SEBAB DAN AKIBAT MENGHINA PARA ULAMA
AETIKEL MINI
SEBAB DAN AKIBAT MENGHINA PARA ULAMA
di tulis oleh .Tgk.rayeuk Abdillah.SE
A.Sebab dan Akibat Mencela Para Ulama
Ulama adalah termasuk wali-wali Allah.
Akhir-akhir ini di Aceh yang di juluki Serambi Makkah kita dikejutkan dengan bermunculannya orang-orang yang mencela dan mencaci ulama. Mereka terdiri dari berbagai golongan, yang terbanyak adalah kaum yang mendakwakan dirinya sebagai pemurni agama dan mujahidin akhir zaman. Tidak jelas bagaimana yang mereka maksudkan dengan membela agama sementara mereka mencaci para ulama pewaris para nabi . Terlebih sangat sulit dipahami bila mereka menamakan dirinya mujahidin tapi yang menjadi targetnya adalah para ulama, pewaris ambiya. Terlepas dari apa maksud dan tujuan mereka mencaci ulama, inilah beberapa akibat dari menghina ulama yang akan menimpa :
1.Orang yang menghina ulama sama artinya dia mengumumkan perang kepada Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang wali Allah yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari -rahimahullah- dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ – رواه البخاري
Dari Abu Hurairah ”Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya… [HR. Al Bukhari]
2.Menghina ulama akan menyebabkan rusaknya agama
*Berkata Al-Imam Ath-Thahawi –rahimahullah- : “Ulama salaf dari kalangan ulama terdahulu, demikian pula para tabi’in, harus disebut dengan kebaikan. Maka siapa yang menyebut mereka dengan selain kebaikan maka dia berada di atas kesesatan”
*Berkata Al-Imam Ibnul Mubarak –rahimahullah- : “Siapa yang melecehkan ulama, akan hilang akhiratnya. Siapa yang melecehkan umara’ (pemerintah), akan hilang dunianya. Siapa yang melecehkan teman-temannya, akan hilang kehormatannya.” Dan mencela ulama termasuk diantara dosa-dosa besar.
3.Orang yang merasa lezat dengan meng-ghibah para ulama maka ia akan diberikan su-ul kematianya mengerikan (akhir kehidupan yang mengerikan), Na'uzubillah!minha, Al-Qadhi Az-Zubaidi, ketika dia meninggal dunia lisannya berubah menjadi hitam, hal ini dikarenakan dia suka mencibir Al-Imam An-Nawawi
4.Mencela ulama merupakan sebab terbesar bagi seseorang untuk terhalangi daripada mengambil faidah dari ilmu para ulama. Berkata Al-Imam Hasan Al-Bashri –rahimahullah- : “Dunia itu seluruhnya gelap, kecuali majelis-majelisnya para ulama.”
B.Sebab-sebab seseorang Berani mencela ulama
Ulama adalah termasuk wali-wali Allah
1.Belajar sendiri (otodidak) atau hanya berguru kepada kitab/buku tanpa mau duduk di majlis para ulama yaitu dayah dan pesantren sebagaimana orang orang dahulu sebelum kita.“مَن لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان” ”Barangsiapa yang tidak punya guru, maka gurunya adalah setan”.
Diantara dampak buruk dari otodidak adalah:
1.Orang ini akan mengukur dengan keadaan dirinya sendiri, sehingga dengan mudahnya dia memandang dirinya sebagai orang alim
2.Orang ini akan kehilangan suri tauladan dalam adab dan akhlaq
C.Dahulu para salaf melarang orang yang belajar secara otodidak untuk berfatwa. Al-Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- berkata : “Siapa yang bertafaqquh dari perut-perut kitab, maka ia akan menyia-nyiakan hukum.” Kemudian beliau bersya’ir :
1.Siapa yang mengambil ilmu langsung dari guru, maka dia akan terhindar dari kesesatan
2.Siapa yang mengambil ilmu dari buku-buku, maka ilmunya di sisi para ulama seperti tidak ada dan sia- sia
3.Terlalu tergesa-gesa untuk menjadi da’i sebelum menghasilkan batasan paling rendah dari ilmu dengan alasan untuk berdakwah,Termasuk aib, jika seorang yang memposisikan dirinya sebagai da’i /Ustadz dan dia mengajar ke sana dan ke sini akan tetapi dia tidak bisa berbahasa arab/kitab kitab kuning.
*Umar bin Khaththab –radhiyallohu ‘anhu- : Bertafaqquhlah kalian sebelum kalian diangkat menjadi pemimpin.
*Imam Asy-Syathibi –rahimahullah- berkata : Orang yang masih rendah ilmunya dan memposisikan dirinya sebagai ulama maka ia akan terluput dari kebaikan yang sangat banyak. Dan mengambil ilmu dari orang-orang yang rendah ilmunya akan menjadikan orang-orang awam menyangka bahwa orang itu adalah ulama. Sehingga memalingkan mereka dari ulama yang sesungguhnya.
D.Sifat sok tahu
Orang yang sok tahu dan merasa pintar, maka engkau akan dapati mereka adalah orang-orang yang dangkal ilmunya akan tetapi memposisikan diri mereka seperti ulama, maka mereka itu akan ditimpa oleh penyakit ujub (bangga kepada dirinya sendiri). Orang yang paling tertipu adalah orang para qari’ (pembaca al-qur’an) akan tetapi ia tidak faham apa yang terkandung di dalamnya. Kemudian dia mengajar anak-anak dan wanita , yang dengan itu dia merasa besar kemudian berani mendebat para ulama.
1.Terpengaruh oleh kebebasan berpendapat gaya barat. Sehingga menganggap setiap orang boleh berbicara tentang agama menurut akal mereka walaupun tanpa ilmu. Sebagaimana hal ini banyak kita lihat dan saksikan pada zaman kita ini. Di mana orang yang paling awam tentang agama berbicara dengan sebebas-bebasnya tentang agama ini, mengatakan seenaknya tentang kitab Allah dan Sunnah NabiNya.
E.Disebutkan dalam hadits, tentang tahun-tahun yang menipu dan munculnya para ruwaibidhah:
1.Fanatik Hizbi/Fanatik Golongan
Kebanyakan orang yang suka mencaci ulama adalah karena tidak memahami arti suatu perbedaan dan cenderung fanatik kepada kelompoknya sehingga dengan gampang menyalahkan kelompok lain. Kaum seperti ini telah ada bahkan semenjak Rasulullah SAW dan sahabat ra.
2.Tidak adanya ketelitian dalam menukil dan menyampaikan khabar tentang ulama
F,Beberapa adab yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu terhadap para ulama. Diantaranya:
1.Ketahuilah bahwa ulama itu seperti bintang, dan salah satu fungsi bintang adalah sebagai penunjuk jalan dan penerang. Kita wajib menjadikan ulama sebagai penun- juk jalan kita kepada kebenaran dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika kebenaran telah jelas dihadapan kita maka tidak boleh kitaberpalingdarikebenar- an itu dengan beralasan pada perkataan siapapun. Karena perkataan ulama yang menyelisihi dalil maka perkataan tersebut tertolak dan tidak dianggap. Meskipun demikian kita tetap menghormati mereka sebagai ulama dan memaklumi kekeliruan mereka. Dikatakan, bahwa wafatnya para ulama adalah sebuah lubang yang tidak dapat ditambal, ibarat sebuah bintang yang jatuh.
2.Ulama adalah manusia biasa , terkadang benar dan terkadang salah. Ini adalah madzhab ahlussunnah wal jama’ah, tidak seperti orang-orang syi’ah yang mengatakan bahwa para imam mereka adalah jaminan maksum.
3.Menghargai pendapat mereka, dengan tidak mengambil pendapat mereka yang salah atau keliru dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka. Karena kesalahan mereka jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah mereka perbuat maka kesalahan itu tidak ada apa-apanya.
4.Menjaga kehormatan ulama, dengan tidak menyebutkan tentang mereka kecuali dengan kebaikan dan berusaha menutupi aib mereka.
عن أبي الدرداء قال: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: وَ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَلَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا وَ إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dan sesungghnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat besar”. [HR Abu Dawud: 3641, 3642, at-Turmudziy: 2683, Ibnu Majah: 223, Ahmad: V/ 196 dan Ibnu Hibban]
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
Yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya itu hanyalah ulama [QS Fathir 35: 28]
SEBAB DAN AKIBAT MENGHINA PARA ULAMA
di tulis oleh .Tgk.rayeuk Abdillah.SE
A.Sebab dan Akibat Mencela Para Ulama
Ulama adalah termasuk wali-wali Allah.
Akhir-akhir ini di Aceh yang di juluki Serambi Makkah kita dikejutkan dengan bermunculannya orang-orang yang mencela dan mencaci ulama. Mereka terdiri dari berbagai golongan, yang terbanyak adalah kaum yang mendakwakan dirinya sebagai pemurni agama dan mujahidin akhir zaman. Tidak jelas bagaimana yang mereka maksudkan dengan membela agama sementara mereka mencaci para ulama pewaris para nabi . Terlebih sangat sulit dipahami bila mereka menamakan dirinya mujahidin tapi yang menjadi targetnya adalah para ulama, pewaris ambiya. Terlepas dari apa maksud dan tujuan mereka mencaci ulama, inilah beberapa akibat dari menghina ulama yang akan menimpa :
1.Orang yang menghina ulama sama artinya dia mengumumkan perang kepada Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang wali Allah yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari -rahimahullah- dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ – رواه البخاري
Dari Abu Hurairah ”Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya… [HR. Al Bukhari]
2.Menghina ulama akan menyebabkan rusaknya agama
*Berkata Al-Imam Ath-Thahawi –rahimahullah- : “Ulama salaf dari kalangan ulama terdahulu, demikian pula para tabi’in, harus disebut dengan kebaikan. Maka siapa yang menyebut mereka dengan selain kebaikan maka dia berada di atas kesesatan”
*Berkata Al-Imam Ibnul Mubarak –rahimahullah- : “Siapa yang melecehkan ulama, akan hilang akhiratnya. Siapa yang melecehkan umara’ (pemerintah), akan hilang dunianya. Siapa yang melecehkan teman-temannya, akan hilang kehormatannya.” Dan mencela ulama termasuk diantara dosa-dosa besar.
3.Orang yang merasa lezat dengan meng-ghibah para ulama maka ia akan diberikan su-ul kematianya mengerikan (akhir kehidupan yang mengerikan), Na'uzubillah!minha, Al-Qadhi Az-Zubaidi, ketika dia meninggal dunia lisannya berubah menjadi hitam, hal ini dikarenakan dia suka mencibir Al-Imam An-Nawawi
4.Mencela ulama merupakan sebab terbesar bagi seseorang untuk terhalangi daripada mengambil faidah dari ilmu para ulama. Berkata Al-Imam Hasan Al-Bashri –rahimahullah- : “Dunia itu seluruhnya gelap, kecuali majelis-majelisnya para ulama.”
B.Sebab-sebab seseorang Berani mencela ulama
Ulama adalah termasuk wali-wali Allah
1.Belajar sendiri (otodidak) atau hanya berguru kepada kitab/buku tanpa mau duduk di majlis para ulama yaitu dayah dan pesantren sebagaimana orang orang dahulu sebelum kita.“مَن لا شيخَ له؛ فشيخُه الشيطان” ”Barangsiapa yang tidak punya guru, maka gurunya adalah setan”.
Diantara dampak buruk dari otodidak adalah:
1.Orang ini akan mengukur dengan keadaan dirinya sendiri, sehingga dengan mudahnya dia memandang dirinya sebagai orang alim
2.Orang ini akan kehilangan suri tauladan dalam adab dan akhlaq
C.Dahulu para salaf melarang orang yang belajar secara otodidak untuk berfatwa. Al-Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- berkata : “Siapa yang bertafaqquh dari perut-perut kitab, maka ia akan menyia-nyiakan hukum.” Kemudian beliau bersya’ir :
1.Siapa yang mengambil ilmu langsung dari guru, maka dia akan terhindar dari kesesatan
2.Siapa yang mengambil ilmu dari buku-buku, maka ilmunya di sisi para ulama seperti tidak ada dan sia- sia
3.Terlalu tergesa-gesa untuk menjadi da’i sebelum menghasilkan batasan paling rendah dari ilmu dengan alasan untuk berdakwah,Termasuk aib, jika seorang yang memposisikan dirinya sebagai da’i /Ustadz dan dia mengajar ke sana dan ke sini akan tetapi dia tidak bisa berbahasa arab/kitab kitab kuning.
*Umar bin Khaththab –radhiyallohu ‘anhu- : Bertafaqquhlah kalian sebelum kalian diangkat menjadi pemimpin.
*Imam Asy-Syathibi –rahimahullah- berkata : Orang yang masih rendah ilmunya dan memposisikan dirinya sebagai ulama maka ia akan terluput dari kebaikan yang sangat banyak. Dan mengambil ilmu dari orang-orang yang rendah ilmunya akan menjadikan orang-orang awam menyangka bahwa orang itu adalah ulama. Sehingga memalingkan mereka dari ulama yang sesungguhnya.
D.Sifat sok tahu
Orang yang sok tahu dan merasa pintar, maka engkau akan dapati mereka adalah orang-orang yang dangkal ilmunya akan tetapi memposisikan diri mereka seperti ulama, maka mereka itu akan ditimpa oleh penyakit ujub (bangga kepada dirinya sendiri). Orang yang paling tertipu adalah orang para qari’ (pembaca al-qur’an) akan tetapi ia tidak faham apa yang terkandung di dalamnya. Kemudian dia mengajar anak-anak dan wanita , yang dengan itu dia merasa besar kemudian berani mendebat para ulama.
1.Terpengaruh oleh kebebasan berpendapat gaya barat. Sehingga menganggap setiap orang boleh berbicara tentang agama menurut akal mereka walaupun tanpa ilmu. Sebagaimana hal ini banyak kita lihat dan saksikan pada zaman kita ini. Di mana orang yang paling awam tentang agama berbicara dengan sebebas-bebasnya tentang agama ini, mengatakan seenaknya tentang kitab Allah dan Sunnah NabiNya.
E.Disebutkan dalam hadits, tentang tahun-tahun yang menipu dan munculnya para ruwaibidhah:
1.Fanatik Hizbi/Fanatik Golongan
Kebanyakan orang yang suka mencaci ulama adalah karena tidak memahami arti suatu perbedaan dan cenderung fanatik kepada kelompoknya sehingga dengan gampang menyalahkan kelompok lain. Kaum seperti ini telah ada bahkan semenjak Rasulullah SAW dan sahabat ra.
2.Tidak adanya ketelitian dalam menukil dan menyampaikan khabar tentang ulama
F,Beberapa adab yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu terhadap para ulama. Diantaranya:
1.Ketahuilah bahwa ulama itu seperti bintang, dan salah satu fungsi bintang adalah sebagai penunjuk jalan dan penerang. Kita wajib menjadikan ulama sebagai penun- juk jalan kita kepada kebenaran dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika kebenaran telah jelas dihadapan kita maka tidak boleh kitaberpalingdarikebenar- an itu dengan beralasan pada perkataan siapapun. Karena perkataan ulama yang menyelisihi dalil maka perkataan tersebut tertolak dan tidak dianggap. Meskipun demikian kita tetap menghormati mereka sebagai ulama dan memaklumi kekeliruan mereka. Dikatakan, bahwa wafatnya para ulama adalah sebuah lubang yang tidak dapat ditambal, ibarat sebuah bintang yang jatuh.
2.Ulama adalah manusia biasa , terkadang benar dan terkadang salah. Ini adalah madzhab ahlussunnah wal jama’ah, tidak seperti orang-orang syi’ah yang mengatakan bahwa para imam mereka adalah jaminan maksum.
3.Menghargai pendapat mereka, dengan tidak mengambil pendapat mereka yang salah atau keliru dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka. Karena kesalahan mereka jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah mereka perbuat maka kesalahan itu tidak ada apa-apanya.
4.Menjaga kehormatan ulama, dengan tidak menyebutkan tentang mereka kecuali dengan kebaikan dan berusaha menutupi aib mereka.
عن أبي الدرداء قال: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: وَ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَلَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا وَ إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu ad-Darda’ berkata, aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dan sesungghnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat besar”. [HR Abu Dawud: 3641, 3642, at-Turmudziy: 2683, Ibnu Majah: 223, Ahmad: V/ 196 dan Ibnu Hibban]
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ
Yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya itu hanyalah ulama [QS Fathir 35: 28]
Komentar