Peradaban Islam
SEJARAH
PERADABAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA
NABI MUHAMMAD SAW
A.Latar Belakang
Gurun tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana
pada masa itu kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah pada masa
itu dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia
pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia
bagi umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini. Bahkan nama
seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-kitab suci agama
terdahulu, seperti dalam kitab yahudi dan nasrani. Pembesar mereka berkata :
“Wahai para umat yahudi dan nasrani, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan
hadir di atas muka bumi seorang Hamba Allah
untuk membawa ajaran kebenaran, Sungguh begitu agung dan mulia,
nama-namanya telah terukir indah di sorga sana dan di hati-hati orang-orang
yang beriman, namanya terus di puji-puji sebagai tanda kecintaan kepada insan
pilihan, bahkan air mata terus mengalir di mata-mata para perindu sang nabi
yang mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan cahaya kedamaian bagi hati
yang sedang kegelapan, beliau adalah “cayaha di atas cahaya”, NUURUN ALA
NUURI”. Tubuh Nabi Saw warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya
bercahaya-cahaya mukanya indah menawan dahi beliau luas, kepala beliau besar
sempurna, hidung mancung bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya,
pipinya halus dan sedang, bulu matanya lebat, bola mata nya besar dan indah,
matanya luas dan bersangatan hitam bola matanya, putih mata beliau bercampur
kemerah-merahan, gigi muka rapi tersusun indah, jika beliau tersenyum sungguh
bercahaya-cahaya, rambut beliau lebat tidak terlalu keriting dan lurus indah
menawan, yang panjangnya sampai ketelinga, kadang panjangnya sampai kebahu,
jenggotnya lebat, perut dan belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari lemas
dan lembut, dan bentuk tubuh beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula
terlalu rendah, tidak gemuk dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan
santun, bila Nabi SAW berbicara bercahaya dan senyum manis menyertai raut
mukanya. Tatkala beliau berjalan selalu di tutupi awan tenang bagaikan orang
yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan pandangan beliau lebih banyak
memandang kebawah dari pada ke atas, begitu tampan dan menawan walaupun dilihat
dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada kata yang bisa diucapkan sebab
begitu indahnya. Abu Hurairah ra pernah berkata : “Tak pernah aku melihat orang
yang lebih tampan dari Nabi saw. Beliau adalah bernama MUHAMMAD SAW, seorang
manusia pilihan yang dilahirkan dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya.
dari betapa agungnya beliau dari maka itu penulis akan mempersembahkan sebuah
makalah yang berisikan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa
depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam.
Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW melalui berbagai macam cobaan
dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat
hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu
tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan
dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi.
Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban
kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam
pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa pengaruhnya. Sosok
manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir tandus menjelang
akhir abad keenam Masehi. Namanya paling banyak disebut, dan tak tertandingi
oleh tokoh dunia manapun di muka bumi. Keluhuran budi pekertinya menjadi suri
teladan bagi siapa pun yang mendambakan kedamaian dan kebahagiaan. Ajaran yang
dibawanya menjadi obor penerang bagi setiap pencinta kebenaran. Beliau adalah
Nabi terkahir yang diutus Tuhan kepada umat manusia an menjadi penyempurna dari
ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi Allah terdahulu. Beliau lahir di
tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah yang menjadikan nafsu sebagai panglima,
mempertuhan materi dan kekayaan serta membanggakan nasab dan keturunan. Di tengah-tengah
masyarakat yang meraba-raba dalam kegelapan moral yang pekat, beliau nyalakan
pelita kebenaran. Beliau damaikan suku-suku yang bermusuhan dan
dipersatukannnya pula kabilah-kabilah yang terperangkap dalam kotak-kotak
ashabiah yang berserakan dan menyesatkan ke dalam sebuah keluarga besar
“Islam”. Dua puluh tahun lebih beliau bekerja keras dan akhirnya berhasil.
B.Bangsa Arab sebelum Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. Semenanjung yang terletak di
bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar permukaannya terdiri dari padang
pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat panas bahkan termasuk yang paling
panas dan paling kering di muka bumi. Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat
dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi adalah penduduk
padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, tetapi hidup secara
nomaden, berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber
mata air dan padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak kambing,
biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak
memberi peluang kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu,
sejarah mereka tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl al-hadlar ialah
penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota tau daerah-daerah
pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industri.
Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka memilki peluang yang besar untuk
membangun peradaban. Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai
intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan natara
anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Akan tetapi,
adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan
perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia
C. Muhammad Saw sebelum kenabian dan setelah diangkat menjadi Rasul
Rasulullah Saw lahir dari kalangan bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama
Abdulah Ibn Abdi Al Muthalib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab
ayah dan ibunya bertemu pada Kilab ibn Murrah. Apabila ditarik keatas, silsilah
beliau sapai kepada Ismail as. Akan tetapi, nama-nama nenek moyang beliau yang
diketahui dengan jelas hanya sampai Adnan. Nama-nama di atas Adnan sampai
kepada Ismail tidak diketahui dengan pasti. Kabilah Quraisy terkenal sebagai
pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria. Mereka juga mendominasi
perdangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran para penziarah Ka’bah, terutama
pada musim haji. Kabilah Quraisy bertambah harum ketika Qushai menjadi penguasa
atas Mekkah setelah berhasil mengalahkan Bani Khuza’ah. Hal ini berarti
pengembalian tanggung jawab atas penjagaan dan pemeliharaan Ka’bah serta
pelayanan terahadap para penziarah Ka’bah kepada keturunan Ismail. Penguasaan
atas Mekkah, baik berkaitan dengan kegiatan niaga, maupun keagamaan ,
menjadikan kabilah quraisy berpengaruh besar tidak saja di Mekkah dan
sekitarnya, melainkan di Jazirah Arab seluruhnya. Ketika tanggung jawab
pemeliharaan Ka’bah dan pelayanan terhadap para penziarah rumah suci itu berda
di atas pundak abdi Al Muthalib ibn Hasyim, Mekkah diserang oleh Abrahah yang
bermaksud meruntuhkan Ka’bah. Ka’bah yang setiap musim dikunjungi oleh para
penziarah dari seluruh penjuru jazirah Arab, menjadikan kota Mekkah tidak hanya
penting secara politis, tetapi menguntungkan pula dari sisi ekonomi.
Lebih-lebih letaknya yang strategis pada jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria. Hal
inilah yang mendorong Abrahah melakukan serangan itu. Akan tetapi, serangan ini
gagal karena pasukan tentara penyerang itu diserang wabah penyakit yang
mengerikan. Tahun ketika terjadi penyerangan tersebut disebut tahun gajah
karena Abrahah ketika itu memimpin pasukannya dengan menunggang seekor gajah
yang besar. Rasulullah saw dilahirkan sebagai yatim pada hari senin 12 Rabi’ul
awal tahun Gajah,bertepatan dengan 20 April 571. Ayahnya sudah wafat tiga bulan
setelah menikahi ibunya. Abdul Muthalib memberi nama cucunya itu Muhammad.
Beliau disusui beberapa hari oleh Tsuwaibah, sahaya Abu Lahab, kemudian
dilanjutkan penyusuan dan pengasuhannya oleh Halimah binti Dzuaib dari kabilah
Bani sa’ad. Kendatipun hanya beberapa hari Tsuwaibah menyusuinya, beliau
pelihara terus silaturrahim dengannya, demikian pula budi baik keluarga Halimah
al-Sa’diyah tidak pernah dilupakan sepanjang hayatnya. Ketika berusia lima
tahun, beliau dikembalikan kepada Amina. Akan tetapi, setahun kemudian ibu
kandung yang amat dicintainya wafat. Abd al-Muthalib melanjutkan pengasuhan
atas cucunya sampai kakek yang bijak ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung
jawab untuk mengasuh dan membesarkan Muhammad Saw selanjutnya dipikul oleh Abu
Thalib, salah satu putera Abd al-Muthalib yang paling miskin, tetapi sangat
disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah. Pada malam Senin 17 Ramadhan tahun
13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, selagi Muhammad didalam
gua Hira’, Jibril menyampaikan wahyu pertama. Setelah menerima wahyu itu
Muhammad segera pulang dengan hati cemas dan badan menggigil karena ketakutan.
Beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Setelah tenang, beliau menceritakan
peristiwa tersebut kepada istrinya. Khadijah berusaha menenangkan beliau
kemudian pergi menemui Waraqah ibn Naufal, saudara sepupunya, meninggalkan
beliau yang tertidur karena kelelahan. Waraqah Ibn Naufal yang sudah memeluk
agama Nasrani itu menceritakan kepada Khadijah bahwa Muhammad diangkat menjadi
Nabi dan yang diutus tersebut merupakan malaikat Jibril. Pada saat beliau
tertidur lelap, turunlah wahyu yang kedua. Setelah menerima wahyu yang kedua
ini Muhammad bangkit lalu berkata kepada isterinya, yang baru pulang dari rumah
Waraqah, bahwa Jibril telah menyampaikan perintah Tuhan agar beliau memberi
peringatan kepada umat manusia, dan mengajak mereka supaya beribadah dan patuh
hanya kepada-Nya. Wahyu yang kedua ini menandai penobatan Muhammad sebagai
Rasulullah.
D. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah
1. Langkah Dakwah
Nabi Muhammad Saw
Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara
diam-diam di lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka
orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga
terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Setelah beberapa
lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka turunlah perintah Allah
agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan umum seperti telah
dituturkan dalam Al-Qur’an. Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw
dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan menyeru kerabat dekatnya
dari Bani Muthalib. Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka
mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan,
hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, keudian
penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di
bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa ia diutus
oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan
terhadap berhala. Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam
menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah.
Masyarakat Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan
berusaha menentangnya habis-habisan higga agama Islam tersebut lenyap dari muka
bumi ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiata dakwah
Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota
Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
2. Sambutan
Masyarakat Mekkah terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw
Dakwah Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam
maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang
menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima
ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun
ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab. Meskipun bisa
dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima ajaran Islam
secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab kota Mekkah menolak dan tidak
menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam dan umat Islma di kota tersebut. Hal
ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang
ditujkan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.
3. Rintangan dan
Halangan Dakwah Islam di Mekkah
Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang
tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu
cara untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang
terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib,
paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk
melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak
tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika,
Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan kegiatan
dakwahnya. Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus
berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk
penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar batas
perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum.
Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang
bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
4. Boikot dan
Rencana Pembunuhan terhadap nabi Muhammad Saw
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy dalam membujuk Nabi
Muhammad saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat posisi umat Islam
di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum kafir
Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan kekuatan
Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani Hasyim.
Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk hubungan dengan
Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang diperkenankan
melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam
bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di dalam Ka’bah.
Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang dimulai pada
bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun 616 M. Di anatar
isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1.Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari
orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa saja dngan
orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menjenguk
orang-orang Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang
Islam, sehinhgga mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita
kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu
baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan
yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu
berakhir.
E. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
1. Hijrah ke Habsyi
yang pertama
Penyiksaan dan penganiayaan kafir Quraisy yang diuar
batas perikemanusiaan terhadap orang-osang muslim membuat hati nabi tidak tahan
melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhammad menyarankan kepada sahabatnya
untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari gangguan, siksaan dan ancaman
orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh tahun kelima kenabian
berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian rombongan berikutnya
menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang. Kedatangan
orang-orang Islam di Habyi disambut dengan baik oleh raja Nejus. Bahkan ia
memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Keadaan
itu berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada Raja Nejus.
Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan orang-orang mukmin ke negei
asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan itu ditolaknya. Ketika umat Islam
berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota mekkah. Beliau tetus berusaha
menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat ancaman dan
gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia. Ia b
erhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul
Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam
kenabian.
2. Hijrah ke Habsyi
yang kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi pertama berlangsung
slama 2 bulan. Setelah itu mereka kembali ke Mekkah. Melihat keberhasilan umat
Islam untuk bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi, kafir Quraisy semakin
geram. Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan kembali kepada umat Islam untuk
hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh 101 orang diantarnaya terdapat
18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin Abi Thalib. Kepergian umat Islam
yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari Raja Nejus.
Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang kafir Quraisy.
Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah perkembangan
Islamdengan berbagai cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir Quraisy, Raja
Nejus berusaha mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan yang
sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai juru
bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran Islam
kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.
3. Misi ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal dengan tahun duka bagi
Nabi Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya meninggal dunia,
yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya mereka, orang-orang
kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw. Karen
apenderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia bersama Zaid
berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan dari
keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau meberikan
perlindungan dan bantuan apaun kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan beliau diusir
dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari
batu oleh pemuda kota Thaif.
4.Perjanjian aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M,
Nabi Muhammad Saw menemui rombongan haji dari Yatsrib. Rombongan haji tersebut
berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya.
Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga mereka menyatakan keislamannya di
hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut terjadi di salah satu bukit di kota
Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka mengadakan persetujuan untuk membantu
Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1.Mereka menyatakan setia kepada Nabi Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan ajaran Islam yang
dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan mralkukan kecurangan dan
kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian, bertepatan dengan tahun 622 M,
jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Jamaah itu berjumlah sekitar 73 orang. Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui
Nabi Muhammad menyampaikan pesan berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi
Muhammad bersedia datang ke kota Mekkah, memberikan penerangan tentang ajaran islam
dan sebagainya. Permohonan itu dikabulkan Nabi Muhammad dan beliau menyatakan
kesediannya untuk datang dan berdakwah disana. Untuk memperkuat kesepakatan
itu, mereka mengadakan perjanjian yang disebut perjanjian aqabah yang kedua
yang berisi :
1.Penduduk Yatsrib siap dan bersedia melindungi Nabi
Muhammad
2.Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam
dengan harta dan jiwa
3.Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam
dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka
4.Penduduk Yatsrib siap menerima segala resiko dan
tantangan.
F. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Madinah
1. Hijrah ke Yatsrib
Setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan kekerasan terhadap
kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy sepakat akan membunuh
Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah menganjurkan para sahabatnya
untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah meninggalkan Mekkah setelah seluruh
kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya serta Abu Bakar dan keluarganya,
sudah keluar dari Mekah. Ketika akan berangkat, Rasulullah meminta Ali untuk
tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Beliau
berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah, ditemani oleh Abu Bakar. Mereka
bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan
dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar sendriri,
Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang
mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan
penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari
persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh
Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas
selaku penunjuk jalan. Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal Rasulullah tiba di
Quba, sekitar 10 kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal di Quba beliau
menginap di rumah Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang rumahnya biasa
dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke Yatsrib. Adapun Abu
Bakar menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn Zaid. Pada saat
itulah masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn Yasir. Rasulullah
sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti oleh Abu Bakar,
kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian Ali ibn Abi
Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15 hari. Ia
bergaung dengan Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan harinya, Jumat
12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan Muhajirin ini
melanjutkan perjalanan ke Yatsrib. Kedatangan
Rasulullah disambut hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian unta Nabi
berhenti di salah satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan
dengan rumah Abu Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang diasuh
oleh Abu Ayub, bernama Sahl dan Suhail, putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan
Mu’adz ibn Ahra’, kebun ini dijual, dan diatasnya dibangun masjid atas perintah
Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah, Yatsrib berubah namanya menjai Madinah
al-Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah.
2.Pembinaan Masyarakat dan Peletakan Dasar-dasar
Kebudayaan Islam
Pekerjaan besar yang dilakukan Rasulullah dalam periode
Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam yang baru terbentuk.
Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu pada umumnya
merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan masyarakat dalam
hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan politik yang
bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama yang dibangun
Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid. Pertama masjid
Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun setelah Rasulullah
tiba di Yatsrib. Muhammad ternyata bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tapi
juga seorang ahli politik yang ulung dan diplomat yang bijak, sebagai pahlawan
perkasa di medan perang, dan sebagai ksatria dalam memperlakukan musuh yang
kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan dalam perjanjian damai
dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian iyu, kota Madinah menjadi
Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya. Perjanjian ini kemudian dikenal
dengan Piagam Madinah. Beberapa asas masyarakat Islam yang telah diletakkan
oleh Rasulullah antara lain al-ikha (persaudaraan), al-musawah (persamaan),
al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah), al-ta’awun (tolong menolong),
al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar.
3. Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam
a.. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadlir dan
Bani Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan datangnya nabi akhir zaman
sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka tetapi mereka ingkar. Kira-kira
setahun kemudian setelah pengusiran Bani Qainuqa pada akhir tahun kedua setelah
hijrah, Amr ibn Jahasy dari Bani Nadlir mencoba hendak membunuh Rasulullah. Ia
menjatuhkan batu dari atas tembok tempat
beliau dan para sahabatnya beristirahat. Atas penghianatan itu, perkampungan
mereka dikepung selama 16 hari, dan mereka diusir dari Madinah. Pengusiran
terhadap Bani Nadlir mendorong mereka untuk bersekutu dengan kabilah-kabilah
besar Arab seperti Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan lain-lain untuk
bersama-sama menyerang Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada tahun 5 H. Kota Madinah
dikepung, sehingga kaum muslimin terancam kelaparan. Ketika musuh menghentikan
pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil sedkit pun, kaum muslimin
mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari. Karena penghianatannya, mereka
dihukum mati, sementara anak-anak dan perempuan meraka ditawan.
b.Rongrongan orang-orang munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud,
kaum munafik keluar dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah
ibn Ubai, pemimpin mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum
Yahudi dan pernah menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang
disebut terakhir ini mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini
Rasulullah bersikap lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman
secara benar. Usaha Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik
ini tidak ditemukan lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.
c. Rongrongan kafir Quraisy dan sekutunya
Perang sebagai jawaban atas sikap permusuhan kafir terjadi
pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an
peristiwa itu disebut yaum al-furqan, artinya hari pemisah antara yang hak dan
yang batil. Kendatipun jumlah pasukan Islam jauh lebih kecil dari pasukan,
namun mereka berhasil meraih kemenangan. Sementara itu, kafir bertekad membalas
kekalahan itu dengan mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan yang cukup
dan persenjataan yang lengkap. Turut ambil bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah,
Kinanah, Bani Harits, Bani Haun, dan Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H
terjadilah perang Uhud. Dalam peristiwa ini umat Islam menderita kekalahan.
Kurang lebih 70 orang sahabat Rasulullah gugur sebagai syuhada, termasuk di
antaranya Hamzah ibn Abd al-Muthalib, paman Rasulullah. Sementara kaum kafir
Arab meningkatkan kerjasama untuk menyempurnakan kemenangan mereka, Bani Nadlir
mencoba melakukan pembunuhan atas diri Rasulullah, namun gagal dan mereka
diusir dari Madinah. Mereka kemudian bersekutu dengan kafir dan kabilah-kabilah
Arab lain yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H kurang lebih 14000 tentara,
diantaranya 4000 di bawah pimpinan Abu Sufyan, menyerbu Madinah. Menghadapi
serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di dalam kota. Atas saran Salman
al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang lebar dan dalam, sementara di
bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup setiap lorong untuk masuk ke dalam
kota. Perang ini dikenal dengan perang Khandaq, karena kaum muslimin meggunakan
parit (khandaq) sebagai benteng pertahanan. Dikenal pula dengan perang Ahzab,
karena musuh yang menyerang Madinah terdiri dari berbagai golongan yang
bersekutu.
4. Fase Perjuangan setelah Perang Ahzab
Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya
berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dan haji. Tidak ada senjata yang
mereka bawa selain pedang yang tersimpan pada sarungnya sekedar untuk menjaga
diri selama dalam perjalanan. Kafir tidak menghendaki kaum muslimin memasuki
kota Mekah karena menurut mereka hal ini berarti kemenangan bagi kaum muslimin.
Oleh karena itu, mereka mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid
untuk menghadang rombongan Rasulullah. Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan
dengan pasukan Khalid dengan menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai
di Hudaibiyah, beberapa mil dari kota Mekah. Rasulullah bermusyawarah dengan
para sahabat, dan memutuskan untuk mengutus Utsman bin Affan guna menyampaikan
maksud kedatangan mereka. Akan tetapi Utsman bin Affan ditahan dan timbul
desas-desus bahwa Utsman dibunuh. Kemudian rasulullah dan para sahabatnya
mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai tercapai kemenangan yang disebut
baiah al-ridlwan karena diridhai oleh
Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali musyrikin, sehigga mereka
membebaskan Utsman dan mengirim Suhail ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan
perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian
Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1.Segala permusuhan antara kedua belah pihak dihentikan
selama 10 tahun
2.Setiap orang kafir yang datang kepada kaum muslimin
tanpa seizin walinya harus ditolak dan dikembalikan
3.Setiap orang Islam yang menyerahkan diri kepada pihak kafir tidak akan dikembalikan
4.Setiap kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum kafir maupun
dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu pihak yang
membuat perjanjian ini.
5.Kaum muslimin tidak boleh memasuki Mekah pada tahun
ini, namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa
senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal di Mekah lebih dari
tiga hari. Kaum muslimin berhasil memasuki kota Mekah tanpa setetes darah pun
pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk kemudian berthawaf menegelilingi
Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang ada di rumah suci itu. Peristiwa
ini dikenal dengan Fathu Mekah (pembebasan Mekah). Pada bulan Rajab 9 H
bertepatan dengan Oktober 630 M, Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk
meghadapi tentara Romawi di Utara. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang
Islam, mundur kembali ke negerinya stelah melihat betapa besar jumlah pasukan
kaum muslimin yang dipimpin Rasululah tak kena mundur. Peristiwa ini dikenal
dengan Perang Tabuk. Oleh karena itu, sejak tahun 9 H (630/631 M) para utusan
kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah menyatakan
masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari
Najd, Bani tamim disusul kemudian oleh perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada
tahun 10 H. Dengan demikian, tahun ini disebut dengan tahun perutusan atau ‘am
alwufud.
G.Haji Wida’ dan Akhir Hayat Rasulullah
Setelah tercipta ketenangan di seluruh jazirah Arab, Rasulullah bermaksud
menunaikan haji ke Baitullah. Pada tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H, beliau
bersama-sama dengan sekitar 100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah
menuju Mekah. Pada tanggal 8 Dzu al-Hijjah yang disebut hari Tarwiyah
Rasulullah bersama rombongannya berangkat menuju Mina dan pada waktu fajar hari
berikutnya mereka berangkat ke Arafah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau
menyampaikan pidato yang amat penting, yang dikenal dengan khuthbah
al-wada’i(pidato perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas punggung
unta dan meminta Tabi’ah ibn Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras
setiap kalimat yang beliau ucapkan. Pada setiap kalimat yang beliau ucapkan, harus
didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan kepada orang-orang yang berada
di empat yang jauh. Pidato Rasulullah itu amat penting, karena mengandung pesan
yang amat berharga untuk pedoman hidup manusia, baik yang berkaitan dengan
hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan Penciptanya. Kira-kira
tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, Rasulullah
mendertia demam beberapa hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan
beliau mengimami shalat jamaah. Pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 11 H bertepatan
dengan 8 Juni 632 M, Rasulullah wafat kembali ke hadirat Allah Swt dalam usia 63 tahun.
PENUTUPAN
1.Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa sejarah peradaban
Islam dimasa Nabi Muhammad SAW banyak melewati rintangan-rintangan dan
penganiayaan diluar batas manusia. Namun demikian orang muslim selalu bersabar
dan istiqamah di jalan-Nya. Begitu juga dengan Nabi Muhammad SAW selalu
bersabar dan istiqamah dalam menyiarkan agama islam dari periode Mekkah hingga
Periode Madinah. Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang
di utus untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara
yang pandai dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang
administrator yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa
menaklukkan seluruh Jazirah Arab. Pada akhirnya, perjuangan Nabi Muhammad SAW
membuahkan hasil, yaitu berkembangnya islam dengan pesat, tidak hanya di
Madinah bahkan di Mekkah juga, yang
ditandai dengan terjadinya peristiwa Fathul Makkah.
2. Kritik dan Saran
Demikianlah yang dapat kita paparkan dalam makalah kami, untuk kepentingan
kita bersama kami sbagai penulis dan Anda pembaca, sekirannya dapat memberi
saran atau kritikan yang membangun serta tanggapan guna untuk memperbaiki atau
tambahan bahasan kita dalam makalah ini.
Komentar