Murtad

MARI BERSAMA MENGENAL APA ITU MURTAD

06 muharram 1441H
Di tulis 0leh Waled blang jruen
berdasarkan Kitab Al Bajuri sebagai
bahan renungan bagi kita semua agar
 selamat dunia maupun akhirat kelak

Kitab Hasyiyah Ibrahim al Bajuri merupakan kitab fiqih madzhab Syafii karangan Syeikh Burhanuddin Ibrahim al Baijuri bin Syeikh Muhammad al Jizawi bin Ahmad, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Ibrahim al Baijuri. Beliau lahir pada tahun 1198 H/1783 M, di Desa Bajur atau Baijur, pusat Distrik al-Munufiyah Mesir. Imam al-Bajuri wafat pada Kamis, 28 Dzulqa‘dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Jenazahnya dishalatkan di Masjid al-Azhar asy-Syarif dan dikuburkan di kawasan Qurafah al-Kubra (al-Mujawarin).

Dalam keseharian manusia di zaman era abad medern banyak yang tak sadar atau sengaja jatuh dalam murtad.........!
 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ الرِّدَةِ)
(Fasal) Disini menjelaskan hukum-hukum orang murtad.

وَهِيَ أَفْحَشُ أَنْوَاعِ الْكُفْرِ
Murtad adalah bentuk kekafiran yang paling buruk dan keji.

وَمَعْنَاهَا لُغَةً الرُّجُوْعُ عَنِ الشَّيْئِ إِلَى غَيْرِهِ
Makna murtad secara bahasa adalah kembali dari sesuatu pada sesuatu yang lain.

وَشَرْعًا قَطْعُ الْإِسْلَامِ بِنِيَّةِ كُفْرٍ أَوْ قَوْلِ كُفْرٍ أَوْ فِعْلِ كُفْرٍ كَسُجُوْدٍ لِصَنَمٍ
Dan secara syara’ adalah memutus islam dengan niat, ucapan atau perbuatan kufur seperti sujud kepada berhala.

سَوَاءٌ كَانَ عَلَى جِهَةِ الْاِسْتِهْزَاءِ أَوِ الْعِنَادِ أَوِ الْاِعْتِقَادِ كَمَنِ اعْتَقَدَ حُدُوْثَ الصَّانِعِ
Semua itu baik atas dasar meremehkan, menentang atau menyaqini seperti orang yang menyaqini baru datangnya Sang Pencipta.

وَمَنِ ارْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ مِنْ رَجُلٍ أَوِ امْرَأَةٍ كَمَنْ أَنْكَرَ وُجُوْدَ اللهِ أَوْ كَذَّبَ رَسُوْلًا مِنْ رُسُلِ اللهِ أَوْ حَلَّلَ مُحَرَّمًا بِالْإِجْمَاعِ كَالزِّنَا وَشُرْبِ الْخَمْرِ أَوْ حَرَّمَ حَلَالًا بِالْإِجْمَاع ِكَالنِّكَاحِ وَالْبَيْعِ اُسْتُتِيْبَ وُجُوْبًا فَيْ الْحَالِ فِيْ الْأَصَحِّ فِيْهِمَا
Barang siapa yang murtad dari agama islam, laki-laki atau perempuan seperti orang yang mengingkari wujudnya Allah, mendustakan satu rasul dari rasul-rasulnya Allah, menghalalkan perkara yang diharamkan secara ijma’ seperti zina dan minum khamr, atau mengharamkan perkara yang halal secara ijma’ seperti nikah dan jual beli, maka ia wajib disuruh taubat seketika menurut qaul al ashah dalam dua perkara tersebut (wajib disuruh taubat dan seketika).

وَمُقَابِلُ الْأَصَحِّ فِيْ الْأُوْلَى أَنَّهُ يُسَنُّ الْاِسْتِتَابَةُ وَفِيْ الثَّانِيَةِ أَنَّهُ يُمْهَلُ ثَلَاثًا أَيْ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Sedangkan muqabil al ashah (pendapat pembanding al ashah) dalam permasalahan yang pertama adalah sesungguhnya orang tersebut sunnah disuruh taubat. Dan dalam permasalahan kedua adalah sesungguhnya orang tersebut diberi tenggang waktu tiga, maksudnya hingga tiga hari.

فَإِنْ تَابَ بِعَوْدِهِ إِلَى الْإِسْلَامِ بِأَنْ يُقِرَّ بِالشَّهَادَتَيْنِ عَلَى التَّرْتِيْبِ بِأَنْ يُؤْمِنَ بِاللهِ أَوَّلًا ثُمَّ بَرَسُوْلِهِ
Jika orang tersebut mau bertaubat dengan kembali ke islam dengan cara mengikrarkan diri dengan mengucapkan dua kalimat syahadah secara tertib dengan mengucapkan iman kepada Allah pertama kali kemudian kepada rasul-Nya.

فَإِنْ عَكَسَ لَمْ يَصِحَّ كَمَا قَالَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ فِيْ الْكَلَامِ عَلَى نِيَّةِ الْوُضْوْءِ
jika ia membalik , maka tidak syah sebagaimana yang diungkapkan imam an Nawawi di dalam kitabnya yaitu Syarah al Muhadzab pada  pembahasan niat wudlu’.

وَإِلَّا أَيْ وَإِنْ لَمْ يَتُبِ الْمُرْتَدُّ قُتِلَ أَيْ قَتَلَهُ الْإِمَامُ إِنْ كَانَ حُرًّا بِضَرْبِ عُنُقِهِ لَا بِإِحْرَاقٍ وَنَحْوِهِ
Dan jika tidak mau, maksudnya jika orang murtad tersebut tidak mau taubat, maka ia berhak dibunuh, maksudnya imam membunuhnya jika ia adalah orang merdeka dengan memenggal lehernya tidak dengan membakarnya dan seumpamanya.

فَإِنْ قَتَلَهُ غَيْرُ الْإِمَامِ عُزِّرَ
jika selain imam yang membunuh orang murtad tersebut, maka orang tersebut berhak dita’zir imam atau kadhi.

وَإِنْ كَانَ الْمُرْتَدُّ رَقِيْقًا جَازَ لِلسَّيِّدِ قَتْلُهُ فِيْ الْأَصَحِّ
Dan jika orang murtad tersebut adalah budak(lamit), maka bagi majikannya diperkenankan membunuhnya menurut pendapat al ashah.

ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ حُكْمَ الْغُسْلِ وَغَيْرَهُ فِيْ قَوْلِهِ
Kemudian mushannif menyebutkan hukum memandikan orang murtad dan yang lainnya di dalam perkataan beliau,

وَلَمْ يُغْسَلْ وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يُدْفَنْ فِيْ مَقَابِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
Dan orang murtad tersebut tidak wajib dimandikan, tidak boleh dishalati dan tidak boleh dimakamkan di pemakaman kaum muslimin.
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَاب


NB;
Kritikan yang membangun dari pembaca sangat perlu agar supaya dalam pembahan ini lebih kepada menuju sempurna, dengan membaca articel ini yang isinya pembahasan salah satu isi dari sekian banyak fasal fasal dalam kitab Hasyiyah Ibrahim Al Baijuri kita akan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami hukum hukum islam. Terlebih dari itu, kitab Hasyiyah ini banyak menjadi rujukan para ulama dalam menetapkan hukum-hukum Islam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah