Terjemahan Khutbah aL- Mahally Versi Pesantren/Dayah

شرح العلامة  الدينجلالالمحليعلى منهاج الطالبين

للشيخ أبي زكريا يحيى بن شرف النووي في فقه

مذهب الإمام الشافعي رحم الله الجميع ونفعنابهم آمين

الجزء  الأول

Universitas Islam Dunia

Walid Blang Jruen mencoba menterjemahkan syarah minhajuthalibin dengan ringkas dan seringkas ringkasnya semoga bermamfaat bagi penulis sendiri (walid), dan harapan hendaknya bagi pembaca Amin Yarabbal Alamin

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

segala jenis puji itu(tsabit ia segala jenis puji) bagi Allah itu atas pemberian nikmatNya (Allah) .Rahmat dan sejahtera (itu) (tsabit ia rahmat dan sejahtera) atas penghulu kita Muham mad dan atas keluarganya dan atas semua saha batnya, ini syarahitu yang menyeru kepadanya oleh hajat orang-orang yang ingin mem pelajari kitab Minhaj ilmu fiqh.Yaitu sebuah syarahan yang menguraikan lafadh- minhaj dan yang men jelas kan maksud-maksud nya minhaj dan menye mpurna kan faedah-faedahnya minhaj keadaan atas bentuk yang sangat kecil. Yang sunyi syarah dari pada pembahasan yang  tidak penting dan penjelasan yang terlalu luas lagi yang meleng kapi bagi dalil dan argumentasi Dan (khusus akan) Allah aku memohon (akan) bahwa membe ri manfaat dengannya syarah. Dan bermula dia- Nya (Allah) (itu) yang mencukupiku dan sebaik- baik pelindung.

Telah berkatalah penulis (kitab Minhaj at-Thali bin /Imam an-Nawawi) dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Maksudnya saya memulai (penyusunan kitab ini dengan BASMALAH).

Segala jenis puji tsabit bagi Allah. Dianya dari pada bentuk-bentuk pujian dan bermula ianya mengsifatkan dengan hal-hal yang bagus. Karena tujuan dengannya (الْحَمْدُ للهِ) sanjungan atas Allah dengan kandungannya (الْحَمْدُ للهِ) karena bahwa susungguh-Nya (Allah) itu pemilik bagi semua puji dari pada makhluk. Atau yang berhak bagi bahwa memuji oleh mereka para makhluk bukan menceritakan akan demikian Segala puji bagi Allah. dengan fatah maksudnya maha berbuat ihsan الْجَوَادِ dengan tanpa tasydid sangat banyak اَلْجُوْد maksud nya pemberian. (Allah) الَّذِي yang جَلَّتْ maksud nya yang agunglah segala pemberi -an nikmat-Nya الَّذِي (bermula dianya نِعَمُ) jamak dari lafadh نِعْمَةٍ keadaan nya نِعْمَةٍ dengan makna memberi nikmat. Jauh daripada الْإِحْصَاءِ itu nikm -at yang pem batasan dengan segala hitungan firman Allah “الْمَانِّ yang maha memberi dengan kelembutan kekua saannya atas ta’at dan membe -ri petunjuk maksud nya memberi peunjuk baginya ta’at. Lagi menunjuki jalan benar (ar- Rasyad) itu kebalikan lawan sesat (al-ghayyi)  Lagi memberi taufiq bagi mema hami ilmu agama. Artinya memberikan cara memahami dalam bidang syar’i akan kebaikan dan memilih to mulia  ianya (siman) dari pada segala hamba. ini diambil dari hadis dalam dua,1 kitab shahih. Siapapun yang menghendaki oleh Allah niscaya memberi faham pada agama.”

Aku puji akan nya Allah akan semubala ghah- muba laghah puji, maksudnya sehabis-habisnya puji dan sesempurna -sempurnanya puji dan أَزْكَاهُ maksud nya seberkembang -berkembangnya puji danأَشْمَلَه maksud nya seumum-umumnya puji. Dan الخ) (أَحْمَدُه itu lebih mubalaghah dari pada pujinya mushannif yang pertama. Dan itu puji yang pertama itu lebih tersentuh dalam jiwa dari pada sekira-kira rinciannya yang pertama. Dan (tsabit) dalam hadis Muslim dan lainnya (Muslim) “Sesungguhnya segala jenis puji itu sebut ia segala puji bagi Allah kami puji akannya Allah dan kami minta tolong akan nya Allah Maksudnya kami puji akanya Allah karena bahwa sungguhnya (Allah) itu yang berhak bagi segala jenis pujian.

Dan saya bersaksi maksudnya saya meyakini akan bahwasanya tiada Tuhan maksudnya tiada sembahan yang tsubut ia sembahan dengan sebenarnya pada semua yang ada kecuali itu Allah yang wajiblah wujud. Yang mah.a esa ia (Allah) maksudnya الَّذِي yang tiada jenis berbi lang-bilang baginya (الَّذِي) maka tidak terbagi ia (Allah) dengan cara apapun dan tiada jenis bandi ngan baginya (Allah) maka tiada jenis keserupa an di antaranya (Allah) dan di antara lainnya (Allah) dengan cara apapun. Lagi yang maha mengampuni ia (Allah) maksudnya yang maha menutupi ia (Allah) bagi segala dosa orang-orang yang menghendaki ia (Allah) dari pada segala hambanya (Allah) yang berimanlah sekalian mereka itu hamba maka tidak menampakkan ia (Allah) akanya dosa-dosa dengan menyiksa atasnya dosa-dosa. Dan tidak mengatakan ia (mushannif) akan (القهّار) akan ganti dari (الغفّار) karena bahwa sungguhnya makna mengerasi dapat dipahami akan dia makna mengererasi dari pada sebelumnya (al-qahhar) maksudnya dari (kata al-wahid penj): karena sebahagian dari keadaan zat yang esa pada kerajaannya adalah mengerasi (perkasa).

Dan saya bersaksi bahwa sungguhnya Muhammad hambanya Allah dan rasulnya yang dibersih kan akan dia rasul lagi yang dipilih akan dia rasul maksudnya dari pada sekalian manusia supaya bahwa mengajak ia rasul akan mereka itu manusia kepada agama Islam. Kiranya mem beri rahmat iaAllah dan memberi kesejahteraan iaAllah atas Muhammad dan menambah ia Allah akan nya(Muhammad)akan kele bihan dan kemu liaan di sisinya maksudnya di sisinya Allah. Dan tujuan dengan demikian (صلى الله الخ) itu berdo’a maksudnya ya Allah berilah rah mat dan berilah kese jahteraan atasnya Muhammad dan berilah tambahan akannya Muhammad. Dan telah meny -ebut kan ia mushannif akan tasyahud karena hadis Abi Daud dan Tirmizi “tiap-tiap khutbah yang tidak adalah padanya(khutbah)itu tasyahud itu niscaya maka dianya (khutbah) itu seperti tangan yang bunting berpe nyakit kusta maksud nya sedikitlah berkah.”

Adapun sesudah itu maksudnya sesudah sesuatu yang terdahulu sebutnya sesuatau maka bahwa sesungguh nya menyibukkan diri dengan ilmu yang dimaklumi pada syara’ yang terbenar ia ilmu dengan fiqh dan hadis dan tafsir itu sebagian dari pada seafdhal-afdhal segala ta’at karena bahwa sungguhnya (segala ta’at) itu ada yang difardhukan dan ada yang disunatkan. Dan yang di fardhukan itu lebih afdhal dari pada yang disunatkan. Dan menyibukkan diri dengan ilmu itu sebagian dari padanya yang difadhukan karena bahwa sungguhnya menyibukkan diri dengan ilmu) itu fardhu kifayah. Dan (tsubut dalam satu hadis yang meng hasankan akan nya (hadis) oleh Turmizi “(bermula) kelebihan orang ‘alim di atas orang yang  beribadah itu seperti kelebihanku diatas serendah-rendah kalian.”

Dan itu sebagian dari seaula-aula sesuatu yang diinfak kan padanya sesuatu akan permata- permata segala waktu dan bermula dianya sesuatu yang di infakkan padanya sesu atu…. itu segala ibadah. Menyerupakan (mushanif) akan menghabiskan waktu dengannya ibadah dengan apa diserupakan) dengan mempergu nakan harta pada segala jalan kebaikan yang dinama kan akan dia mempergunakan harta pada jalan kebaik an dengan infaq.Dan mengsifatkan ia mushan nif akan (الْأَوْقَاتَ) dengan النَّفَاسَة karena bahwa sungguh nya hal wasya-an tidak mungkin mengganti kan sesuatu yang luput ia sesuatu dari padanya segala waktu dengan tidak ada ibadah dan mengidhafahkan ia (mushannif) kepadanya (الْأَوْقَاتَ) akan sifatnya (الْأَوْقَاتَ) karena saja’. Dan terkadang-kakdang dikatak an): ianya idhafah (itu) dari pada idhafah yang sangat umum kepada yang sangat khusus (sama bandi ngannya) seperti masjid jami’.Dan tidak an أَفْضَل) atas ini takdir.

Dan sungguh telah memperbanyak oleh ulama- ulama mazhab As-Syafi’I kiranya memberi rahmat oleh Allah (akan) mereka itu dari pada membuat tulisan dari pada kitab-kitab yang uraiannya luas dan kitab- kitab ringkasan dalam bidang ilmu fiqih. Dan kata الصُّحْبَةُ disini itu bersatu dalam mengikuti imam mujtahid pada barang yang berpendapat imam mujtah id akan permasalahan dari pada segala hukum-hukum hal keadaan demikian itu majaz dari pada berkumpul dalam pergaulan. Dan yang paling bagus kitab ringkas an itu kitab al-Muharrar karangan bagi Imam (siapa imam) Abi Qasim (siapa Abi Qasim) Imam Agama (siapa Imam agama) Abdil Karim yang dibangsakan kepada Ar-Rafi’ kiranya memberi rahmat akan Imam Rafi’I oleh Allah Ta’ala Dianya ar-Rafi’i itu dibangsakan kepada Rafi’ bin Khadij dari kalangan shahabat nabi sebagaiman kita dapat kan akan dianya pada tulis an Imam ar-Rafi’i pada yang menghikayah, ianya Imam ar-Rafi’I kiranya memberi rahmat akan imam Rafi’I oleh  Allah SWT

Yang mempunyai at-tahqiqat yang sangat banyak dalam ilmu dan at-tadqiiqat yang sangat melimpah dalam ilmu agama. Sebagian dari pada keramatnya Imam Rafi’i itu sesuatu yang dihikayahkan akan dia barang mana sesuatu yang dihikayahkan bahwa sungguh pohon itu bercahaya ia pohon atasnya (Imam Rafi’i) manakala kehabisan ia (Imam Rafi’i) pada waktu menulis karangan akan barang yang menerangi ia sesuatu akan nya (Imam Rafi’i) atasnya menulis

Dan, maksudnya al-Muharrar itu sangat banyak faedah itu kebutuhan pokok dalam mentahqiq kan mazhab maksudnyaberpendapat kepadanya oleh Imam As- Syafi’i dan semua shahabat- shahabatnya Imam As- Syafi’i dari pada segala hukum dalam segala masalah hal kedaan demiki an itu majaz dari pada tempat berjalan. Itu tempat pegangan bagi para mufti dan lainnya mufti dari pada orang-orang yang mempunyai kegemaran maksudnya segala pemiliknya kege maran. Dan dianya (الرَّغَبَاتِ) dibaca dengan fatah ghain jamak dari رَغْبَةٍ dibaca dengan sukunnya ghain

Dan sungguh telah melazimkan oleh mushannif nya al-Muharrar kiranya memberi rahmat akan nya mushannif oleh Allah akan bahwa mengnash kan ia mushannif dalam masalah kilaf atas bara ng yang telah mentashhihkan akannya sesuatu oleh kebanyakan ulama mazhab Syafi’I dalam masalah khilaf. Dan telah menyempurnakan ia mushannif dibaca dengan tanpa tasydid dan dengan tasydid dengan sesuatu yang melazim kan ia mushannif sesuatu pada sekira-kira barang yang mengetahui ia mushannif atasnya sesuatu maka tidak menafikan akan demikian menyempurna kan sesuatu yang ia lazimkan oleh pembetulan nya Imam Nawawi atasnya mushan nif akan pentashhihan pada beberapa tempat yang akan datang ia

Dan bermula dianya maksudnya sesuatu yang telah melazimkan ia (mushannif) akanya sesuatu itu sebagian daripada yang paling penting atau bermula dianya (barang dilazimkan oleh mushan nif) itu yang paling penting daripada segala yang dicari bagi orang yang mencari ilmu fiqh yaitu berpegang atas yang ditashhihkan daripada khilaf daripada segala masalahnya (khilaf). Tetapi (tsubut) pada bentuknya maksud nya al-Muhar rar itu besar, yang lemah dari pada menghafal nya oleh kebanyakan ahli masa mak sudnya orang-orang yang suka pada menghafal much tashar dalam bidang ilmu fiqh kecuali sebagian orang -orang yang rajin daripada mereka itu ahli masa maka tidak berat atas (ahluinayat) oleh menghafalnya (al-Muharrar). Maka saya berpen dapat berasal dari ra’yi dalam segala urusan yang penting bukan daripada ruqyah/melihat akan meringkasnya (al-Muharrar) dengan bahwa tidak hilang lah sedikit pun daripada tujuan- tujuannya (al-Muharrar) dalam sekitar setengah bentuknya (al-Muharrar). dianya sekitar setengah itu yang terbenar ianya sekitar setengah dengan sesuatu yang terjadi ianya sesuatu dalam Kenya taan daripada lebih atas setengah dengan sedikit supaya mudah lah menghafalnya maksudnya mukhtashar bagi tiap-tiap orang yang suka ia orang pada menghafal mukhtashar beserta barang maksud nya hal keadaan demikian mukhtashar itu disertakan akan demikian muk htashar dengan sesuatu yang aku gabung akan nya sesuatu jika menghendaki oleh Allah Ta’ala pada celah-celahnya (mukhtashar).

