوْطِ

Siqth dengan huruf sin yang bisa dibaca tiga wajah, adalah bayi yang terlahir sebelum sempurna bentuknya. Lafadz “siqth” di ambil dari lafadz “as suquth” yang berarti gugur.

Memandikan Mayat

وَيُغْسَلُ الْمَيِّتُ وِتْرًا) ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ

Seorang mayat dimandikan sebanyak hitungan ganjil, tiga, lima atau lebih dari itu.

وَيَكُوْنُ فِيْ أَوَّلِ غُسْلِهْ سِدْرٌ أَيْ يُسَنُّ أَنْ يَسْتَعِيْنَ الْغَاسِلُ فِي الْغَسْلَةِ الْأُوْلَى مِنْ غَسَلَاتِ الْمَيِّتِ بِسِدْرٍ أَوْ خَطَمِيٍّ

Di awal basuhannya diberi daun bidara, maksudnya disunnahkan bagi orang yang memandikan untuk menggunakan daun bidara atau daun pohon asam dibasuhan pertama dari basuhan-basuhan pada mayat.

وَ يَكُوْنُ فِيْ آخِرِهِ أَيْ آخِرِ غُسْلِ الْمَيِّتِ غَيْرِ الْمُحْرِمِ شَيْئٌ قَلِيْلٌ مِنْ كَافُوْرٍ بِحَيْثُ لَايُغَيِّرُ الْمَاء

Dan di akhir basuhan mayat selain mayat yang sedang melaksanakan ihram, sunnah diberi sedikit kapur barus sekira tidak sampai merubah sifat-sifat air.

وَاعْلَمْ أَنَّ أَقَلَّ غُسْلِ الْمَيِّتِ تَعْمِيْمُ بَدَنِهِ بِالْمَاءِ مَرَّةً وَاحِدَةً وَأَمَّاأَكْمَلُهُ.فَمَذْكُوْرٌ فِي. الْمَبْسُوْطَاتِ

Ketahuilah sesungguhnya minimal memandikan mayat adalah meratakan seluruh badannya dengan air sebanyak satu kali. Adapun memandikan yang paling sempurna maka dijelaskan di kitab-kitab yang diperluas penjelasannya.

Mengkafani

Mayat laki atau perempuan, baligh ataupun belum, dikafani di dalam tiga lembar kain putih.

وَيُكَفَّنُ الْمَيِّتُ ذَكَراً كَانَ أَوْ أُنْثًى بَالِغاً كَانَ أَوْ لَا فِيْ ثَلَاثَةِ أَثْوَابٍ بِيْضٍ وَتَكُوْنُ كُلُّهَا لَفَائِفَ مُتَسَاوِيَةً طُوْلاً وَعَرْضاً تَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهَا جَمِيْعَ الْبَدَنِ لَيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَلَا عِمَامَةٌ

Dan semuanya adalah lembaran-lembaran kain yang sama panjang dan lebarnya, masing-masing bisa menutup semua bagian badan. Dan pada kafan-kafan tersebut tidak disertakan baju kurung dan surban.

وَإِنْ كُفِّنَ الذَّكَرُ فِيْ خَمْسَةٍ فَهِيَ الثَّلَاثَةُ الْمَذْكُوْرَةُ وَقَمِيْصٌ وَعِمَامَةٌ،

Danjika mayat laki-laki akan dikafani di dalam lima lembar, maka dengan menggunakan tiga lembar kain tersebut, baju kurung dan surban.

أَوِ الْمَرْأَةُ فِيْ خَمْسَةٍ فَهِيَ إِزَارٌ وَخِمَارٌ وَقَمِيْصٌ وَلَفَافَتَانِ

Atau mayat perempuan dikafani dengan lima lembar, maka dengan menggunakan jarik, kerudung, baju kurung dan dua lembar kain.

وَأَقَلُّ الْكَفْنِ ثَوْبٌ وَاحِدٌ يَسْتُرُ عَوْرَةَ الْمَيِّتِ عَلَى الْأَصَحِّ فِيْ الرَّوْضَةِ وَشَرْحِ الْمُهَذَّبِ، وَيَخْتَلِفُ بِذُكُوْرَةِ الْمَيِّتِ وَأُنُوْثَتِهِ،

Dan minimal kafan satu lembar kain yang bisa menutup aurat mayat menurut pendapat al ashah didalam kitab ar’Raudlah dan Syarh al Muhadzab Dan ukurannya berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan si mayat.

وَيَكُوْنُ الْكَفْنُ مِنْ جِنْسِ مَا يَلْبَسُهُ الشَّخْصُ فِيْ حَيَاتِهِ

Danada ia  kafan diambilkan dari jenis kain yang biasa digunakan seseorang saat ia masih hidup.

Menshalatkan Mayat

وَيُكَبِّرُ عَلَيْهِ) أَيِ الْمَيِّتِ إِذَا صَلَّى عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ بِتَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ وَلَوْ كَبَّرَ خَمْساً لَمْ تَبْطُلْ

Dan seseorang membaca takbir empat kali beserta takbiratul ihram saat menshalati mayat. Dan seandainya ia melakukan takbir lima kali, maka shalatnya tidak batal.

لَكِنْ لَوْ خَمَّسَ إِمَامُهُ لَمْ يُتَابِعْهُ بَلْ يُسَلِّمُ أَوْ يَنْتَظِرُهُ لِيُسَلِّمَ مَعَهُ وَهُوَ أَفْضَلُ

Akan tetapi, seandainya imamnya membaca takbir lima kali, maka ia tidak usah mengikuti nya, akan tetapi melakukan salam sendiri atau menanti sang imam dan melakukan salam bersamanya dan ini yang lebih utama.

وَيَقْرَأُ الْمُصَلِّيُ الْفَاتِحَةَ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الْأُوْلَى وَيَجُوْزُ قِرَاءَتُهَا بَعْدَ غَيْرِ الْأُوْلَى

Orang yang shalat jenazah, membaca surat Al Fatihah setelah takbir yang pertama. Dan boleh membaca Al Fatihah setelah takbir selain yang pertama.

وَيُصَلِّيْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الثَّانِيَةِ

Dan membaca shalawat untuk baginda Nabi saw setelah takbir kedua.

"اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ"

وَأَقَلُّ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ"

Minimal baca’an shalawat untuk baginda Nabi Saw adalah,

"اللهم اغْفِرْ لَهُ"

Dan berdo’a untuk mayat setelah takbir ketiga. Maka ia mengucapkan, minimal doa untuk mayat adalah “ya Allah ampunilah ia”

وَيَدْعُوْ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ فَيَقُوْلُ) وَأَقَلُّ الدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ "اللهم اغْفِرْ لَهُ" وَأَكْمَلُهُ مَذْكُوْرَةٌ فِيْ قَوْلِ الْمُصَنِّفِ فِيْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ وَهُوَ (اللهم إِنَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَا وَمَحْبُوْبِهِ وَأَحِبَّائِهِ فِيْهَا إِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيْهِ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا اللهم إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَبِيْرٌ مَنْزُوْلٌ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيْرًا إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ اللهم إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ إِحْسَانِهِ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ وَ افْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَجَافِ الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الْأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهُ آمِنًا إِلَى جَنَّتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Dan doa yang paling sempurna disebutkan di dalam ucapan mushannif di dalam sebagian redaksi matan, yaitu, “ya Allah sesungguhnya mayat ini adalah hamba-Mu dan putra dua hamba-Mu. Ia telah keluar dari kesenangan dan ke luasan dunia, dari orang yang ia cintai dan para kekasihnya di dunia menuju gelapnya kubur dan apa yang akan ia temui di sana. Ia bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Engkau, hanya Engkau, tidak ada sekutu bagi Engkau, dansesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu. Engkau lebih tahu terhadapnya daripada kami. Ya Allah, sesungguhnya ia telah singgah pada-Mu dan Engkau adalah Tuhan yang disinggahi. Ia telah menjadi orang yang sangat membutuhkan rahmat-Mu dan Engkau tidak butuh untuk meyiksanya. Sesungguhnya kami datang pada-Mu karena mencintai-Mu dan memohonkan syafaat untuknya. Ya Allah, jika ia adalah orang yang berbuat baik, ma ka tambahkanlah kebaikannya. Dan jika ia adalah orang yang berbuat jelek, maka temukanlah ia pada keridlaan-Mu sebab rahmat-Mu, lindungilah ia dari fitnah dan siksa kubur, luaskanlah ia di dalam kuburnya, renggangkan lah bu mi dari kedua lambungnya, dan sebab rahmat-Mu temukanlah padanya rasa aman dari siksa-Mu hingga engkau ba ngunkan ia dalam keadaan aman menuju surga-Mu, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang paling pemurah”.

Setelah takbir ke empat ia membaca do’a,

اللهم لَاتَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَاتَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

“ya Allah, janganlah Engkau halangi pahalanya pada kami. Dan janganlah Engkau menfitnah kami setelah ia meninggal. Dan ampunilah kami dan dia”

وَيَقُوْلُ فِيْ الرَّابِعَةِ اللهم لَاتَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَاتَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

وَيُسَلِّمُ الْمُصَلِّيْ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الرّابِعَةِ

Dan orang yang menshalati melakukan salam setelah takbir ke empat. Bacaan salam di dalam shalat ini sama seperti bacaan salam di dalam selain shalat jenazah dalam tata cara dan jumlahnya, akan tetapi di sini disunnahkan untuk menambah lafadz

وَالسَّلَامُ هُنَّا كَالسَّلَامِ فِيْ صَلَاةِ غَيْرِ الْجَنَازَةِ فِيْ كَيْفِيَتِهِ وَعَدَدِهِ لَكِنْ يُسْتَحَبُّ هُنَّا زِيَادَةُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pemakaman

Seorang mayat dimakamkan di dalam lahd  (lieng lhok; Aceh) dengan menghadap kiblat.

وَيُدْفَنُ الْمَيِّتُ فِيْ لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَة

Lahd, dengan huruf lam yang terbaca fathah dan dlammah, dan huruf ha’ yang terbaca sukun, adalah bagian yang digali di sisi liang kubur bagian bawah di arah kiblat kira-kira seukuran yang bisa memuat dan menutupi mayat.

وَاللَّحْدُ بِفَتْحِ اللَّامِ وَضَمِّهَا وَسُكُوْنِ الْحَاءِ مَا يُحْفَرُ فِيْ أَسْفَلِ جَانِبِ الْقَبْرِ مِنْ جِهَةِ الْقِبْلَةِ قَدْرَ مَا يَسَعُ الْمَيِّتَ وَيَسْتُرُهُ

Mengubur di dalam lahd itu lebih utama dari- pada mengubur di dalam syiqq jika postur tanahnya keras.

وَالدَّفْنُ فِيْ اللَّحْدِ أَفْضَلُ مِنَ الدَّفْنِ فِي الشَّقِّ إِنْ صَلُبَتِ الْأَرْضُ

Syiqq  adalah galian yang berada di bagian tengah liang kubur yang berbentuk seperti selokan air, di bangun kedua sisinya, mayat di letakkan di antara kedua sisi tersebut dan di tutup dengan bata mentah atau sesamanya.

وَالشِّقُّ أَنْ يُحْفَرَ فِيْ وَسَطِ الْقَبْرِ كَالنَّهْرِ وَيُبْنَى جَانِبَاهُ وَيُوْضَعُ الْمَيِّتُ بَيْنَهُمَا وَيُسْقَفُ عَلَيْهِ بِلَبِنٍ وَنَحْوِهِ

وَيُوْضَعُ الْمَيِّتُ عِنْدَ مُؤَخِّرِ الْقَبْرِ

وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ بَعْدَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ زِيَادَةٌ وَهِيَ (وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ) أَيْ سَلًّا (بِرِفْقٍ) لَابِعَنْفٍ

Sebelum dimasukkan, mayat diletakkan di sisi belakang / bagian kaki kubur. Di dalam sebagian redaksi, setelah kata-kata “menghadap kiblat”, ada tambahan keterangan. Yaitu, mayat di turunkan ke liang kubur dimulai dari arah kepalanya, maksudnya dimasukkan dengan cara yang halus tidak kasar.       Orang yang memasukkan mayat ke liang lahd, sunnah mengucapkan,

"بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ"

“Dengan Mennyebut Nama Allah. Dan atas agama Rasulullah SAW”  Dan mayat diletakkan didalam kubur dengan posisi tidur miring setelah kubur tersebut digali sedalam ukuran orang berdiri dan melambaikan tangan.

(وَيَقُوْلُ الَّذِيْ يُلْحِدُهُ "بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" وَيُضْطَجَعُ فِيْ الْقَبْرِ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً)

Posisi tidur miring dengan menghadap kiblat dan bertumpuh pada lambung mayat sebelah kanan.

وَيَكُوْنُ الْاِضْطِجَاعُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ

Seandainya mayat dikubur dengan posisi membelakangi kiblat atau terlentang, maka wajib digali lagi dan di hadapkan ke arah kiblat, selama mayat tersebut belum berubah

فَلَوْ دُفِنَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ أَوْ مُسْتَلْقِيًا نُبِشَ وَوُجِّهَ لِلْقِبْلَةِ مَالَمْ يَتَغَيَّرْ

Bentuk kubur tersebut diratakan, tidak dibentuk seperti punuk unta, tidak dibangun dan tidak di tajshish, maksudnya makruh men-tajshish¬kubur dengan gamping.  Jash adalah kapur yang diberi nama dengan gamping.

Menangisi Mayat

وَيُسْطَحُ الْقَبْرُ) وَلَا يُسْنَمُ (وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ ) أَيْ يُكْرَهُ تَجْصِيْصُهُ بِالْجَصِّ وَهُوَ النَّوْرَةُ الْمُسَمَّاةُ بِالْجِيْر

 

Tidak masalah/tidak apa-apa menangisi mayat, sebelum dan setelah meninggal dunia. Namun tidak menangis itu lebih utama. Namun  menangisi orang meninggal harus tidak sampai  teriak-teriak disertai mengeluh dan tidak sampai menyobek pakaian.

(وَلَا بَأْسَ بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ قَبْلَ الْمَوْتِ وَبَعْدَهُ وَتَرْكُهُ أَوْلَى وَيَكُوْنُ الْبُكَاءُ عَلَيْهِ (مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ) أَيْ رَفْعِ صَوْتٍ بِالنَّدْبِ (وَلَا شَقِّ ثَوْبٍ)

Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa “jaib” sebagai ganti “tsaub”. Jaib adalah kerah baju khamis

وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ جَيْبٌ بَدَلَ ثَوْبٍ وَالْجَيْبُ طُوْقُ الْقَمِيْصِ

Ta’ziyah

Sunnah ta’ziyah kepada keluarga mayat, baik yang kecil, besar, laki-laki, dan yang wanita kecuali wanita yang muda. Maka tidak dianjur ta’ziyah pada wanita yang muda selain orang-orang yang memiliki ikatan mahram dengannya.     (وَيُعَزَّى,أَهْلُهُ) أَيِ.الْمَيِّتِ صَغِيْرُهُمْ وَكَبِيْرُهُمْ وَذَكَرُهُمْ وَأُنْثَاهُمْ إِلَّا الشَّابَةَ فَلَا يُعَزِّيْهَا إِلَّا مَحَارِمُهَا

Ta’ziyah sunnah dilakukan sebelum dan setelah pemakaman hingga tiga hari terhitung sejak setelah pemakaman, jika orang yang ta’ziyah dan yang dita’ziyahi tidak sedang bepergian. Jika salah satunya sedang tidak ditempat, maka masa kesunnahan ta’ziyah tetap terus berlangsung hingga kedatangannya.   وَالتَّعْزِيَةُ سُنَّةٌ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ (إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ) بَعْدِ (دَفْنِهِ) إِنْ كَانَ الْمُعَزِّيْ وَالْمُعَزَّى حَاضِرَيْنِ فَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمَا غَائِبًا امْتَدَّتِ التَّعْزِيَةُ إِلَى حُضُوْرِهِ

Secara bahasa ta’ziyah adalah menghibur orang yang terkena musibah sebab orang yang dikasihinya. Dan secara syara’ adalah perintah dan dorongan untuk bersabar dengan menjan jikan pahala dan berdo’a untuk mayat agar mendapat ampunan, dan untuk orang yang terkena musibah agar musibahnya mendapatkan ganti yang baik. Tidak diperkenankan memakam kan dua orang di dalam satu kubur kecuali karena hajat seperti sempitnya lahan dan terlalu banyaknya orang yang meninggal dunia

.         وَالتَّعْزِيَةُ لُغَةً التَّسْلِيَةُ لِمَنْ أُصِيْبَ بِمَنْ يَعَزُّ عَلَيْهِ وَشَرْعًا الْأَمْرُ بِالصَّبْرِ وَالْحَثُّ عَلَيْهِ بِوَعْدِ الْأَجْرِ وَالدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بِالْمَغْفِرَةِ وَالْمُصَابِ بِجَبْرِ الْمُصِيْبَةِ (وَلَا يُدْفَنُ اثْنَانِ فِيْ قَبْرٍ) وَاحِدٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ) كَضَيْقِ الْأَرْضِ وَكَثْرَةِ الْمَوْتَى


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah