Ibadah Pakai Akal Sesat

BERIBADAH PAKAI AKAL SESAT TETAPI BERIBAD DENGAN MENGIKUTI WAHYU JALAN LURUS DAN BENAR


DI TULIS ; oleh waled blang jruen 
Mahasiswa pasca sarjana (IAIN) Lokseumawe
Alumni Dayah Malikusaleh Panton labu

Agama Islam dibangun di atas wahyu dan dalil yang shahih, bukan akal dan penda pat pendapat yang lahir di benak pikiran manusia 

Maka jika datang suatu perintah ataupun larangan dari Kitabullah atau sunnah Rasul SAW wajib menerimanya dan bersegera untuk menerapkannya dengan melaksan akan perintah atau menjauhi larangan amal makruf nahi mungkar

1.Wajib bagi seorang Muslim untuk Menuntut ilmu Agama { syar’i} dan memastikannya, artinya berguru kepada Ulama sebelum mengamalkanya di dalam semua aspek kehidupan, Karena Nabi SAW bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 
Artinya:
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perkara tuntunan kami padanya maka tertolak”

Asy-Syatibi, Al-Maliki, Al-Lakhmi, dan Al-Gharnati.berkata, “Setiap orang yang mencari sesuatu yang tidak disyariatkan di dalam beban-beban syariat (ibadah), bera rti dia telah menyelisihi syariat. Dan setiap orang yang menyelisihi syariat, amalan dia di dalam penyelisihan itu adalah batal (sia-sia). Maka barangsiapa mencari sesuatu yg tidak disyariatkan agama maka sia sia.

2.Ittiba’: Maksud dari ittiba’ kepada Rasul SAW adalah mengamalkan segala ajaran yang beliau bawa baik yang ada di dalam Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah Ta’ala kepada beliau, maupun berupa perintah maupun larangan, dan juga mengamalkan sunah  Rasulullah SAW bersabda;
أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الْقُرْآنَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
Artinya;
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Kitab bersama dengan yang semisalnya. Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al-Kitab bersama dengan yang semisalnya.”

Dapat kita fahami dari ayat ayat dan sunah nya Mentaati Rasul adalah dengan mengikuti al-Qur'an dan as-Sunah. wajib bagi seluruh hamba untuk berpegang dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul SAW, tidak halal menyelisihinya. Dan sesungguhnya pernyataan Rasulullah SAW sama dengan pernyataan Allah Ta’ala di dalam menyampaikan hukum. Maka tidak ada keringanan ataupun alasan bagi seorangpun untuk meninggalkanya. Dan tidak boleh mendahulukan. Allah  berfir man (Qs. Muhammad: 33);
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamumerusakkan(pahala) amal-amalmu” 

3. Tuntut ilmu kewajiban Atas Muslim;
Sebagai seorang muslim tentu setiap kali mendirikan shalat lima waktu, atau shalat-shalat yang lainnya. Dia selalu meminta ditunjukan shirathul mustaqim. Yaitu jalan lurus yang telah lama dilalui oleh orang-orang yang telah diberi nikmat, dan dijauh kan dari jalan orang-orang maghdhubi `alaihim (orang-orang yg Engkau murkai) juga jalan orang-orang dhalin (orang-orang yang sesat). Dalam tafsiran, dua kelompok diatas disebutkan bahwa orang-orang magdhubi ‘alaihim adalah Yahudi, seda ngkan dhaallin adalah org Nasharani.

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,”Dan perbedaan antara dua jalan -yaitu agar dijauhi jalan keduanya-, karena jalan orang yang beriman menggabungkan antara ilmu dan amal. Adalah orang Yahudi kehilangan amal, sedangkan orang Nashrani kehila ngan ilmu. Oleh karenanya, orang Yahudi memperoleh kemurkaan dan orang Nashra ni memperoleh kesesatan. Barangsiapa mengetahui, kemudian tidak mengamal kannya, layak mendapat kemurkaan. Berb eda dengan orang yang tidak menge tahui. Orang-orang Nashrani, ketika mempunyai maksud tertentu, tetapi mereka tidak mem peroleh jalannya, karena mereka tidak masuk sesuai dengan pintunya. Yaitu men gikuti kebenaran. Maka, jatuhlah mer eka ke dalam kesesatan.” Nabi saw bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 
Artinya: 
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yangtidakada perkara(tuntunan)kami pada nya maka tertolak.”

Pengamalan tanpa ilmu: Banyak orang yang menyangka, bahwa banyak amal dan ibadah sudah mendapat jaminan untuk hari akhiratnya, sekurang-kurangnya merupakan tanda kebenaran dan bukti keshalihan. Begitulah sering kita dengar, dan itulah  yang terjadi di kalangan kaum muslimin. Kalaulah kita mencoba untuk mengingat surat yang telah sering kita dengar ini, maka semua sangkaan dan dugaan kita selama ini, akan bisa kita ubah untuk hari besoknya. Dapat dibayangkan, seseorang yang mempunyai amalan sebanyak pepasiran di pantai, akan tetapi setelah ditimbang, dia bagai kan debu yang beterbangan, Allah  berfirman,(Al Furqan:23):
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Artinta,:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". 

4.Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia di dalam pokok-pokok dan cabang-cabang agama, di dalam urusan dunia dan akhirat, yang berupa ibadah dan muamalah, dalam keadaan damai ataupun perang, dalam masalah politik atau ekon omi, dan seterusnya, maka syariat telah menerangkannya.Allah berfirman (QS. An-Nahl: 89):
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya:
“Dan telah Kami turunkan suatu kitab kepadamu sebagai penjelas terhadap segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin.” 
Allah berfirman, (QS. Al-Maidah: 3);
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
artiya:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atasmu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama.”

Seorang dari kaum musyrikin berkata kepada Salman Al-Farisi, “Apakah Nabimu mengajarkan segala sesuatu kepada kalian sampai pun pada masalah buang air?” Maka Salman menjawab, “Benar, beliau telah melarang kami dari meng hadap kiblat ketika buang air besar maupun kecil … sampai akhir hadis

Wallu a'lam Bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah