Masa ke emasan Daulah Bani Abbasiah


MAKALAH

MASA KEEMASAN DAULAH ABBASYIAH PENGEMBENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN BENTUK PEMERINTAHAN DESENTRALISASI DAN INTEGRASI ILMU

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Dan Peradaban Islam

Di BuatOleh;
1. Abdillah;
NIM: 2018540573


Pembimbing;
Prof.Dr.Misri A.Muchsin.M.ag
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pascasarjana, Lhokseumawe
Perio x

KATA PENGANTAR

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan mengiringi selesainya penulisan Diktat
Sejarah Pendidikan Islam ini. Tujuan penulisan diktat ini adalah sebagai salah satu
pendukung proses Untuk MemenuhiTugas Mata Kuliah Sejarah Islam Dan Peradaban Islam mata kuliah. Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

Oleh karna itu kami mengundang /perhatian pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan . Terimakasih kami ucapakan, dan semoga makalah ini bias memberikan sumbangsih positif bagikita semua sedang belajar Pascasarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe

Abdillah                              
                                                                        xii
Daftar isi
A.  Latarbelakang Sejarah Berdirinya ……………………………….………….4
a. dengan tokoh-tokohnya ………………………………………….……………5
b.Menerapkanpolitikbersahabat………………………………….………………5
c. MenggunakannamaBaniHasyim (Ahlul Bait)……………………………....... 5
d.Menetapkan Khurasan sebagai pusat gerakan yang dipimpin oleh Abu……... 5

B. Pembahasan Masalah Masa Periodisasi Kekuasaan………………………..7
a.    Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, ……………………………..…..6
b.    Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara ………...........................9
c.    Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya…………………….10

C.Kemajuan-Kemajuan yang dicapai Daulah Bani Abbasiyah Kemajuan Dibidang Politik dan social budaya…………………………………..…….11
a. Pimpinan Negara ………………………………………………….…..…..12 
b. Wilayah Negara…………………………………………………………….12
c. Tanda kebesaran dan pegawai negeri…………………………………..…13
d.Tentara penjagaan keamanan dalam negreri……………………………. 13
e. Baitul Maal…………………………………………………………..……13
f. Pengadilan atau kehakiman………………………………………..……..14
g.  Seni Bangunan Kota……………………………………………..………17
h. Seni sastra ( bahasa) ………………………………………………………17
i. Perkembangan prosa……………………………………………….……….17
j. Seni Musik………………………………………………………….………17
k. Kemajuan Dibidang Ilmu pengetahuan………………………………….…19
l. Pendidikan Music……………………………………………………….….20
n. Kemajuan Dibidang Ilmu pengetahuan:…………………………..……..20
m. Kedokteran………………………………………………………….…….21
o. Farmasi dan Kimia…………………………………………………………21
                                                      xiii
p. Mate-matika………………………………………………………….…… 22
q.  Astronomi…………………………………………………………………22
r.   Ilmu bumi/ Geografi………………………………………………………22
s. Ilmu Sejarah/Filsafat……………………………………………………..…22

D.Kemajuan Dibidang Ilmu Agama……………………………………..…….23
a. Dibidang Tafsir………………………………………………………………23
b. Dibidang Hadis……………………………………………………….……..23
c. Dibidang Fiqih………………………………………………………………25
d. Dibidang Ilmu Kalam……………………………………………….……….25
e. Dibidang Tasawuf…………………………………………………..………26

E.Kemunduran dan Kehancuran Daulah Bani Abbasiyah…………….……..26
a).   Para khalifahnya……………………………………………………….….26
b).   Kecenderungan para khalifah hidup mewah……………………………26
c).   Para khalifah banyak yang kurang cakap dalam …………………..……26
d).   Timbulnya gerakan kebangsaan anti Arab / fanatisme kesukuan. ……..26
e).   Tidak ada kemampuan mengontrol/mengawasi wilayah yang sang……27
f).    Tingkat kepercayaan antar sesama pejabat/penguasa sangat rendah/ ….30
g).   Menurunnya incaome Negara dari pajak………………………………..30
h).   Besarnya biaya untuk militer dan pengelolaan pemerintahan……………..31
i).    Terjadinya perang salib 1095 yang dikobarkan oleh Paus Urbanus II…….31
j).    Disintegrasi………………………………………….…………………..…31
k).   Terjadinya pemberontakan……………………………………………...., 31

F.Penutup…………………………………………………………………………32
G. Daftar Kepustakaan……………………………………………………….33



                                                                       xiv


MAKALAH

SEJARAH TENTANG PERADABAN ISLAM MASA DAULAH  BANI  ABBASIYAH, PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DAN BENTUK PEMERINTAHAN DISENTRALISASI


A.  Latarbelakang
      Sejarah Berdirinya Daulah Bani Abbasiyah
      ( 132 - 656H / 750 - 1258 M)

Sejak awal abad ke -8 Masehi kebencian terhadap pemerintah dinasti Umayah tersebar luas, kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan bani Umayah bermunculan dimana-mana. kelompok-kelompok itu adalah :
1. Kelompok Mawali (Muslim non Arab) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab
2.  Kelompok Syi’ah, dan Khawarij
3.  Kelompok Muslim Makkah, Madinah, dan Iraq
4.  Kelompok Muslim yang shaleh baik Arab maupun non Arab.
5.  Daulah Bani Abbasiyah berdiri sejak Gerakan Abbasiyah dapat menumbangkan daulah Bani Umayah di Damaskus[1]
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang dikordinasi oleh keturunan Al-Abbas (paman Nabi SAW). kelompok ini dipelopori oleh Muhammad bin  Ali bin Abdullah bin Abbas. Gerakan bani Abbas menyusun strategi kekuatan di Humaymah. Ada tiga kota yang dijadikan sebagai pusat kegiatan, yaitu : Humaymah sebagai pusat organisasi, Kufah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebgai pusat Sentralisasi gerakan praktis. Langkah-langkah bani Abbas untuk mendirikan kedaulatannya adalah :
a. dengan tokoh-tokohnya: Muhammad Al-Abbas, Ibrahim Al-Imam, Abu Muslim Al-Khurasani, Abul Abbas As-Safah, dan Abu Ja’far Al-Manshur.
b.  Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Abbas tidak memperlihatkan sikap bermusuhan dengan bani Umayah.
c.  Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait).
d.  Menetapkan Khurasan sebagai pusat gerakan yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani[2]. Strategi tersebut berhasil menghimpun kekuatan besar. Dalam perjuangannya melemahkan Bani Umayah, Bani Abbasiyah menerapkan cara  kepemimpinan yang bersifat kolektif  namun tertutup dengan gerakan bawah tanah. Pada tahun 132 H/750 M Damaskus diserang oleh gerakan Abbasiyah, seluruh keturunan Umayah dihabisi kecuali satu orang yang bernama Abdurrahman bin Muawiyah, ia berhasil melarikan diri ke Mesir kemudian ke Afrika Utara, terus menyeberang ke Andalusia Spanyol. Dengan demikan berakhirrlah masa dinasti Daulah Umayah di Damascus, dan digantikan oleh Daulah Abbasiyah.
e.  Periode periode pemerintahan ke Khalifahan Bani Abbasiyyah
1.   750-             Abu al-Abbas al-Saffah menjadi Khalifah pertama Bani Abbasiyah.
2.   752-                         Bermulanya Kekhalifahan Bani Abbasiyah.
3.   755-                         Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
4.   756-                         Abd ar-Rahman I mendirikan kerajaan Bani Umayyah di Spanyol.
5.   763-                         Pembangunan kota Bagdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
6.   786-                         Harun ar-Rasyid menjadi Khalifah.
7.   792-                         Serangan ke utara Perancis.
8.   800-                         Kaidah keilmuan mulai terbentuk. Aljabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.
9.   80-               Kampanye melawan Byzantium. Merebut Pulau Rhodes dan Siprus.
10. 809-                         wafatnya Harun ar-Rasyid. al-Amin dilantik menjadi khalifah.
11. 814-                         Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. al-Amin t     erbunuh dan al-Ma'mun menjadi khalifah.
12. 1000-           Masjid Besar Cordoba dibangun.
13. 1005-           Multan dan Ghur ditawan.
14. 1055-           Baghdad dikuasai oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyah-Seljuk dimulai sampai sekitar tahun 1258 ketika tentara Mongol menghancurkan Baghdad.
15. 1071-           Peristiwa Manzikert. Sultan Alp Arselan berhasil mengalahkan gabungan tentara salib yang dipimpin oleh Kaisar Romanos IV Diogenes.
16. 1072-           Sultan Alp Arselan berhasil menguasai Asia Tengah (Anatolia). dan meneruskan kepungannya terhadap kerajaan Byzantium.
17. 1085-           Tentara Kristen menawan Toledo, Spanyol.
18. 1091-           Bangsa Norman merebut Sisilia, pemerintahan Muslim di sana berakhir.
19. 1095-           Perang Salib pertama dimulai.
20. 1099-           Tentara Salib merebut Baitulmuqaddis. Mereka membunuh semua penduduknya.
21. 1144-           Nur al-Din merebut Edessa dari tentara Salib. Perang Salib Kedua dimulai.
22. 1187 -          Salahuddin Al-Ayubbi merebut Baitulmuqaddis dari tentara Salib. Perang Salib Ketiga dimulai.
23. 1194-           Tentara Muslim merebut Delhi, India.
25. 1236-           Tentara Salib merebut Cordoba, Spanyol.
26. 1258-           Tentara Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh. Kejatuhan Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah di Baghdad.

B. Pembahasan Masalah Masa Periodisasi Kekuasaan Daulah Bani Abbasi-
yah Perkembangan politik dan militer Bani Abbasiyah
Pada  zaman   Abbasiyah   konsep   kekhalifahan   berkembang   sebagai   sistem   politik.  Menurut   pandangan   para   pemimpin   Bani   Abbasiyah,   kedaulatan   yang   ada   pada  pemerintahan   (Khalifah)   adalah   berasal   dari   Allah,   bukan   dari   rakyat   sebagaimana  diaplikasikan  oleh Abu  Bakar  dan  Umar  pada zaman  khalifahurrasyidin.  Hal  ini  dapat  dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan diatas buminya “. Pada zaman  Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda- beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang  dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :
d.             Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur  dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali.
e.              Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
f.              Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia.
g.             Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
h.             Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah (Hasjmy, 1993:213-214).
Selanjutnya periode II, III, IV, kekuasaan  Politik  Abbasiyah   sudah mengalami  penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian  (kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat, kecuali pengakuan  politik   saja. Panglima   di   daerah   sudah   berkuasa   di  daerahnya, dan  mereka   telah  mendirikan  atau  membentuk   pemerintahan  sendiri  misalnya  saja  munculnya  Daulah- Daulah kecil, contoh; daulah Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol,  Daulah Fatimiyah Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 (dua) tindakan yang dilakukan oleh  para  Khalifah  Daulah  Bani Abbasiyah untuk  mengamankan  dan  mempertahankan  dari  kemungkinan adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama, tindakan  keras terhadap Bani Umayah dan kedua, pengutamaan orang-orang keturunan Persia dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu oleh seorang  wazir  (perdana  mentri) atau   yang  jabatanya   disebut   dengan  wizaraat. Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi dua yaitu:   
1)      Wizaraat   Tanfiz   (sistem  pemerintahan presidentil) yaitu wazir hanya sebagai pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.
2)      Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabinet). Wazirnya berkuasa penuh untuk  memimpin pemerintahan. Sedangkan, Khalifah sebagai lambang saja. Pada kasus lainnya  fungsi  Khalifah  sebagai  pengukuh  Dinasti-Dinasti  lokal  sebagai  gubernurnya  Khalifah  (Lapidus,1999:180).  
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan  sebuah  dewan yang  bernama diwanul  kitaabah  (sekretariat  negara) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen).Tata usaha negara  bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy. Lalu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul umara, baitul maal, organisasi  kehakiman.  Selama  Dinasti ini   berkuasa, pola  pemerintahan  yang  diterapkan  berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,sosial, ekonomi dan budaya      Berdasarkan perubahan tersebut, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi 3 periode, yaitu :
1.    Periode Pertama (750-847 M) Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di bawah kekuasaan para Khalifah  kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin pada ini sebagai berikut:
     a.       Abul Abbas as-saah (750-754 M)
     b.      Abu Ja’far  al mansyur (754 – 775  M)
     c.       Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
     d.      Abu Musa Al-Hadi (785—786 M)
     e.       Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
     f.       Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
     g.      Abu Ja’far Abdullah Al Ma’mun (813-833 M)
     h.      Abu Ishak M. Al Muta’shim (833-842 M)
     i.       Abu Ja’far Harun Al Watsiq (842-847 M)
     j.       Abul Fadhl Ja’far Al Mutawakkil (847-861)

2.Periode kedua (232 H/847 M - 59 H/1194 M) Pada periode ini, kekuasaan   bergeser   dari   sistem   sentralistik   pada   sistem  desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom:
     a.       Kaum Turki (232-590 H)
     b.      Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
     c.       Golongan Bani Saljuq (447-590 H)
     Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada  masa Khalifah Abbassiyah.

3. Periode ketiga (590 H/1194 M-656 H/1258 M) Pada periode ini,   kekuasaan  berada   kembali   ditangan   Khalifah,  tetapi  hanya  di  Baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya Sedangkan para ahli kebudayaan Islam membagi masa kebudayaan Islam di zaman daulah Abbasiyah kepada 4 masa, yaitu :
1.             Masa Abbasy  I, yaitu  semenjak lahirnya  Daulah  Bani Abbasiyah  tahun  750  M,  sampai meninggalnya Khalifah al-Wasiq (847 M).
2.             Masa Abbasy II, yaitu mulai Khalifah al-Mutawakkal  (847 M), sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
3.             Masa Abbasy III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun  (946 M) sampai  masuk kaum Seljuk ke Baghdad (1055 M).
4.             Masa Abbasy IV, yaitu masuknya orang-orang Seljuk ke Baghdad (1055 M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Tartar di bawah pimpinan Hulako (1268 M).

4. Periode keempat (1055-1199 M)
    Periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Seljuk atas Daulah Abbasiyah. Kehadiran  Bani  Seljuk   ini   adalah   atas  undangan   Khalifah  untuk   melumpuhkan  kekuatan  Bani  Buwaih   di   Baghdad.   Keadaan   Khalifah   memang   membaik,   paling   tidak   karena  kewibawaannya dalam bidang agama kembali setelah beberapa lama dikuasai oleh orang- orang Syi’ah. 
     Sebagaimana  pada  periode  sebelumnya,  ilmu  pengetahuan juga   berkembang  pada  periode  ini.  Nizam  al-Mulk,  perdana  menteri  pada  masa  Alp  Arselan  dan  Malikhsyah,  mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang- cabang  Madrasah  Nizamiyah   didirikan   hampir   di  setiap   kota   di  Irak   dan   Khurasan.  Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian hari. Dari madrasah ini  telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Di antara para cendekiawan  Islam yang  dilahirkan  dan berkembang pada periode ini  adalah  al-Zamakhsari, penulis  dalam bidang Tafsir dan Ushul al-Din (teologi), Al-Qusyairi dalam bidang  tafsir, al-Ghazali  dalam idang  ilmu  kalam  dan  tasawwuf,  dan   Umar   Khayyam   dalam   bidang   ilmu  perbintangan.      Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka  membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang Gubernur untuk  mengepalai  masing-masing   propinsi  tersebut.  Pada   masa   pusat   kekuasaan   melemah,  masing-masing propinsi tersebut memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang  terjadi di antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikit demi sedikit kekuasaan  politik Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka tersebut  berakhir di Irak di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.

5.  Periode kelima (1199-1258 M)
     Berakhirnya  kekuasaan  Dinasti  Seljuk  atas Baghdad atau khilafah   Abbasiyah  merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khilafah Abbasiyah tidak lagi berada  di bawah kekuasaan Dinasti tertentu, walaupun  banyak sekali Dinasti Islam berdiri. Ada  di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah Dinasti kecil. Para Khalifah  Abbasiyah sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.  Wilayah kekuasaan  Khalifah yang  sempit ini  menunjukkan  kelemahan  politiknya.  Pada  masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan  dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan  tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan. Sebagaimana  terlihat  dalam   periodisasi   khilafah Abbasiyah,  masa   kemunduran  dimulai  sejak  periode kedua.  Namun  demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini  tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya  sudah terlihat pada periode pertama, hanya  karena Khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang.  Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri  cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan  berkuasa mengatur roda pemerintahan

C.Kemajuan-Kemajuan yang dicapai Daulah Bani Abbasiyah Kemajuan Dibidang Politik dan social budaya
a. Pimpinan Negara: Negara dipimimpin oleh  kepala  Negara yang bergelar  Khalifah dan jabatannya bernama Khilafah. Unuk membantu Khalifah dalam menjalankan pemerintahan Negara , diangakat suatu jabatan yang disebut Wazirat  dan pemangkunya bernama Wazir (Perdana Menteri). Pada masa daulah Bani Abbasiyah ada dua macam wazir, yaitu :
1)    Wizaratut Tanfiz, Bertugas hanya sebagai pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah , yang pada zaman sekarang dinamakan menteri pada cabinet presidensil,
2)    Wizarotut Tafwidh, Wazir ini memiliki kekuasaan penuh untuk memimpin pemerintahan , sedangkan khalifah hanya sebagai simbul saja. Pada masa sekarang disebut dengan Kabinet Parlementer dimana perdana menteri memiliki kekuasaan memimpin pemerintahan.[3]
3)    Untuk membantu khalifah dalam menjalankan roda pemerintahan dibentuklah suatu dewan yang bernama “Diwanul Kitabah” (Sekretariat Negara ) yang dipimpin oleh seorang raisul kuttab (Sekretarus Negara) dan dibantu oleh beberapa sekretaris, yitu :
a)         Katibur Rasail  ( sekretadis urusan Persuratan )
b)         Katibul Kharaj  ( sekretadis urusan Keuangan )
c)         Katibul Jundi  ( sekretadis urusan Tentara )
d)         Katibul Dyurtah  ( sekretadis urusan Kepolisian )
e)         Katibul Qadla  ( sekretadis urusan Kehakiman )
4). Dalam menjalankan pemerintahan , wazir dibantu oleh beberapa Raisul Diwan  (menteri Departemen – Departemen, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Diantaranya  yaitu :
a)   Diwan Al Kharaj  ( Departemen keuangan )
b)    Diwan Ad Diyah ( Departemen Kehakiman )
c)   Diwan Az Zimasu ( Departemen Pengawasan urusan Negara )
d)   Diwan Jundi  ( Departemen Ketentaraan )
e)   Diwan Al Mawali  wal Ghilman   ( Departemen perburuhan  )
f)     Diwan Al Barid   ( Departemen Pehubungan )
g)   Diwan Ziman - Nafaqat (Departemen Pengawasan Keuangan )
h)   Diwan  Ar Rasail  ( Departemen Urusan arsip )
 i)   Diwan An Nadhar fil Madhalim  ( Departemen Pembelaan Rakyat
       Tertindas )
j)    Diwan  Al Akarah   ( Departemen Pekerjaan Umum )
k)   Diwan Al ‘Atha’ wal Hawrij   ( Departemen Sosial )
l)    Diwan Al Akhhsyam   ( Departemen  Urusan Keluarga )
m)      Diwan Al Akhdas was Syurthah   ( Departemen Keamanan
dan Kepolisian)
 b. Wilayah Negara: Sistem pemerintahan bersifat sentralistik bukan desentralisasi:
     Wilayah negara dibagi menjadi beberapa propinsi yang dinamakan imarat, yang dipimpin oleh gubernur yang diberi gelar Amir atau Hakim. Imarat pada waktu itu ada tiga macam yaitu :
1)    Imarat Al-Istikfa , yaitu propinsi yang gubenurnya diberi kekuasaan yang besar dalam segala bidang urusan Negara, termasuk urusan ketentaraan, kepolisian, keuangan , dan kehakiman.
2)    Imarat Khassah, yitu propinsi yang gubernurnya hanya diberi hak dan wewenang yang terbatas.
3)    Imarat Al-Istlau , yaitu propinsi defacto yang didirikan oleh seorang panglima dengan kekuasaan, yang kemudian terpaksa diakuinya dan panglima yang bersangkutan menjadi gubernurnya.
Pada wilayah propinsi yang diberi hak otonom terbatas , yang mendapat hak otonom penuh adalah desa yang disebut Al-Qura dengan kepala desa yang bergelar Syekh  Al quryah.
c. Tanda kebesaran: Tanda kebesaran ada tiga macam yaitu :
1)   Al Burdah, yaitu pakaian kebesaran , yang berasal dari Rasul
2)   Al Khatim, yaitu cincin stepel.
3)   Al-Qadhib, yaitu pedang kebesaran
1)   Al Khuthab,yaitu pembacaan do’a bagi khalifah pada khutbah jum’at.
2)   As Sikkah , yaitu pencantuman nama khalifah pada mata uang
3)   Ath Thiraz , yaitu lambang khalifah yang harus dipakai oleh tentara , polisi , dan pegawai negeri
d. Tentara penjagaan keamanan dalam negreri maupun luar negerei:
     Angkatan perang dibawah Diwanul jundi, yamg terdiri dari angkatan darat dan angkatan laut. Kedua angkatan tersebut terdiri dari :
1)   Al Jundul Mustarziqah , yaitu tentara tetap yang digaji dan tinggal di asrama.
2)   Al Jundul Muthauwi’ah, yaitu para relawan atau tentara suka rela.
3)    Kesatuan tentara dibagi menjadi :
- Arif  ( Komandan regu ) membawahi / memimpin  10 orang prajurit.
- Naqib ( Komandan Kompi ) membawahi 10 Arif (100 Prajurit )
- Qaid ( Komandan Batalion ) membawahi 10 Naqib ( 1000 Prajurit )
- Amir  (Panglima divisi ) membawahi 10 Qoid (10.000  Prajurit )
Untuk tiap-tiap kesatuan ditetapkan semacam janji , yang bernama Liwa bagi regu, kompi, dan battalion, sedangkan bagi diivisi diberi nama Rayah.
e. Baitul Maal; Untuk mengurus Keuangan Negara
a).   Yang mengurus keuanagan termasuk politik keuangan , maka dibentuklah suatu badan yang diberinama baitul maal  (Kementrian Keuangan) Pada baitul maal terdiri dari tiga badan yaitu :
1)   Diwanul Khazanah, bertugas mengurus perbendaharaan Negara
2)   Diwanul Azra’u’ , bertugas mengurus kekayaan Negara yang berupa hasil bumi.
3)   Diwnul Khazainus Silah , bertugas mengurus perlengkapan angkatan perang
b). Sumber uang yang masuk baitul maal , yitu dari :
a)   Al Kharaj, ( Pajak Bumi ):
b)   Al Jizyah ( Pajak badan )
c)   Az Zakah ( Segala macam Zakat )
d)   Al Fi’(Pembayaran pihak musuh karena kalah perang atau rampasan perang )
e)   Al Ghanimah ( Rampasan Perang )
f)   Al Asyur ( Pajak Perniagaan dan Bea cukai )
c). Sistem memungut pajak hasil bimi ada tiga macam cara, yaitu :
1)    AL Muhasabah, yaitu dengan cara memperkirakan perhitungan luas areal tanah dan jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang.
2)    Al Muqasamah , yaitu penetapan jumlah tertentu (prosentase ) dari hasil yang diperoleh
3)    Al Muqatha’ah , yaitu penetapan pajak hasil bumi atas para jutawan , berdasarkan persetujuan antar pemerintah dengan jutawan yang bersangkutan.
f. Pengadilan atau kehakiman
     a).Jika pada masa Khalifah Umar bin Khatthab kehakiman bebas dari pengaruh kekuasaan politik, namun pada masa Abbasiyah kekuasaan politik mencampuri urusan kehakiman . Para hakim tidak lagi dengan bebas berijtihad , tetapi mereka berpedoman saja pada kitab-kitab madzhab empat Dengan demikian, syarat hakim harus mujtahid sudah ditiadakan Organisasi kehakiman pada masa daulah bani Abbas adalah sebagai berikut :
1)        Diwan qadhil-qudhah , tugas dan fungsinya mirip dengan kementerian kehakiman dipimpin oleh Qadhi-Qudhah(ketua mahkamah agung )
2)        .Semua badan-badan pengadilan atau badan-badan lain yang ada hubungannya dengan kehakiman berada dibawah Diwan Qadhi-Qudhah.
3)    Qudhah Al-Aqli , adalah hakim propinsi yang mengetuai pengadilan  tinggi.
4)    Qudhah Al-Amsar , adalah hakim kota yang mengetuai pengadilan negeri Al-Qudhau atau Al-Hisbah.
5)    Al-Surthah Qadhaiyah , yaitu jabatan kejaksaan . Di ibukota Negara dipimpin oleh Al-Mudda’il Umumi ( Jaksa Agung), dan ditiap-tiap kota dipegang oleh Naib Umumi ( Jaksa).
b). Adapun badan pengadilan ada tiga macam , yitu ;
1). Al-Qadhau dengan hakimnya yang bergelar Al-qadhi. Tugasnya mengurus perkara – perkara yang berhubungan dengan agama pada umumnya.
2). Al-Hisbah, dengan hakimnya yang begelar Al-muhtasib. Tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah-masalah umum  dan tindak pidana yang memerlukan pengurusan segera.
3). An-Nadhar fil –Madhalim dengan hakim yang bergelar Shahib atau qadhil-Madhalim . Tugasnya menyelesaikan perkara-perkara banding dari kedua pengadilan pertama ( Al-Qudhau dan Al-Hisbah).

c). Mahkamah Al-Madhalim juga mengurusi masalah-masalah :
1). Pengaduan rakyat atas para gubernur yang memperdaya keadilan , para petugas pajak, dan pegawai tinggi yang menyeleweng.
2).   Pengaduan para pegawai yang dikurangi gajinya atau terlambat pembayarannya.
3)    Menjalankan keputusan-keputusan hakim yang tidak berdaya, kemudian qodhi atau muhtashib yang menjalankannya.
4).   Mengawasi terlaksananya ibadah  Mahkamah Madhalim diketuai oleh Khalifah , kalu diibukota Negara oleh Gubernur, dan kalu di ibukota wilayah oleh Qadhi-Qudhah atau hakim-hakim lain yang mewakili Khalifah atau Gubernur. Para hakim waktu mengadili perkara memakai jubah dan surban hitam sebagai lambang dari Daulah Abbasiyah. Jubah dan surban hitam pada waktu itu khusus untuk para hakim.
d).   Kemajuan Dibidang Seni Budaya dan Arsitektur.
      Ada beberapa factor yang mempengaruhi pekembangan kebudayaan Islam pada masa Bani Abbasiyah; yaitu :
1)  Terjadinya akulturasi, assimilasi antara budaya bangsa Arab dengan budaya bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju atau yang telah mengalami perkembangan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan , seni dan budaya. Pada masa daulah bani Abbasiyah banyak bangsa-bangsa non Arab yang memeluk Islam.  Bangsa-bangsa yang telah maju peradabannya antara lain bangsa Yunani, Romawi, Persi, China , dan Mesir.
2)    Para khalifah/ penguasa mencintai ilmu pengetahuan dan peradaban, mereka sangat dekat dengan para Ulama, dan Ilmuwan, mereka suka bergumul untuk membicarakan ilmu dan kebudayaan.
3)    Para khalifah memerintahkan untuk dilakukannya gerakan penterjemahan, karya-karya yang berbahasa Latin/Yunani, Romawi, Persi, Shind (India), dan China kedalam bahasa Arab.  Diantara yang berjasa dalam menterjemahkan karya-karya yang berasal dari bangsa Yunani adalah kaum Nasrani Nestorian, baik dari Syuriah maupun Syiria.
e). Gerakan penterjemahan berlangsung selama tiga Fase :[4]
a) .  Fase pertama, pada masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Al-Rasyid Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dibidang astronomi dan manthiq (logika).
b).               Fase kedua, mulai dari khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Karya – karya yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang filsafat dan kedokteran.
c).   Fase ketiga, yaitu setelah tahun 300 H. karya-karya yang diterjemahkan adalah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Gerakan penterjemahan ini semakin meluas setelah ditemukannya kertas.
f). Kemajuan dibidang Seni Bangunan dan Arsitektur
    Diantara bangunan yang memiliki seni arsitektur yang tinggi adalah bangunan masjid , seperti Masjid Sammara di Bagdad , masjid ini dibangun dengan sebuah lengkungan berbentuk piring (sahn) dikelilingi dengan seerambi-serambi , setiap sudut didirikan Mercu yang berbentuk bulat , tiang-tiang yang dipasang berbentuk lengkung. Masjid lain yangmemiliki seni yang tinggi adalah masjid Ibnu Tholun di Mesir yang dibangun oleh Ibnu Tholun tahun 876 M.

g). Seni Bangunan Kota
    Kota yang paling indah adalah kota Bagdad yang dibangun oleh Abu Ja’far Al-Mansur tahun (136-158 H/754-775 M). Terletak diantara tepi sungai Efrat dan Tigris, arsitekturnya adalah Hajaj bin Arthah dan Amran bin Wadh-dhah , dikerjakan oleh 100.000 pekerja. Kota ini  berbentuk bundar  dengan tata ruang di pusat kota di bangun istana khalifah yang bernama Qashr Al-Dzahab (Istana Keemasan) , masjid Jami’, asrama, rumah para pengawal dan polisi. Diantara pemukiman dibangun rumah untuk putra khalifah dan kerabatnya, para pegawai para pengasuh, dan juga dibangun istana para mentri dan pembesar Negara. Diluar  kota dibangun istana yang diberinama Qashrul-Khudi (istana abadi)
h).Seni sastra ( bahasa)
Daulah bani Abbasiyah menyerap berbagai unsur seni-budaya yang ada diwilayah kekuasaannya dan wilayah-wilayah lain, sehingga terjadi dinamika seni budaya yang dinamis, seni sastra Perkembangan puisi Pada masa pemerintahan daulah Bani Abbasiyah muncul penyair-penyair terkenal seperti :
a)   Hasan bin Hani / Abu Nuwhas (145-198 H.), ia adalah seorang penyair istana.
b).   Ismail bin Qasim bin Suwait / Abu Athahiyah (130-211 H.)
c).   Habib bin Auwas Ath-tha’I / Abu Tamam.
d).   Da’bal bin Ali Razim / Da’bal Al-Khuza’i.
e).   Abu Ubadah Walid Al-Buhthury Al-Quhthami At-Tha’I / Al-  Buhthury.
f).   Abu Hasa Ali bin Abas / Ibnu Rummy (201-283 H H.).
g)    Abu Thayib Ahmad bin Husin Al-Kufy/Al-Mutanabby (303-354 h),    ia adalah penyair istana yang haus akan hadiyah.
i)     Abu A’la Al-Mu’ary (363-449 H), ia adalah penyair kesayangan para ulama dan pejabat
i).Perkembangan prosa
 Para tokoh pengarang masa Daulah Abbasiyah, yaitu[5] :
a)    Abdullah bin Muqoffa, diantara karyanya berjudul Kalilah wa Dimnah , Kitabul Adabis-shoghir, Risalah fil Akhlaq.
b)   Abdi Hamid Al-Katib.
c)    Abu Usman Umar bin Bahar bin Mahbub Al-Kanany Al-Laisy / Al-jahidh, diantara karyanya adalah Kitabul Bayan wa Tibyan, Kitabul Hayawan, Kitabul Mahasin wal Adidat , Kitabul Bukhala, Kitabut-Taj.
d)    Ibnu Qutaibah (Muhammad bin Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Al-Danawary, diantara karyanya adalah : Uyunul Akhbar, kitabul Ma’arif Al-amamah was-Siyasah, Adabul Katib.
e)    Ibnu Abdi Rabbih/ Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Abdur-Rabih Al-Qurthuby, ia adalah seorang penyair dan sekaligus seorang ulama, diantara karyanya berjudul Aqaidul-Farid.

j). Seni Musik
1)   Para penyusun kitab music
a)   Yunus bin Sulaiman
b)   Khalil bin Ahmad
c)   Is-hak bin Ibrahim Al-Mausuly/ Imamul Mughonniyin (Raja Musik).   Karyanya yang terkenal adalah : Kitabul Ilham wal-Ghanam.
d)    Hunai bin Is-hak , ia yang menterjemahkan karya Plato dan Aristoteles yang berjudul Problemata dan De Anima , dan karangan Gelen yang berjudul Deveo.
e)    Al Farabi.
Sekolah-sekolah music berdiri diberbagai tempat / wilayah , karena kemampuan bermain music menjadi salah satu syarat untuk menjadi pegawai pemerintah.
Diantara sekolah music yang terkenal adalah sekolah yang didirakan oleh Sa’aduddin Mukmin, dan karyanya yang berjudul Syarafiya. Pada masaDaulahBani Abbasiyah berdiri lembaga-lembaga pendidikan, pusat-pusat riset dan kajian. Diantaranya[6] :
a.     Dilingkungan Masjid berdiri Zawiyah dan Hanqah (tempat bermunajadnya para syufi amali).
b.    Di Tempat-tempat umum berdiri Maktab dan Kutab , yaitu tempat belajar bagi para pelajar tingkat dasar dan menengah.
c.     Majlis Munadharah, yaitu tempat pertemuan para pujangga , ahli fikir, ulama, dan sarjana, untuk mendiskusikan masalah-masalah ilmiyah.
d.    Baitul Hikmah, yaitu perpustakaan pusat yang dibangun oleh Harun Ar-Rasyid
e.     Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah yang dibangun oleh Perdana Menteri Nizamul Muluk.
k). Kemajuan Dibidang Ilmu pengetahuan:
     a. Ilmu Filsafat
1).     Al-Kindy (194-260 H/809-873 M), nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’kup bin Is-hak bin Sabah bin Imran Al-Ash’ats bin Qoys Al-Kindy. Ia adalah filosuf muslim pertama yang menyatakan bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan dan tidak perlu dipertentangkan, karena kedua-duanya hendak mencapai kebenaran.
2).     Abu Nashr Al-Farabi (258-339 H/870-950 M.) , ia lahir di Wasi Transoxania . Ia adalah tokoh filsafat Emanasi , diantara karyanya adalah Fushusul Hikam, Ar-Ro’u Ahlul-Madinah Al-Fadlilah.
3).     Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M), nama lengkapnya adalah Abu Ali Husian bin Abdillah bin Sina , ia lahir di Afsyana Bukhara . Ia mengembangkan filsafat Jiwa, Filsafat Wahyu, Filsafat Nabi, dan Filsafat Wujud. Ia juga ahli dibidang kedokteran dengan karyanya Al-Qonun fil-Thib (Ensiklopedi Kedokteran).
4).     Imam Ghozali / Hujatul Islam (1059-1111 M), nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly , lahir di Ghazaleh Thus Khurasan . Karyanya dalam bidang ilmu kalam adalah Al-Munqidz minal-Dlolal (penyelamat dari kesesatan ), . Ia meragukan pemikiran para filosuf dengan menulis karya yang berjudul “Tahafut Al-Falasifah”(kerancuan pemikiran para filosuf. Dalam bidang tasawuw ia menulis “Ihya Ulumud-Diin”. Nama –nama tersebut diatas adalah para filosuf yang berada didunia Islam belahan timur. Sedangkan para filosuf Muslim yang berada didunia Islam belahan barat adalah sebagai berikut :
5).     Ibnu Bajjah (w.533 H/ 1138 M), nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya Al-sho iqh ( Avampace) , lahir di Saragosa Spanyol masa kedaulatan Murabitun Daulah Murabbitun dan wafat pada masa Daulah Muwahiddun. Diantara karyanya adalah : Risalatul Wada Akhlak, Kitab An-Nabat, Risalah Al-Ittishal Al-aql bil-lisan , Tadbir Al-Mutawahid, Kitabun-Nafs, Risalah Al-Ghoyah Al-Insaniyah.
6).     Ibnu Thufail ( w. 581 H/ 1186 M), nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Thufail. Ia murd dari Ibnu Bajjah , hidup semasa daulah Muwahiddun di Andalusia Spanyol. Karyanya yang terkenal adalah “Hay Ibnu Yaqzan” (Sihidup bin Si Bangkit).
7).     Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1196 M), nama lengkapnya adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rosyid. Lahir di Cordoba Spanyol pada masa daulah Muwahiddun, ia adalah sebagai filosuf, ulama dan ilmuwan. Diantara karyanya adalah : dibidang fiqih dengan judul “Bidayatul Mujtahid”, dibidang kedokteran berjudul “Al-Kuliyatu fi At-Thib” dibidang filsafat “Fashol Al-maqoil fi ma baina Al-Hikmah wal syari’ah minal it-yishol”, dan “Tahafut Al-tahafut (sanggahan atas sanggahan ).
8).     Ibnul Arabi, nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Abdullah bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi At-Ta’i. Ia adalah seorang sufi pemikir dan ulama kontraversial karena ajarannya tentang wihdatul wujud. Diantara karya-karyanya yaitu : “Al-Isra’” Mawaqi’ al-Nujum , Tajul Rosa-il, Ruh al-quds, Tarjumanul Aswaq, Risalah al-Anwar. Dua karyanya yang sangat masyhur adalah “Fushusul Hikam dan Futuhatul Makiyah”.
9).     Ibnu Mulkun, nama lengkapnya adalah Abu Ishak Ibrahim bin Abdul Malik, dengan karyanya “ Al-Fiyah” yang dikenal dengan “Al-Fiyah Ibnu Malik”, sebuah kitab tatabahasa Arab yang dikemas dalam bentuk sastra.
l). Kedokteran
Pada zaman daulah Bani Abbasiyah ,didirikan sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang dilengkapi dengan rumah sakit-rumah sakit . Rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh Abbasiyah meniru rumah sakit-rumah sakit yang ada di Persia.
m).Diantara sekolah tinggi kedoteran adalah sekolah tinggi kedokteran di Jundisapur (Iran/ Persia), di Herran, (syiria) , dan di Bagdad (Irak). Diantara dokter-dokter yang terkenal adalah :
1)    Ibnu Sina, dengan karyanya “Al-Qonunu fi Al-Thib”.
2)   Al-Rozi, ia adalah seorang dokter istana , dan seorang dokter ahli bedah ,ahli penyakit cacar dan campak, serta dianggap sebagai penemu benal pentane untuk dipergunakan dalam ilmu bedah. Karyanya yang terpenting adalah “Al-Hawi”.
3)   Hunain bin Ishaq, sebagai ahli penyakit mata dan penerjemah karya-karya berbahasa asing ke dalam bahasa Arab
4)   Thabib bin qura’
5)   Abu Zakariya Yohana bi Maskawaih, ahli farmasi di Rumah Sakit Yundishapur.
6)   Sabur bin Sahal, direktur rumah sakit di Yundishapur
7)   Abu Marwan Abdul Malik  Ibnu Abil’-A’la Ibnu Zuhr, sebagai dokter ahli penyakit dalam, karyanya yang terkenal adalah At-Taisir dan Al-Iqtida.
8)   Jabir bin Hayyan
o).   Farmasi dan Kimia
Daulah Abbasiyah mendirikan sekolah-sekolah farmasi, dan untuk pertamakalinya didrikan apotik didunia.Tokoh ahli kimia farmasi antara lain adalah : Abu Bakar A-Razi dan Abu Musa Ya’far Al-Kufi, Jabir bin Hayyan. Sedangkan yang ahli obat-obatan dan ahli gizi diantaranya adalah Ibnu Baithar dengan karyanya  Al-Mughni , Jami’ Mufratill-Adwiyyah wal-Agziyah, dan Mizani Thabib
p).Mate-matika.
Pada masa daulah Bani Abbas , banyak karya-karya dari bangsa Yunani, bangsa Romawi, dan India diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan kemudian dikembangkan . Karya bangsa Yunani yang diterjemahkan diantaranya adalah :
     Elements” karya “Ecloidus”. Sedangkan dari India adalah “Zij-Al-Shinhind” yang diterjemahkan oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Fazari dan kemudian dikembangkan oleh Ibnu Musa Al-Khawarizmi. Ia adalah penemu angka nol (0), 1,2 dan seterusnya (Arabic numeric ). Karya Al-Khuwarizmi yang terkenal adalah “Al-Gebra” (Al-Jabar). Tokoh lain yaitu : Sabit bi Qurrah Al-Hirany dengan karyanya yang berjudul Hisabul Ahliyah, Abdul Wafa’ Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas  dengan karyanya  Maa Yahtaju Ilaihi Ummat wal-Kuttab min Sin-Natil-Hisab, Sinan Ali Muhammad bin Hasan, Umar Khayan dengan karyanya yang telah diterjemahkan oleh F.Woepcke dengan judul Treatise Al-Gebra.
q)  Astronomi
    Para tkoh dibidang Astronomi antara lain adalah :
1)   Al-Fazari, ia adalah astronom muslim pertama dan penemu Astrolabel.
2)   Muhammad bin Musa Al-Khuwarizmi, pembuat Zij As-sindi.
3)   Al-Nadim.
4)   Abu Ma’sur Al-Falaki , dengan karyanya yang terkenal Isbatul’Ulum dan Hai’atul-Falaq.
5)   Al-Farghani, ia adalah pembangun Observatorium.
6)   Jabir Al-Batani, dengan karyanya yang berjudul : Alkawakib , dan Kitabu Ma’rifati Matlil-Buruj baina Arba’il Falaq.
7)   Raihan Al-Biruni dengan karyanya yang terkenal adalah At-Tafhim li awa ‘Ili Sana’atit-Tanjim Al-tazkirah.
8)   Abdurrahman As-Sufi dengan karyanya Mutarif Al-Syu ‘arat.
r).Ilmu bumi/ Geografi
   Tokoh-tokoh bidang geografi yaitu :
1)   Hisyam Al-Kalbi, ia adalah ahli geografi yang pertama didunia Islam.
2)   Muhammad bin Musa Al-Khuwarizmi, ia adalah orang pertama kali membuat peta dunia (globe), ia juga mengoreksi karya Ptolomeus, yang kemudian diberijudul “Kitab surah Al-Ardl”.
3)   Ibnu Khardazbah dengan karyanya  Kitabul Masalik wal Mamalik.
4)   Ibnul-Haik dengan karyanya Kitabus-Sifati Jazirail-Arab dan Kitabul Iklim.
5)   Ibnu Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu Fadlan.
6)   Al-Muquddasi Abu Abdillah
7)   Al-Astakhri
8)   Al-Biruni.

s). Ilmu Sejarah/Filsafat
     Para penulis sejarah di zaman daulah Abbasiyah antara lain:
1)   Muhammad ibnu Ishaq dengan karyanya  Sirrah An-Nubuwah
2)   Ibnu Hisyam dengan karyanya Sirrah An-Nubuwah li Ibnu Hisyam.
3)   Muhammad bin Saad dengan karyanya At-Thobaqot  Al-Kubra
4)   Al-waqidi, dengan karyanya  Kitabul-Magazy, Fath Afrika, Fathul-‘Ajam, Fath Mesir wal-Iskandariyah.
5)   Ibnu Sa’ad  dengan karyanya At-Tabaqatul-Kubra.
6)   Abu Ismail Al-azdi dengan karyanya Futuhus-Syam.
7)   Al-ubaidah.

D.Kemajuan Dibidang Ilmu Agama
a. Dibidang Tafsir :  Tafsirbil Ma’tsur, yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan sesama ayat Al Qur’an atau Hadis, fatwa-fatwa sahabat, serta pendapat-pendapat Ahlul- Kitab. Diantara tokoh-tokohnya adalah :
1).   Ibnu Jarir At-Thabary , dengan karyanya :”Jami’ul bayan fi Tafsir Al-Qur’an”.
2)   Al-Su’adi , ia menyandarkan penafsirannya pada tafsir Ibnu Abbas dan Tafsir Ibnu Mas’ud.
3).   Al-muqatil Ibnu Sulaiman , ia menyandarkan penafsirannya kepada penafsiran para sahabat dan juga mengutip riwayat dari Taurat (Al-kitab).
4)    Ibnu Athiyah Al-Andalusi , ia adalah Mufassir dari Andalusia Spanyol.
b.    Tafsir bir-Ra’yi: Tafsi Bir-Ra’yi/ bil Aqli atau tafsir Dirayah , yaitu tafsir Al-Qur’an dengan menggunakan akal dan analisa bahasa lebih banyak dari pada hadis atau fatwa sahabat. Pada masa Abbasiyah muncul golongan Mu’tazilah, diantara para ahli tafsir bil-Ra’yi adalah :
1).     Abu Bakar As-Sam (Mu’tazilah)
2).     Abu Muslim Muhammad Ibnu Bahar (Mu’tazilah)
3).     Ibnu Jaru Al-Asadi ( Mu’tazilah)
4).     Abu Ynus Abdus-Salam ( Mu’tazilah).

c. Dibidang Hadis:  Pada masa daulah Abbasiyah , muncul ahli-ahli hadis ternama, seperti :
1)      Imam Bukhary ( Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-mughirah bin Mardizah Al-Bukhary (194 -256 H). Karyanya yang terkenal adalah “Jami’us-Shahih Al-Bukhary”.
2)      Imam Muslim( Abu Muslim Ibnu Al-Hajaj Al-Qusairy An-Naisabury, dengan karyanya “Jami’us Shahih Muslim”.
3)      Abu Dawud , dengan karyanya “Sunan Abu Dawud”
4)      Imam At-Tirmidzi, dengan karyanya “ Sunan At-Turmudzy”
5)      An-Nasa’y, dengan karyanya “Sunan An-Nasa’y”
6)      Ibnu Majah , dengan karyanya “Sunan Ibnu Majah”

d. Dibidang Fiqih: Pada masa daulah Bani Abbas tumbuh dan berkembang ilmu fiqh. Secara garis besar fuqoha’ pada masa ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1).     Golongan Ahlur-Ra’yi , yang dipelopori oleh Imam Abu Hanifah.
2).     Golongan Ahlul-Hadis, yang dipelopori oleh Imam Ahmad bin Hambal.

          Sedangkan Imam Mujtahid madzhab yang terkenal adalah sebagai berikut :
1)   Imam Abu Hanifah ((Nu’man Bin Tsabit), lahir di Kuffah th.80 H.
Karyanya adalah Fiqhul Akbar dan Al-‘Alim wal-Muta’an Dasar/ pokok pegangan madzhab ini adalah : Al-qur’an , Hadis, Ijma’, Qiyas, dan Istihsan.
2)   Imam Malik (Abu Abdullah Malik bin Anas bin Amir bin Haris bin Ghiman bin Kutail bin Amir bin Haris Al-Ashobi), ia dikenal dengan sebutan Imam Darul Hijrah . Karyanya yang terbesar adalah kitab “Al-Muwatha’ ”.
3)   Imam Syafi’y ( Abu Abdullah Muhammad bin Idris Al-Hasyimi Al-Mutholibi bin Abbas bin Umar bin As-syafi’y). Ia lahir di Gaza Palestina th.150 H. dan wafat di Mesir th. 204 H. Dasar madzhab ini adalah : Al-qur’am, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Karyanya yang terkenal adalah: Al-Hujjah (Qaul Qodim), ditulis ketika berada di Bagdad. Dan kemudian ketika berada di Mesir karyanya adalah Al-Um dan Ar-Risalah. Dibidang hadits ia menulis Musnad As-Syafi’iy
4)    Imam Hambali (Ahmad bin Muhammad bin Hambal), lahir di Bagdad tahun 164 H.  Pokok-pokok madzhabnya adalah : Al-Qur’an Hadis, Fatwa sahabat, Ijma’, Qiyas, Istishab, Al-Mashalikhul mursalah, dan Al-Dzara’I. Ia tidak menuliskan kitab fiqih , namun pokok-pokok pikirannya dihimpun oleh para murid-muridnya. Ia menulis kitab hadis yang dikenal dengan “Musnad Ahmad bin Hambal” Ia juga tokoh yang menerima argumentasi dengan hadis mursal dan hadis dloif pada klasifikasi hasan.
5)   Dawud bin Khalf, sebagai pelopor madzhab Adzahiri

e. Dibidang Ilmu Kalam: Ilmu Kalam yang berkembang di masa Abbasiyah yaitu :
1)      Faham Jabariyah yang dipelopori oleh Jaham bin Sufyan dan Ja’du bin Dirham
2)      Faham Qadariyah yang dipelopori oleh Ghilan Al-Dimisqy dan Ma’bad Al-Juhani.
3)      Faham Mu’tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha’
4)      Faham Ahlus-Sunnah yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’ary dan Imam Ghozali.

e. Dibidang Tasawuf: Tokoh-tokoh Tasawuf /ahli sufi pada masa Abbasiyah yaitu ;
1)      Sufyan As-Saury dan Abu Hasyim , dengan faham Zuhud
2)      Rabi’ah Al-Adawy dengan faham Mahabbah
3)      Zun-Nun Al-Misry  dan Junaid Al-Bagdady dengan Ma’rifat.
4)      Abu Yazid Al Bustami dengan faham Fana, Baqa, dan Ittihad
5)      Al-Halaj dengan faham Hulul.
6)      Imam Al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulumuddin  
7)      Al-Qusairi dengan karyanya Risalatul-Qusairiyah.