Dan dengan demikian telah hampir ia mukhtas har daripada tiga per empat ashalnya mukhtas har sebagai mana barang yang dikatakan orang akan dianya sesuatu daripada permata-permata yang mustajadat mak sudnya yang indah- indah.Sebagian dari padanya (permata- permata yang indah itu peringatan atas qayid-qayid pada sebagian masalah-masalah dengan bahwa disebu tkan akan dia (qayid-qayid) padanya masalah- masalah yang bermula dianya (qayid-qayid) daripada ashal itu dibuangkan akan dia (qayid- qayid) maksudnya diting galkan akan dia (qayid-qayid) karena mempadakan dengan pen yebutan nya (qayid-qayid) dalam kitab-kitab yang besar. itu yang dimaksud akan dia (menyebutkan mukhtar). Dan jikalau mengibarat ianya (Imam an-Nawawi) dengannya (zikr al-Mukhtar) pada awal niscaya ada ia (demikian ibarat) itu bagus.

Dan sebagian daripadanya permata-permata sesuatu yang indah itu menggantikan barang yang ada ia sesuatu itu daripada lafad-lafadnya (al-Muhar rar) itu asing maksudnya tiada sering pemakaian atau itu mewahamkan maksudnya menjatuhkan dalam waham maksudnya pemikir -an akan sebalik betul. Maksudnya mendatang kan akan ganti demikian yang asing dengan yang lebih jelas dan lebih ringkas daripadanya yang asing dengan ibarat-ibarat yang terang maksud nya yang jelas pada menyampaikan maksud.Dan telah memasukkan ia(Imam an-Nawawi) akan بِ sesudah lafadh إبْدَالُ  atas sesuatu yang didat ang kan akan dia sesuatu  demikian itu sesuai bagi pemakaian ‘uruf sekalipun ada ia demikian itu sebalik yang ma’ruf pada lughat yaitu yang ma’ruf pada lughatitu memasuk kannya (بِ) atas yang ditinggalkan. seumpama demikian itu Aku gantikan yang baru dengan yang buruk. Maksud nya aku ambil akan yang baru dengan meninggal kan yang buruk.

Dan sebahagian daripanya (permata-permata yang bagus) itu penjelasan dua Qaul (pendapat Imam Syafi’i) dan dua wajah (pendapat ashabul wujuh) dan dua thariq (jalur hikayah qaul atau wajah) dan nahs (pernyataan tegas Imam Syafi’i) dan tingkatan-tingkatan khilaf pada kuat dan pada dhaif pada semua masalah pada segala keadaan (konsisten). Dengan sebalik Al-Muhar rar (tidak konsisten) pada satu kali menjelaskan ia (al-Muharrar)akan seumpama Ashah pada dua qaul dan Adhhar pada dua wajah dan pada kali yang lain tidak menjelaskan ia (al-Muhar rar) akan seumpama Ashah dan Adhhar.

Maka sekira-sekira aku kata pada adhhar atau pada masyhur maka dari pada dua qaul atau beberapa qaul bagi Imam As-Syafi’I semoga memberi rahmat oleh Allah untuknya (Imam As-Syafi’i) maka jika kuatlah khilaf (maqabil) karena kuat dalillnya khilaf niscaya aku kata (akan)al-Azhar yang mengisyarah ia (al-Adhar) dengan dhahir muqabilnya (al-Adhar) dan jika tidak (kuat ia khilaf) (niscaya) maka (aku kata) akan al-Masyhur yang mengis yarah ia (al-Masyh ur) dengan asing muqabilnya (al-Masyhur) karena lemah dalilnya (khilaf/muqabil). Dan sekira-kira aku kata akan al-Ashah atau as- Shahih maka daripada dua wajah atau beberapa wajah bagi shahabat-shahabat (ImamSyafi’i) kira nya meri dhai oleh Allah untuknya (Syafi’i). Maka jika kuatlah khilaf (niscaya) aku kata (akan) al-Ashah dan jika tidak

Dan tidak mengibaratkan ia Nawawi dengan demikian shahih pada segala qaul karena ber adab beserta Imam As-Syafi’I kiranya meridhai oleh Allah untuknya (Syafi’i) sebagaimana meng atakan ia (Nawawi) maka karena bahwa sungguh as-Shahih daripadanya (qaul) (itu) mengisyarahkan (ia as-Shahih) dengan rusak muqabil nya (as-Shahih).

Dan sekira-kira aku kata akan al-Mazhab maka daripada dua jalur atau beberapa jalur. Dan ianya (Thariq/jalur) itu perbedaan para shahabat dalam menghikayahkan mazhab seperti bahwa menghikayahkan oleh sebahagian mereka (shaha bat) akan dua qaul atau akan dua wajah bagi shahab at yang terdahulu ia shahabat dan memas tikan oleh seba hagian (shahabat) dengan salah satu daripada kedua nya (qaul atau wajah). Kemudian yang paling  kuat allazi yang meng ibarat (ia Nawawi) untuknya (allazi) dengan Mazhab adakala (itujalur/thariq qata’) hanya satu pendapat atau yang sesuai baginya (thariq qata’) daripada thariq khilaf jalur yang menghi kayahkan ada khilaf atau yang berbeda baginya (thariq qata’) sebagaimana barang (lagi akan) nampak (ia barang) dalam segala masalah. Dan sesuatu yang dikatakan akan sesuatu daripada bahwa sungguh yang maksudnya yang kuat itu yang pertama dan bahwa sungguhnya yang pertama itu yang kebanyakan itu tertegah ianya sesuatu

Dan sekira-kira aku kata (akan) an-Nash maka Dianya (an-Nash)itu nash Imam Syafi’I kiranya memberi rahmat akannya (Imam Syafi’i) oleh) Allah dan adalah di sana artinya muqabilnya nahs itu wajah yang dhaif atau itu qaul mukharraj (yang dibandingkan) daripada nash baginya Imam as-Syafi’I pada bandingan masalah yang tidak boleh diamalkan dengannya (qaul mukharraj).

Dan sekira-kira aku kata akan  al-Jadid Maka al-Qadim itu muqabilnya (al-Jadid) atau (aku kata) (akan) al-Qadim maka Maka al-Jadid itu muqabilnya (al-Qadiim). Dan Qadim itu sesuatu yang telah mengatakan akanya sesuatu oleh Imam Syafi’I.Kiranya meridhai oleh Allah untuk nya (Syafi’i) di Iraq Dan Jadid itu barang yang telah mengatakan akanya sesuatu oleh Imam Syafi’I di Mesir Dan Mengamalkan itu atasnya (jadid) kecuali pada sesuatu yang mengingatka ia (Nawawi) atasnya sesuatu seperti memanjang waktu magrib hingga kepada hilang syafaq yang merah pada pendapat qadim selagi akan datang

Sekira-kira aku kata (akan) wa qilaa kadza Maka Dianya (qiila kadza) itu wajah yang dhaif Dan as-Shahih atau al-Ashah itu muqabilnya (qiila kadza) dan sekira-kira aku kata wa fii qaulin qadza maka Ia yang kuat itu muqabilnya (qaulin qadza) dan nyatalah kuat muqabil atau dhaifnya muqabil daripada dalilnya (muqabil).

Dan sebahagian daripanya (permata-permata yang indah) itu beberapa masalah yang bagus yang aku gabung akanya masalah-masalah yang bagus kepada maksudnya kepada mukhtashar pada tempat dhan pentingnya (masa lah-masalah yang elok). Yang sepantasnya lah bahwa tidak sunyilah kitab maksudnya mukh tashar dan sesuatu yang digabungkan (akan Dia sesuatu) kepadanya kitab dari padanya (masalah- masalah yang elok). Telah menerang kan ia musannif dengan sifatnya masail yang melengkapi baginya (washaf) oleh sesuatu yang telah ter dahulu ia sesuatu dan Telah menambah ia (mushannif) atasnya (Mataqad dam) karena menampakkan bagi alasan pada menambahnya (masalah- masalah yang elok) karena maka sesungguhnya (penambahan masalah-masalah yang elok) itu bebas dari protes dengan sebalik barang sebelum nya (masalah-masalah yang elok). Dan aku kata pada awalnya masalah masalah

Dan terkadang mengatakan ia (mushannif) akan umpama demikian pada protes tashhih atasnya (muharrar) dan sungguh Telah menambah ia mushannif atasnya (muhar rar) dari pada tiada membedakan. Seperti katanya (musan nif) pada pasal khala “wa laa yatakallamu” Dan sesuatu yang engkau dapatkan akan nya sesuatu wahai orang yang memperhatikan pada ini mukhtashar yaitu berupa tamba han lafadh dan seumpa nya,atas barang yang ada ia sesuatu dalam muharrar ,maka pedomani olehmu akan nya sesuatu karena tidak boleh tidak dari padanya sesuatu Seperti Seperti tambahan lafadh “katsirin” dan lafadh “fi udhwin dhahirin” pada katanya (muharrar). Seperti tambahan yang banyak pada anggota yang Nampak (dhahir) pada perkataan beliau yaitu Tayammum kecuali pada luka ada darah yang banyak atau luka berat

Demikian juga apa yang kamu temukan tentang dzikir yang bertentangan dengan apa yang ada dalam al-Muharrar dan kitab-kitab fiqih lainnya, maka peganglah karena saya telah meneliti dari kitabkitab hadis yang dapat dipercaya dalam mengutipnyaKarena ilmuan Hadist memelihara lafazd nya berbeda dengan ilmuan fiqh hanya mementingkan maknanya.Dan kadang-kadang aku dahulu kan sebagian masalah-masalah fashal karena alasan munasabah atau karena alasan ringkas dan kadang-kadang aku dahulukan satu fashal karena alasan munasabah seperti menda -hulukan “fashal takhyir fi jaza as-shaid” atas “fashal al-fawabi wa al-Ihshar”. tambahan lafadh “katsirin” dan lafadh “fi udh win dhahirin” pada katanya (muharrar)

Dan saya berharap jika telah sempurnalah ini mukhtashar. Dan telah sempurna (mukhtashar) dan (tsubut) bagi Allah itu segala puji. Akan bahwa ada ia(mukhtashar) itu pada makna  syarah bagi kitab muharrar. Karena maka se sungguhnya saya tidak saya buang, maksud nya tidak saya hilangkan daripanya (kitab muhar rar) akan sedikitpun daripada hukum-hukum pada ashal dan tidak daripada khilaf walaupun ada (ia khilaf) itu yang lemah maksudnya yang lemah sekali (hal keadaan walau kaana waahiyan) itu majaz dari jauhnya kemungkinan penghilangan. Beserta barang maksudnya aku datangkan dengan sekalian barang yang meliputi ia sesuatu atasnya (kitab muharrar) hal keadaannya barang itu disertai dengan barang yang aku isyarahkan kepadanya sesuatu dari pada “nafais- nafais yang terdahulu.

Dan sungguh (telah) aku masuk beserta masuk dalam ini mukhtashar dalam kumpulan juzu’ yang kecil (kitab kecil) dalam bentuk syarah karena dalam/detilnya kandungan ini mukhta shar dari segi ringkasnya. Dan maksudku dengan nya (Jam’in Lathifi) itu pemberitahuan atas hikmah pada peralihan dari pada ibarat al-muhar rar dan pada meng hubungkan qaid atau huruf pada kalam. Atau syarat bagi masalah dan seumpama demikian dari pada barang yang menjelaskan ia (mushannif) akannya sesuatu Dan kebanya kan demikian itu daripada yang sangat mesti ada allati yang tidak boleh tidak daripanya (ad-dharuriyat). Dan sebagian daripanya (juz’in lathifi) itu sesuatu yang tidak ada ia sesuatu itu mesti ada dan tetapinya itu sesuatu bagus ada sebagaimana berkata ia(mushannif) pada menam bah lafadh الطَّلَاقِ pada katanya (mushan nif) pada masah haidh فَإِذَا انْقَطَعَ لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلَاقِ maka sesungguhnya thalaq itu tidak dise butkan (akan dia thalaq) sebelumnya pada hal- hal yang diharamkan. Dan (tsubut) atas Allah yang maha mulia itu tumpuanku pada kesem purnaan ini mukhtashar dengan bahwa memberi kuasa Allah akan  daku atas menyem purnakan nya (mukhtashar) sebagai mana telah memberi kuasa Allah akan daku atas memulainya (mukhtashar) dengan barang yang telah terdahu -lu ia sesuatu atas membuat khutbah maka sesungguh nya Allah itu tidak menolak Allah akan siapa saja yang meminta ia siapa saja akannya Allah dan bertumpu ia siapa saja atas nyaAllah. 

Dan (tsubut) kepadanya Allah itu penyerahan diriku dan itu sandaranku pada demikian kesempurnaan mukhtashar dan lainnya demiki -an maka sesungguhnya Allah itu tidak akan me ngecewakan siapa saja yang mengkashad sese orang akan Allah dan ber sandar ia seseorang kepada nya Allah, kemudian mentak dirkan (mushannif)akan tercapai yang diinginkan deng -an harapan terlaksana maka berkata (mush -annif). Dan aku meminta akanya Allah akan berman faat dengannya maksudnya dengan mukhtashar di akhirat bagiku dengan sebab menyusunnya dan bagi sekalian orang Islam  maksudnya sekalian mereka itu (orang Islam) selain musannif.Dengan bahwa mengilham Allah akan mereka itu muslimin akan memberikan perhatian dengan nya (mukhtashar) sebagian mereka itu(muslimin) dengan bergelut langsung dengannya (mukhtashar) seperti menulis/men -cetaknya dan membacanya dan mema haminya dan mensyarahnya dan sebagian mereka muslim   itu dengan lain demikian seperti membantu atas nya (mukhtashar) dengan mewaqafnya atau mengirimnya kedaerah-daerah atau lain demi kian. Dan manfaat mereka memberikan perhati an dengan bukan bergelut langsung itumengikuti ia akanmanfa’atnya (mukhtashar) pula karena sesungguhnya demikian itu sebab padanya man -fa’at mukhtashar.

Dan keridhaannya Allah untukku dan untuk para kekasihku dibaca dengan tasydid dan hamzah jama’ dari “Habib” maksudnya orang-orang yang aku cintai akan mereka. Dan untuk sekalian orang beriman dari pada mengatafkan yang am atas sebagian afrad yang am. Berulang-ulang dengan kata (Jami’ Al-Mu’minin) oleh do’a bagi demikian sebagian afrad allazi yang sebagian daripadanya (allazi) itu mushannif. Kiranya merahmati akanya (mushannif) (oleh) Allah Ta’ala

.(Kitab Thaharah)

Kitab thaharah selanjutnya akan di kupas walid secara tereprinci dan mudah di fahamai

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إنْعَامِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ هَذَا مَا دَعَتْ إلَيْهِ حَاجَةُ الْمُتَفَهِّمِينَ لِمِنْهَاجِ الْفِقْهِ مِنْ شَرْحٍ يُحِلُّ أَلْفَاظَهُ وَيُبَيِّنُ مُرَادَهُ، وَيُتَمِّمُ مُفَادَهُ عَلَى وَجْهٍ لَطِيفٍ خَالٍ عَنْ الْحَشْوِ وَالتَّطْوِيلِ حَاوٍ لِلدَّلِيلِ وَالتَّعْلِيلِ، وَاَللَّهَ أَسْأَلُ أَنْ يَنْفَعَ بِهِ وَهُوَ حَسْبِي وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) أَيْ أَفْتَتِ

 (الْحَمْدُ لِلَّهِ) هِيَ مِنْ صِيَغِ الْحَمْدِ وَهُوَ الْوَصْفُ بِالْجَمِيلِ إذْ الْقَصْدُ بِهَا الثَّنَاءُ عَلَى اللَّهِ بِمَضْمُونِهَا مِنْ أَنَّهُ مَالِكٌ لِجَمِيعِ الْحَمْدِ مِنْ الْخَلْقِ أَوْ مُسْتَحِقٌّ لِأَنْ يَحْمَدُوهُ لَا الْإِخْبَارُ بِذَلِكَ (الْبَرِّ) بِالْفَتْحِ أَيْ الْمُحْسِنِ (الْجَوَادِ) بِالتَّخْفِيفِ أَيْ الْكَثِيرِ الْجُودِ أَيْ الْعَطَاءِ (الَّذِي جَلَّتْ) أَيْ عَظُمَتْ (نِعَمُهُ) جَمْعُ نِعْمَةٍ بِمَعْنَى إنْعَامٍ (عَنْ الْإِحْصَاءِ) أَيْ الضَّبْطِ (بِالْأَعْدَادِ) أَيْ بِجَمِيعِهَا{وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا}

(الْمَانِّ) أَيْ الْمُنْعِمِ (بِاللُّطْفِ) أَيْ بِالْإِقْدَارِ عَلَى الطَّاعَةِ (وَالْإِرْشَادِ) أَيْ الْهِدَايَةِ لَهَا (الْهَادِي إلَى سَبِيلِ الرَّشَادِ) أَيْ الدَّالِ عَلَى طَرِيقِهِ وَهُوَ ضِدُّ الْغَيِّ (الْمُوَفِّقِ لِلتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ) أَيْ الْمُقْدِرِعَلَى التَّفَهُّمِ فِي الشَّرِيعَةِ (مَنْ لَطَفَ بِهِ) أَيْ أَرَادَ بِهِ الْخَيْرَ (وَاخْتَارَهُ) لَهُ (مِنْ الْعِبَادِ) هَذَا مَأْخُوذٌ مِنْ حَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ {مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي 

الدِّينِ}








(أَحْمَدُهُ أَبْلَغَ حَمْدٍ) أَيْ أَنْهَاهُ (وَأَكْمَلَهُ وَأَزْكَاهُ)

 أَيْ أَنْمَاهُ (وَأَشْمَلَهُ) أَيْ أَعَمَّهُ الْمَعْنَى أَصِفُهُ بِجَمِيعِ صِفَاتِهِ إذْ كُلٌّ مِنْهَا جَمِيلٌ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ إيجَادُ الْحَمْدِ الْمَذْكُورِ، وَهُوَ أَبْلَغُ مِنْ حَمْدِهِ الْأَوَّلِ، وَذَلِكَ أَوْقَعُ فِي النَّفْسِ مِنْ حَيْثُ تَفْصِيلُهُ وَفِي حَدِيثِ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ {إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ} أَيْ نَحْمَدُهُ، لِأَنَّهُ مُسْتَحِقٌّ لِلْحَمْدِ

 (وَأَشْهَدُ) أَيْ أَعْلَمُ (أَنْ لَا إلَهَ) لَا مَعْبُودَ بِحَقٍّ فِي الْوُجُودِ (إلَّا اللَّهُ) الْوَاجِبُ الْوُجُودِ (الْوَاحِدُ) أَيْ الَّذِي لَا تَعَدُّدَ لَهُ فَلَا يَنْقَسِمُ بِوَجْهٍ، وَلَا نَظِيرَ لَهُ، فَلَا مُشَابَهَةَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ غَيْرِهِ بِوَجْهٍ (الْغَفَّارُ) أَيْ السَّتَّارُ لِذُنُوبِ مَنْ أَرَادَ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا يُظْهِرُهَا بِالْعِقَابِ عَلَيْهَا، وَلَمْ يَقُلْ الْقَهَّارُ  بَدَلَ الْغَفَّارِ لِأَنَّ مَعْنَى الْقَهْرِ مَأْخُوذٌ مِمَّا قَبْلَهُ إذْ مِنْ شَأْنِ الْوَاحِدِ فِي مُلْكِهِ الْقَهْرُ.

 












(وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارُ) أَيْ مِنْ النَّاسِ لِيَدْعُوَهُمْ إلَى دِينِ الْإِسْلَامِ (صَلَّى اللَّه وَسَلَم عَلَيْهِ وَزَادَهُ فَضْلًا وَشَرَفًا لَدَيْهِ) أَيْ عِنْدَهُ وَالْقَصْدُ بِذَلِكَ الدُّعَاءُ أَيْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَزِدْهُ. وَذَكَرَ التَّشَهُّدَ لِحَدِيثِ أَبِي دَاوُد وَالتِّرْمِذِيِّ {كُلُّ خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ} أَيْ الْقَلِيلَةِ الْبَرَكَةِ

 










(أَمَّا بَعْدُ) أَيْ بَعْدَمَا تَقَدَّمَ (فَإِنَّ الِاشْتِغَالَ بِالْعِلْمِ) الْمَعْهُودِ شَرْعًا الصَّادِقِ بِالْفِقْهِ وَالْحَدِيثِ وَالتَّفْسِيرِ (مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ) لِأَنَّهَا مَفْرُوضَةٌ وَمَنْدُوبَةٌ. وَالْمَفْرُوضُ أَفْضَلُ مِنْ الْمَنْدُوبِ، وَالِاشْتِغَالُ بِالْعِلْمِ مِنْهُ لِأَنَّهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ، وَفِي حَدِيثٍ حَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ {فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ}





 


(وَ) مِنْ (أَوْلَى مَا أُنْفِقَتْ فِيهِ نَفَائِسُ الْأَوْقَاتِ) وَهُوَ الْعِبَادَاتُ شَبَّهَ شَغْلَ الْأَوْقَاتِ بِهَا بِصَرْفِ الْمَالِ فِي وُجُوهِ الْخَيْرِ الْمُسَمَّى بِالْإِنْفَاقِ، وَوَصَفَ الْأَوْقَاتَ بِالنَّفَاسَةِ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ تَعْوِيضُ مَا يَفُوتُ مِنْهَا بِلَا عِبَادَةٍ، وَأَضَافَ إلَيْهَا صِفَتَهَا لِلسَّجْعِ، وَقَدْ يُقَالُ: هُوَ مِنْ إضَافَةِ الْأَعَمِّ إلَى الْأَخَصِّ كَمَسْجِدِ الْجَامِعِ، وَلَا يَصِحُّ عَطْفُ أَوْلَى عَلَى مِنْ أَفْضَلِ لِلتَّنَافِي بَيْنَهُمَا عَلَى هَذَا التَّقْدِيرِ







(وَقَدْ أَكْثَرَ أَصْحَابُنَا رَحِمَهُمُ اللَّهُ مِنْ التَّصْنِيفِ مِنْ الْمَبْسُوطَاتِ وَالْمُخْتَصَرَاتِ) فِي الْفِقْهِ وَالصُّحْبَةُ هُنَا الِاجْتِمَاعُ فِي اتِّبَاعِ الْإِمَامِ الْمُجْتَهِدِ فِيمَا يَرَاهُ مِنْ الْأَحْكَامِ مَجَازًا عَنْ الِاجْتِمَاعِ فِي الْعَشَرَةِ  (وَأَتْقَنُ مُخْتَصَرٍ الْمُحَرَّرُ لِلْإِمَامِ أَبِي الْقَاسِم) إمَامِ الدِّينِ عَبْدِ الْكَرِيمِ (الرَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى) مَنْسُوبٌ إلَى رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ الصَّحَابِيِّ كَمَا وُجِدَ بِخَطِّهِ فِيمَا حَكَى رَحِمَهُ اللَّهُ

(ذِي ا

لتَّحْقِيقَاتِ) الْكَثِيرَةِ فِي الْعِلْمِ وَالتَّدْقِيقَاتِ الْغَزِيرَةِ   فِي الدِّينِ مِنْ كَرَامَاتِهِ مَا حُكِيَ أَنَّ شَجَرَةً أَضَاءَتْ عَلَيْهِ لَمَّا فَقَدَ وَقْتَ التَّصْنِيفِ مَا يُسْرِجُهُ عَلَيْهِ.

(وَهُوَ) أَيْ الْمُحَرَّرُ (كَثِيرُ الْفَوَائِدِ عُمْدَةٌ فِي تَحْقِيقِ الْمَذْهَبِ) أَيْ مَا ذَهَبَ إلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُ مِنْ الْأَحْكَامِ فِي الْمَسَائِلِ مَجَازًا عَنْ مَكَانِ الذَّهَابِ (مُعْتَمَدٌ لِلْمُفْتِي وَغَيْرِهِ مِنْ أُولِي الرَّغَبَاتِ) أَيْ أَصْحَابِهَا، وَهِيَ بِفَتْحِ الْغَيْنِ جَمْعُ رَغْبَةٍ بِسُكُونِهَا

 (وَقَدْ الْتَزَمَ مُصَنِّفُهُ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ) فِي مَسَائِلِ الْخِلَافِ (عَلَى مَا صَحَّحَهُ مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ) فِيهَا (وَوَفَّى) بِالتَّخْفِيفِ وَالتَّشْدِيدِ (بِمَا الْتَزَمَهُ) حَسْبَمَا اطَّلَعَ عَلَيْهِ فَلَا يُنَافِي ذَلِكَ اسْتِدْرَاكَهُ عَلَيْهِ التَّصْحِيحَ فِي الْمَوَاضِعِ الْآتِيَةِ

 (وَهُوَ) أَيْ مَا الْتَزَمَهُ (مِنْ أَهَمِّ أَوْ) هُوَ (أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ) لِطَالِبِ الْفِقْهِ مِنْ الْوُقُوفِ  عَلَى الْمُصَحَّحِ مِنْ الْخِلَافِ فِي مَسَائِلِهِ (لَكِنْ فِي حَجْمِهِ) أَيْ الْمُحَرَّرِ (كَبُرَ عَنْ أَنْ يُعْجِزَ حِفْظُهُ أَكْثَرَ أَهْلِ الْعَصْرِ) أَيْ الرَّاغِبِينَ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ فِي الْفِقْهِ (إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ) مِنْهُمْ فَلَا يَكْبُرُ، أَيْ يَعْظُمُ عَلَيْهِ حِفْظُهُ (فَرَأَيْت) مِنْ الرَّأْيِ فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ (اخْتِصَارَهُ) بِأَنْ لَا يَفُوتَ شَيْءٌ مِنْ مَقَاصِدِهِ (فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ) هُوَ صَادِقٌ بِمَا وَقَعَ فِي الْخَارِجِ مِنْ الزِّيَادَةِ عَلَى النِّصْفِ بِيَسِيرٍ (لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ) أَيْ الْمُخْتَصَرِ لِكُلِّ مَنْ يَرْغَبُ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ (مَعَ مَا) أَيْ مَصْحُوبًا ذَلِكَ الْمُخْتَصَرُ بِمَا (أَضُمُّهُ إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى) فِي أَثْنَائِهِ.

وَبِذَلِكَ قَرُبَ مِنْ ثَلَاثَةِ أَرْبَاعِ أَصْلِهِ كَمَا قِيلَ (وَمِنْهَا مَوَاضِعُ يَسِيرَةٌ) نَحْوُ خَمْسِينَ مَوْضِعًا (ذَكَرَهَا فِي الْمُحَرَّرِ عَلَى خِلَافِ الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ) الْآتِي ذِكْرُهُ فِيهَا مُصَحَّحًا (كَمَا سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى) فِي مُخَالَفَتِهَا لَهُ نَظَرًا لِلْمَدَارِكِ (وَاضِحَاتٍ) فَذِكْرُ الْمُخْتَارِ فِيهَا هُوَ الْمُرَادُ، وَلَوْ عَبَّرَ بِهِ أَوَّلًا كَانَ حَسَنًا

 (وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا) أَيْ غَيْرَ مَأْلُوفِ الِاسْتِعْمَالِ (أَوْ مُوهِمًا) أَيْ مُوقِعًا فِي الْوَهْمِ أَيْ الذِّهْنَ (خِلَافَ الصَّوَابِ) أَيْ الْإِتْيَانُ بَدَلَ ذَلِكَ (بِأَوْضَحَ وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ جَلِيَّاتٍ) أَيْ ظَاهِرَاتٍ فِي أَدَاءِ الْمُرَادِ، وَأَدْخَلَ الْبَاءَ بَعْدَ لَفْظِ الْإِبْدَالِ عَلَى الْمَأْتِيِّ بِهِ مُوَافَقَةً لِلِاسْتِعْمَالِ الْعُرْفِيِّ وَإِنْ كَانَ خِلَافَ الْمَعْرُوفِ لُغَةً مِنْ إدْخَالِهَا عَلَى الْمَتْرُوكِ نَحْوَ: أَبْدَلْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ، أَيْ أَخَذْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ.

 (وَمِنْهَا بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ) قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ (فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ، وَتَارَةً لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ

(فَحَيْثُ أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ أَوْ الْأَقْوَالِ) لِلشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ (قُلْت الْأَظْهَرُ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ مُقَابِلِهِ (وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ) الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ. (وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ) لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ)

وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَمَا قَالَ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ مُشْعِرٌ بِفَسَادِ مُقَابِلِهِ.




 


(وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ أَوْ الطُّرُقِ) وَهِيَ اخْتِلَافُ الْأَصْحَابِ فِي حِكَايَةِ الْمَذْهَبِ كَأَنْ يَحْكِيَ بَعْضُهُمْ فِي الْمَسْأَلَةِ قَوْلَيْنِ أَوْ وَجْهَيْنِ لِمَنْ تَقَدَّمَ، وَيَقْطَعَ بَعْضُهُمْ بِأَحَدِهِمَا ثُمَّ الرَّاجِحُ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ بِالْمَذْهَبِ إمَّا طَرِيقُ الْقَطْعِ أَوْ الْمُوَافِقِ لَهَا مِنْ طَرِيقِ الْخِلَافِ أَوْ الْمُخَالِفِ لَهَا كَمَا سَيَظْهَرُ فِي الْمَسَائِلِ، وَمَا قِيلَ مِنْ أَنَّ مُرَادَهُ الْأَوَّلُ وَأَنَّهُ الْأَغْلَبُ مَمْنُوعٌ

(وَحَيْثُ أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ وَيَكُونُ هُنَاكَ) أَيْ مُقَابِلُهُ (وَجْهٌ ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ مُخَرَّجٌ) مِنْ نَصٍّ لَهُ فِي نَظِيرِ الْمَسْأَلَةِ لَا يُعْمَلُ بِهِ.

(وَحَيْثُ أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ). وَالْقَدِيمُ مَا قَالَهُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِالْعِرَاقِ، وَالْجَدِيدُ مَا قَالَهُ بِمِصْرِ، وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ إلَّا فِيمَا يُنَبِّهُ عَلَيْهِ كَامْتِدَادِ وَقْتِ الْمَغْرِبِ إلَى مَغِيبِ الشَّفَقِ الْأَحْمَرِ فِي الْقَدِيمِ كَمَا سَيَأْتِي.

(وَحَيْثُ أَقُولُ: وَقِيلَ كَذَا، فَهُوَ وَجْهٌ ضَعِيفٌ، وَالصَّحِيحُ أَوْ الْأَصَحُّ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ: وَفِي قَوْلٍ كَذَا فَالرَّاجِحُ خِلَافُهُ) وَيَتَبَيَّنُ قُوَّةُ الْخِلَافِ وَضَعْفُهُ مِنْ مُدْرَكِهِ

(وَمِنْهَا مَسَائِلُ نَفِيسَةٌ أَضُمُّهَا إلَيْهِ) أَيْ إلَى الْمُخْتَصَرِ فِي مَظَانِّهَا (يَنْبَغِي أَنْ لَا يُخْلَى الْكِتَابُ) أَيْ الْمُخْتَصَرُ وَمَا يُضَمُّ إلَيْهِ (مِنْهَا) صَرَّحَ بِوَصْفِهَا الشَّامِلِ لَهُ مَا تَقَدَّمَ، وَزَادَ عَلَيْهِ إظْهَارًا لِلْعُذْرِ فِي زِيَادَتِهَا فَإِنَّهَا عَارِيَةٌ عَنْ التَّنْكِيتِ بِخِلَافِ مَا قَبْلَهَا (وَأَقُولُ فِي أَوَّلِهَا قُلْت وَفِي آخِرِهَا، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ) لِتَتَمَيَّزَ عَنْ مَسَائِلِ الْمُحَرَّرِ،

 

وَقَدْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ فِي اسْتِدْرَاكِ التَّصْحِيحِ عَلَيْهِ، وَقَدْ زَادَ عَلَيْهِ مِنْ غَيْرِ تَمْيِيزٍ كَقَوْلِهِ فِي فَصْلِ الْخَلَاءِ وَلَا يَتَكَلَّمُ (وَمَا وَجَدْته) أَيُّهَا النَّاظِرُ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ (مِنْ زِيَادَةِ لَفْظَةٍ وَنَحْوِهَا عَلَى مَا فِي الْمُحَرَّرِ فَاعْتَمِدْهَا فَلَا بُدَّ مِنْهَا) كَزِيَادَةِ كَثِيرٍ وَفِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ فِي قَوْلِهِ فِي التَّيَمُّمِ إلَّا أَنْ يَكُونَ بِجُرْحِهِ دَمٌ كَثِيرٌ أَوْ الشَّيْنُ الْفَاحِشُ فِي عُضْوٍ ظَاهِرٍ.

 وَكَذَا مَا وَجَدْته مِنْ الْأَذْكَارِ مُخَالِفًا لِمَا فِي الْمُحَرَّرِ وَغَيْرِهِ مِنْ كُتُبِ الْفِقْهِ فَاعْتَمِدْهُ فَإِنِّي حَقَّقْته مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ الْمُعْتَمَدَةِ) فِي نَقْلِهِ لِاعْتِنَاءِ أَهْلِهِ بِلَفْظِهِ بِخِلَافِ الْفُقَهَاءِ فَإِنَّهُمْ يَعْتَنُونَ غَالِبًا بِمَعْنَاهُ  (وَقَدْ أُقَدِّمُ بَعْضَ مَسَائِلِ الْفَصْلِ لِمُنَاسِبَةٍ أَوْ اخْتِصَارٍ وَرُبَّمَا قَدَّمْت فَصْلًا لِلْمُنَاسِبَةِ) كَتَقْدِيمِ فَصْلِ التَّخْيِيرِ فِي جَزَاءِ الصَّيْدِ عَلَى فَصْلِ الْفَوَاتِ وَالْإِحْصَارِ

  (وَأَرْجُو إنْ تَمَّ هَذَا الْمُخْتَصَرُ) وَقَدْ تَمَّ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ (أَنْ يَكُونَ فِي مَعْنَى الشَّرْحِ لِلْمُحَرَّرِ فَإِنِّي لَا أَحْذِفُ) أَيْ أُسْقِطُ (مِنْهُ شَيْئًا مِنْ الْأَحْكَامِ أَصْلًا وَلَا مِنْ الْخِلَافِ وَلَوْ كَانَ وَاهِيًا) أَيْ ضَعِيفًا جِدًّا مَجَازًا عَنْ السَّاقِطِ (مَعَ مَا) أَيْ آتِي بِجَمِيعِ مَا اشْتَمَلَ عَلَيْهِ مَصْحُوبًا بِمَا (أَشَرْت إلَيْهِ مِنْ النَّفَائِسِ) الْمُتَقَدِّمَةِ

 (وَقَدْ شَرَعْتُ) مَعَ الشُّرُوعِ فِي هَذَا الْمُخْتَصَرِ (فِي جَمْعِ جُزْءٍ لَطِيفٍ عَلَى صُورَةِ الشَّرْحِ لِدَقَائِقَ هَذَا الْمُخْتَصَرِ) مِنْ حَيْثُ الِاخْتِصَارُ (وَمَقْصُودِي بِهِ التَّنْبِيهُ عَلَى الْحِكْمَةِ فِي الْعُدُولِ عَنْ عِبَارَةِ الْمُحَرَّرِ وَفِي إلْحَاقِ قَيْدٍ أَوْ حَرْفٍ) فِي الْكَلَامِ (أَوْ شَرْطٍ لِلْمَسْأَلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ) مِمَّا بَيَّنَهُ (وَأَكْثَرُ ذَلِكَ مِنْ الضَّرُورِيَّاتِ الَّتِي لَا بُدَّ مِنْهَا) وَمِنْهُ مَا لَيْسَ بِضَرُورِيٍّ، وَلَكِنَّهُ حَسَنٌ كَمَا قَالَهُ فِي زِيَادَةِ لَفْظَةِ الطَّلَاقِ فِي قَوْلِهِ فِي الْحَيْضِ: فَإِذَا انْقَطَعَ لَمْ يَحِلَّ قَبْلَ الْغُسْلِ غَيْرُ الصَّوْمِ وَالطَّلَاقِ، فَإِنَّ الطَّلَاقَ لَمْ يُذْكَرْ قَبْلُ فِي الْمُحَرَّمَاتِ. (وَعَلَى اللَّهِ الْكَرِيمِ اعْتِمَادِي) فِي تَمَامِ هَذَا الْمُخْتَصَرِ بِأَنْ يُقَدِّرَنِي عَلَى إتْمَامِهِ كَمَا أَقْدَرَنِي عَلَى ابْتِدَائِهِ بِمَا تَقَدَّمَ عَلَى وَضْعِ الْخُطْبَةِ فَإِنَّهُ لَا يَرُدُّ مَنْ سَأَلَهُ وَاعْتَمَدَ عَلَيْهِ،

 (وَإِلَيْهِ تَفْوِيضِي وَاسْتِنَادِي) فِي ذَلِكَ وَغَيْرِهِ، فَإِنَّهُ لَا يَخِيبُ مَنْ قَصَدَهُ وَاسْتَنَدَ إلَيْهِ، ثُمَّ قَدَّرَ وُقُوعَ الْمَطْلُوبِ بِرَجَاءِ الْإِجَابَةِ فَقَالَ: (وَأَسْأَلُهُ النَّفْعَ بِهِ) أَيْ بِالْمُخْتَصَرِ فِي الْآخِرَةِ (لِي) بِتَأْلِيفِهِ (وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ) أَيْ بَاقِيهِمْ بِأَنْ يُلْهِمَهُمْ الِاعْتِنَاءَ بِهِ بَعْضُهُمْ بِالِاشْتِغَالِ بِهِ كَكِتَابَةٍ وَقِرَاءَةٍ وَتَفَهُّمٍ وَشَرْحٍ، وَبَعْضُهُمْ بِغَيْرِ ذَلِكَ كَالْإِعَانَةِ عَلَيْهِ بِوَقْفٍ أَوْ نَقْلٍ إلَى الْبِلَادِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ وَنَفْعُهُمْ يَسْتَتْبِعُ نَفْعَهُ  أَيْضًا لِأَنَّهُ سَبَبٌ فِيهِ  


(وَرِضْوَانَهُ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي) بِالتَّشْدِيدِ وَالْهَمْزِ جَمْعُ حَبِيبٍ أَيْ مَنْ أُحِبُّهُمْ (وَجَمِيعِ الْمُؤْمِنِينَ) مِنْ عَطْفِ الْعَامِّ عَلَى بَعْضِ أَفْرَادِهِ تَكَرَّرَ بِهِ الدُّعَاءُ لِذَلِكَ الْبَعْضِ الَّذِي مِنْهُ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى.







 كتاب الطهارة)(

هِيَ شَامِلَةٌ لِلْوُضُوءِ وَالْغُسْلِ وَإِزَالَةِ النَّجَاسَةِ وَالتَّيَمُّمِ الْآتِيَةِ مَعَ مَا يَتَعَلَّقُ بِهَا. وَبَدَأَ بِبَيَانِ الْمَاءِ الَّذِي هُوَ الْأَصْلُ فِي آلَتِهَا مُفْتَتِحًا بِآيَةٍ دَالَّةٍ عَلَيْهِ كَمَا فَعَلُوا فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَأَنْزَلْنَا مِنْ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا} أَيْ مُطَهِّرًا، وَيُعَبَّرُ عَنْهُ بِالْمُطْلَق (يُشْتَرَطُ لِرَفْعِ الْحَدَثِ وَالنَّجَسِ) الَّذِي هُوَ الْأَصْلُ فِي الطَّهَارَةِ (مَاءٌ مُطْلَقٌ وَهُوَ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ اسْمُ مَاءٍ بِلَا قَيْدٍ) وَإِنْ قُيِّدَ لِمُوَافَقَةِ الْوَاقِعِ كَمَاءِ الْبَحْرِ بِخِلَافِ مَا لَا يُذْكَرُ إلَّا مُقَيَّدًا كَمَاءِ الْوَرْدِ فَلَا يَرْفَعُ الْحَدَثَ لِقَوْلِهِ تَعَالَى {فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا} إلَخْ 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah