PEMBAHASAN TENTANG KULIT BANGKAI

 Universitas Islam Dunia 02sep2021

BAB MENYAMAK KULIT BANGAKAI

(DIBAGH)

Mari bersama belajar fiqh agar dalam hidup selalu terarah sesuai hukum syaria’ah

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah )

Di tulis 0leh walid blang jruen kutipan dari dalam kitab albajuri jilid 1 pengajian rutinitas dikelas IV.B

 diterjemahkan 0leh Walid Blang Jruen 

Yang di asuh 0leh Maha Guru Ayah Hajat (Tgk Ibnu Hajar )

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

فَصْلٌ) فِيْ ذِكْرِ شَيْئٍ مِنَ  الْأَعْيَانِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَمَا يَطْهُرُ مِنْهَا بِالدِّبَاغِ وَمَالَايَطْهُرُ)

(Fashal) menjelaskan tentang barang-barang ( أَعْيَان) najis, barang-barang Tersebut  najis yang bisa suci dengan cara di-samak dan yang tidak bisa suci dengan cara di-samak.

وَجُلُوْدُ الْمَيْتَةِ) كُلِّهَا (تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ) سَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ مَيْتَةُ مَأْكُوْلِ اللَّحْمِ وَغَيْرِ)

Kulit bangkai semuanya bisa suci dengan cara di-samak. Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dagingnya  dan yang tidak halal dimakan.

Tata Cara Menyamak

وَكَيْفِيَّةُ الدَّبْغِ أَنْ يَنْزِعَ فُضُوْلَ الْجِلْدِ مِمَّا يُعَفِّنُهُ مِنَ الدَّمِ وَنَحْوِهِ بِشَيْئٍ حِرِّيْفٍ كَعَفْصٍ وَلَوْكَانَ الْحِرِّيْفُ نَجِسًا كَذَرْقِ حَمَامٍ كَفَى فِي الدَّبْغِ

Tata cara menyamak adalah menghilangkan  hal-hal yang melekat (فُضُوْل) kulit yang bisa membuat busuk yaitu beru pa darah dan seumpamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman afshin  Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan.

إِلَّاجِلْدَ الْكَلْبِ وَالْحِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا) مَعَ حَيَّوَانٍ طَاهِرٍ, فَلَا يَطْهُرُ بَالدِّبَاغِ (وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ) وَكَذَا الْمَيْتَةُ أَيْضًا نَجِسَةٌ وَأُرِيْدَ بِهَا الزَّائِلَةُ الْحَيَّاةِ بِغَيْرِ ذَكَّاةٍ شَرْعِيَّةٍ

Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di-samak. Tulang dan bulu nya bangkai hukumnya adalah najis. Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis. Yang dikehendaki de ngan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.

فَلَا يُسْتَثْنَى حِيْنَئِذٍ جَنِيْنُ الْمُذَكَّاةِ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ مَيْتًا, لِأَنَّ ذَكَّاتَهُ فِيْ ذَكَّاةِ أُمِّهِ. وَكَذَا غَيْرُهُ مِنَ الْمُسْتَثْنَيَاتِ  الْمَذْكُوْرَةُفِي الْمَبْسُوْطَاتِ

Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya induk binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam ki tab-kitab yang luas keterangannya.

ثُمَّ اسْتَثْنَى مِنْ شَعْرِ الْمَيْتَةِ قَوْلَهُ (إِلَّا الْآدَمِيَّ) أَيْ فَإِنَّ شَعْرَهُ طَاهِرٌ كَمَيْتَتِهِ

Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbu nyi, “kecuali anak Ada m.” Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَاب



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah