PENYERENGAN BELANDA KE GAYO LUES

 PENYERENGAN BELANDA KE GAYO LUES

Diposting 0leh Walid Blang Jruen

Articel Mini Ini di ambil dari beberapa sumber disatukan sehingga menjadi articel mini

Gayo Lues Pada Zaman Kerajaan Aceh 

Univ Islam Dunia

04:08 AM | simpang Rangkaya 

Aceh , Alas , Gayo , Gayo Lues , Sultan Aceh 

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda daerah Gayo dan Alas secara resmi dimasukan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Keujruen. Kepada Kejruen diberikan sebuah bawar, pedang (semacam tongkat komando) sebagai pengganti surat keputusan. Daerah Gayo dan Alas dibagi atas delapan Kejruen. Enam di Gayo dan Dua di Tanoh Alas. Di Gayo yaitu Keujruen Bukit, Lingge, Syiah Utama, Patiambang, Bebesan dan Abeuk; di Tanah Alas, Batu Mbulan dan Bambel. Kejruen Patiambang berkedudukan di Penampakan, dengan luas daerah seluruh Gayo Lues dengan 55 kampung. Kepala pemerintahan dipegang Keujruen dengan dibantu 4 orang Reje, yaitu Reje Gele, Bukit, Rema dan Keumala, dan delapan Reje Chiek yaitu : Porang, Kutelintang, Tampeng, Kemala Derna, Peparik, Penosan, Gegarang dan Padang. Tugas utama Reje dan Reje Cheik adalah membangun daerahnya masing-masing dan memungut pajak dari rakyat serta memilih Keujruen. Keujruen setiap tahun menyetor upeti kepada Sultan Aceh.

Ekspansi Van Daalen ke Daerah Gayo Lues

Setelah Sultan Aceh Muhammad Daud Syah menyerah kepada Belanda pada tahun 1903, maka Gubernur Militer Van Heutsz memutuskan untuk menaklukan seluruh Aceh. Daerah yang belum takluk adalah daerah Gayo Lues dan Alas Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan kedua daerah tersebut. Setelah segala sesuatunya daianggap rampung maka Van Daalen mulai menyerang daerah Gayo Lues pada tahun 1904. Setelah mengalahkan Gayo Laut, Gayo Deret, akhirnya Van Daalen memasuki daerah Gayo Lues di sebuah kampung yang terpencil yaitu Kampung Kela (9 Maret 1904). Dari sinilah daerah Gayo Lues ditaklukkan benteng demi benteng. Dimulai dengan menaklukkan Benteng Pasir ( 16 Maret 1904), Gemuyung (18-20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (4 April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904), Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei 1904). Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan akhirnya juga dibunuh. menurut catatan Keempes dan Zentegraaf (Pengarang Belanda) hampir 4.000 orang rakyat Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo seperti Aman Linting, Aman Jata, H. Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen manyak Tri, Dimus dan lain-lain. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah