Jum'at Berkah
RENUNGAN JUM'AT BERKAH
Oleh; Waled blang jruen,1,JAN 2019
Ketum,Darul Ma'arif Blang Asan
blang jruen aceh utara
Mari kita memperhatikan sebuah hadist Imam Ahmad dan Imam Turmidzi meriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash sebuah hadits:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Artinya;
Tiada seorang Muslim yang mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur
Dalam Syarah Irsyad: Imam al-‘Azizi bahwa hadits tersebut mencapai derajat hadits Hasan. Ulama berbeda pendapat mengenai maksud terjaganya orang yang wafat di hari Jumat dari fitnah kubur. Menurut Imam al-Manawi orang tersebut tidak ditanya Malaikat di kuburan. Sedangkan menurut pendapat yang dipegang oleh Imam al-Zayadi, bahwa orang yang mati di hari Jumat tetap ditanya malaikat, namun ia diberi kemudahan dalam menjalaninya Allah berfirman,
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
Artinya;
Tidak ada satupun jiwa yang mengetahui di belahan bumi mana dia akan meninggal. (QS. Luqman: 34).
Artinya, jika tempat saja manusia tidak tahu, apalagi waktu. Sementara merencanakan tempat meninggal, itu lebih memungkinkan dari merencanakan waktu meninggal. Karena itu, untuk bisa meninggal hari jumat atau malam jumat, manusia sama sekali tidak memiliki peran di atas. Semua itu murni kehendak Allah. Allah pilih siapa diantara hamba-Nya yang berhak mendapatkan keutamaan itu. Sementara manusia hanya bisa berdoa dan berharap.Al-Hafidz Ibnu Hajar menuliskan,
قال الزين ابن المنيِّر: تعيين وقت الموت ليس لأحد فيه اختيار، لكن في التسبب في حصوله مدخل؛ كالرغبة إلى الله لقصد التبرك، فمن لم تحصل له الإجابة أثيب على اعتقاده
Az-Zain Ibnul Munayir menjelaskan: ‘Tidak ada seorangpun yang memiliki pilihan untuk menentukan waktu kematian. Hanya saja dia punya kesempatan untuk mengambil sebab agar bisa mendapatkannya. Seperti banyak berharap kepada Allah untuk tujuan mengambil berkah. Ketika harapannya tidak terwujud, dia mendapatkan pahala atas keyakinannya.’ (Fathul Bari, Syarh Shahih Bukhari, 3/253).
Jangan Menampakkan kebahagiaan ketika ada sesama saudara muslim yang tertimpa musibah, disebut as-Syamatah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras tindakan ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
Janganlah kalian menampakkan syamatah di hadapan saudaramu. Bisa jadi Allah merahmati saudaramu, kemudian Allah membalik keadaan dengan memberikan ujian untukmu. (HR.Turmidzi 2694 dan dinilai al-Albani sebagai hadis Hasan Gharib).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
Artinya;
Janganlah kalian mencela orang yang telah mati, karena mereka telah medapat balasan dari amal mereka. (HR. Ahmad 26212, Bukhati 1393, dan yang lainnya)
Buruk pada pandangan kita belum tentu pada pandangan ALLAH SWT maka jangan merasa senang dengan meninggal seseorang apakah dia semasa masih hidup berkelakuan baik atau buruk hanya ALLAH SWT yang lebih mengatahui
Wallahu A'lam Bissawab
Komentar