E.        Kemunduran dan Kehancuran Daulah Bani Abbasiyah disebabkan oleh dua factor[7] :
Pertama; Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah dari dalam istana internal dan Kedua; Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah dari dalam istana Eksternal. Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah dari dalam istana internal yaitu:
a).   Para khalifahnya terlalu besar memberi kepercayaan yang besar kepada bangsa lain, sehingga terjadi persaingan antara bangsa Persia dengan bangsa Arab, dan  bangsa Turki
b).   Kecenderungan para khalifah hidup mewah dan berfoya-foya, khalifah pengganti mereka hidup lebih mewah daripada khalifah sebelumnya
c).   Para khalifah banyak yang kurang cakap dalam menjalankan dan mengendalikan pemerntahan.
d).   Timbulnya gerakan kebangsaan anti Arab / fanatisme kesukuan.
e).   Tidak ada kemampuan mengontrol/mengawasi wilayah yang sangat luas
f).    Tingkat kepercayaan antar sesama pejabat/penguasa sangat rendah/ saling curiga-mencurigai.
g).   Menurunnya incaome Negara dari pajak
h).   Besarnya biaya untuk militer dan pengelolaan pemerintahan.
i).    Terjadinya perang salib 1095 yang dikobarkan oleh Paus Urbanus II.
j).    Disintegrasi
k).   Terjadinya pemberontakan,dan beberapa dinasti yang ingin memerdeka
kan diri diantaranyaPemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin loc –al
2.    Mereka  berhasil  memperoleh  kemerdekaan  penuh, seperti daulah Umayah  di  Spanyol (Andalusia), daulah bani Fathimiyah di Mesir, dan Daulah Idrisiyah di Maroko.  Para Gubernur  yang  ditunjuk oleh Khalif ah semakin kuat kedudukannya,  seperti Daulat Aghlabiyah  di Thunisia dan Thahiriyah  di Khurasan. Keruntuhan daulah Bani Abasiyah karena di  beberapa daerah propinsi tertentu para pemimpinnya  memiliki keku atan militer yang benar-benar independen, dan pada akhirnya beberapa dinasti memerdekakan diri dari kekuasaan dinasti Abbasiyah di Bagdad, diantaranya adalah :
a.     Bangsa  Persia:
1)    Dinasti Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)
2)    Dinasti Shafariyah di Farsh (254-290 H/ 868-901 M)
3)    Dinasti Samaniyah di Transoxania (261-389 H/873-998 M)
4)    Dinasti Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H/878-930 M)
5)    Buwaihiyah, dinasti ini kemudian dapat menguasai Bagdad (266-318 H /932-1055 M).
b.    Bangsa Turki
1)    Thuluniyah di Mesir (254-292 H/ 837-903 M)
2)    Ikhsyadiyah di Turkistan ( 320-560 H/ 932-1163 M)
3)    Ghaznawiyah di Afganistan (351-585 H/ 962-1189 M)
4)    Dinasti Saljuk dan cabang-cabangnya :
5)   Saljuk Besar atau Saljuk Agung , didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Thuqhrul  Bek ibnu Mikail ibnu Saljuk ibnu Tuqaq. Saljuk ini menguasai Bagdad dan memerinah selama 93 tahun (429-522 H/ 1037-1127 M)
6)   Saljuk Kirman di Kirman ( 433-583 H/ 1040-1187 M)
7)   Saljuk Syiria atau Syam di Syiria (487-511 H/ 1094-1117 M)
8)   Saljuk Iraq dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
c.     Saljuk Rum atau Asia Kecil di Asia Kecil (470-700 H/1077-1299 Bangsa Kurdi :
1)    Dinasti Al-Barzuqani (348-406 H/ 959-1015 M)
2)    Dinasti Abu Ali (380-489/ 990-1095 M)
3)    Dinasti Ayubiyah (564-648 H/ 1167-1250 M)
d.    Bangsa Arab :
1)    Dinasti Idrisiyah di Maroko (172-375 H/ 785-985 M )
2)    Dinasti Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/ 800-900 M)
3)    Dinasti Dulafiyah di Kurdistan ( 210-285 H/ 825-898 M)
4)    Dinasti Alawiyah di Tabaristan (250-316 H/864-928 M)
5)    Dinasti Hamdaniyah di Aleppo dan Maushul (317-394 H/929-1002 M)
6)    Dinasti Maziadiyyah di Hilah  (403-545 H/ 1011-1150 M)
7)    Dinasti Ukailiyyah di di Maushil (386-489 H/996-1085 M)
8)    Mairdasiyah di Aleppo ( 414-472 H/10231079 M)
9).   Serangan tentara Mongol pimpinan Hulagukhan yang menghancurkan      Bagdad tahun 1258 M.Dengan demikian maka berkhirlah kedaulatan dinasti Bani Abbasiyah.

Kedua: Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah dari Eksternal Ancaman dari Luar
Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Di samping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur:
a). Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b). Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II(1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.
c). Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawiyang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.
d). Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
e). Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.
f).   Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami, seorang Syi'ah ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".
g).   Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.
Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syriadan Mesir.  Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.




F.Penutup

Sejarah Berdirinya Daulah Bani Abbasiyah (132 - 656H / 750 - 900 - 1258 M) abad ke -8 Masehi kebencian terhadap pemerintah dinasti Umayah tersebar luas, kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan bani Umayah bermunculan dimana-mana Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun 132- 656 H / 750 -1258 M. Lima setengah abad lamanya keluarga Abbasiyah Mendu- duki singgasana khilafah Islamiyah. Pusat pemerintahannya di kota Baghdad.
Di antara kota pusat peradaban pada masa dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan Samarra. Bangdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan Khalifah Abu Jafar Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ketika banyak terjadi pemberontakan, kekuatan Dinasti Abbasiyah pun melemah. Sehingga terjadi kegoncangan kekuasaan yang berakhir dengan disintegrasi wilayah dan keruntuhan dinasti ini[8].












Daftar Perpustakaan

[1].Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Jogjakarta: Saufa, 2014),
2.Abdul Salam, Sains dan Dunia Islam. (Bandung: Perpustakaan Islam ITB, 1983),
3. Ahmad Syadali dan Mudzakir. Filsafat Umum. Bandung:Penerbit Pustaka Setia .1997.
4. Ahmad Syafi’i Ma’arif, M. Amin Abdullah, 
5. Hasaruddin, Pluralitas Agama Dan Kebijakan Politik Pada Masa Abbasiyah, (Makassar: Alauddin University Press, 2011),
6. Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Yokyakarta: Kota Kembang, 1989),
7. Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011),
8. Muchlis Usman. Filsafat Hukum Islam. Malang: LBB Yan’s Press. 1994
9. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Cet.III, Jakarta Agung, 1981),
10.Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: amzah, 2010
11.W.Montgomery Watt, The Majesty That was Islam. Terj, Hartono Hadikusumo, Kejayaan Islam; Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. (Yokyakarta: Tiara Wacana, 1990),


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah mengenai Hari Raya Idul Fitri

MAKALAH TENTANG SISTIM EKONOMI ISLAM

POTRET IMAGENASI DIKISAHKAN OLEH APAYUS ALUE GAMPOENG TENTANG Kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah