TANDA TANDA ORANG MATI DALAM KEADAAN SU'UL KHATIMAH
TANDA TANDA ORANG MATI DALAM KEADAAN SU'UL KHATIMAH
di rangkaikan oleh Waled blang jruen
mahasiswa pasca lhokseumawe
di rangkaikan oleh Waled blang jruen
mahasiswa pasca lhokseumawe
Syekh Abdullah bin
Alawi al-Haddad dalam karyanya, Nashaihu Ad-Diniyah, menjelaskan beberapa hal
yang sering menjadi sebab seseorang memungkasi kehidupan di dunia dengan
keburukan (su’ul khatimah). Beliau berkata:
واعلم اَنَّه ُكَثِيْرًا مَا
يُخْتَمُ بِالسُّوْءِ لِلَّذِيْنَ يَتَهَاوَنُوْنَ بِالصَّلَاةِ الْمَفْرُوْضَةِ
وَالزَّكَاةِ الْوَاجِبَةِ وَالَّذِيْنَ يَتَتَبَّعُوْنَ عَوْرَاتِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالَّذِيْنَ يَنْقُصُوْنَ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ
وَالَّذِيْنَ يَخْدَعُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَغْشَوْنَهُمْ وَيَلْبَسُوْنَ
عَلَيْهِمْ فِيْ اُمُوْرِ الدِّيْنِ وَالدُنْيَا وَالَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ
اَوْلِيَاءَ اللهِ وَيَنْكِرُوْنَ عَلَيْهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ اَحْوَالَ الْاَوْلِيَاءِ وَمَقَامَاتِهِمْ مِنْ غَيْرِ صِدْقٍ وَاَشْبَهَ ذَلِكَ مِنَ الْاُمُوْرِ الشَّنِيْعَةِ
“Ketahuilah bahwa
kebanyakan su’ul khatimah adalah bagi orang-orang yang meremehkan shalat fardhu
dan kewajiban zakat, mencari-cari aib Muslimin yang lain, mengurangi takaran
dan timbangan, orang-orang yang menipu Muslim dan menutupi atas mereka dalam
masalah agama dan dunia, menganggap bohong pada kekasih-kekasih Allah dan
mengingkarinya, mengaku dirinya berada pada derajat kewalian (kekasih Allah)
tanpa adanya pembenaran, dan sebagainya,” (Syekh Abdullah bin Alawi al-Haddad,
Nashaihu Ad-Diniyah, Haramain, hal. 7)
1. Lalai kewajiban
shalat dan zakat.
Shalat lima waktu
merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang baligh dan berakal. Perintah shalat
menjadi kewajiban pertama yang harus dijalankan sekaligus amal manusia pertama
yang akan dihisab. Jika meremehkannya saja adalah sebuah dosa apalagi dengan
sengaja meninggalkan. Sebagaimana firman Allah:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (٥
“Maka
celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya,” (QS. Al-Ma’un[107]: 4-5).
Hal
ini menguatkan pendapat Syekh Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad bahwa meremehkan
kewajiban shalat dan zakat adalah salah satu sebab akhir kehidupan yang tidak
baik (su’ul khatimah).
2. slalu mencari-cari aib lain.
Biasanya
orang-orang yang sibuk dengan urusan orang lain akan lupa dengan urusannya
sendiri. Begitu juga ketika sibuk mencari keburukan orang lain maka
keburukannya sendiri pun terlupakan. Ia tidak menyadari bahwa dirinya berada
dalam maksiat dan dosa, hingga akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tidak
bertobat. Naudzu billah min dzâlik. Larangan ini terdapat dalam firman Allah
subhanahu wata’la.
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha-Penerima tobat
lagi Maha-Penyayang,” (QS. Al-Hujarat[49]: 12).
3. Mengurangi
takaran dan timbangan.
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Semua saling
membutuhkan dalam segala hal. Perdagangan merupakan salah satu bentuk kerja
sama agar manusia bisa bertahan hidup. Dalam transaksi tersebut ada kondisi
saling memberi keuntungan. Oleh karenanya Islam melarang adanya kecurangan dan
penipuan dalam berdagang.
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (1 الَّذِينَ إِذَا
اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (2 وَإِذَا
كَالُوهُمْ أَوْ
وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (3
“Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi,” (QS.
Al-Muthaffifin [83]: 1-3).
4. Menipu
Muslim yang lain
dan menutupi atas mereka dalam masalah agama dan dunia Seringkali
kepentingan duniawi melenakan banyak orang di mana saja. Hanya karena dunia,
kadang seseorang rela menempuh segala cara, termasuk melalui jalur yang batil.
Kecurangan dan penipuan merupakan hal yang biasa terjadi dengan latar yang
sama, yakni kepentingan duniawi. Bahkan, bagi mereka yang sudah dibutakan,
agama pun bisa berubah sekadar alat untuk memperoleh keuntungan, baik berupa
harta, pujian, ketenaran, maupun pangkat.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di dunia
itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan
terusir,”
(QS. Al-Isra[17]: 18).
5.Mencemo'oh U;lama dan mengingkarinya.
Orang
yang mengingkari utusan Allah berarti ia mengingkariNya. Siapa yang menyakiti
utusan Allah sama juga ia menyakiti Allah subhanahu wata’ala. Maka lakanat
Allah-lah yang lebih pantas untuk mereka.
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ . وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ . وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلىَ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَاكِهِينَ . وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَآؤُلآَءِ لَضّآلُّونَ . وَمَآأُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) mentertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mu’min, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mu’min. [al-Muthaffifin/83 : 29-33].
Jika
mereka mati sebelum bertobat, maka mereka mati dalam keadaan terlaknat. Semoga
kita semua menjadi bagian dari orang-orang yang dijaga dari mati su’ul khatimah.
Komentar