Bagaimana Hukum Menggerak-Gerak Telunjuk Jari Dalam Shalat
Bagaimana Hukum Menggerak-Gerak Telunjuk Jari Dalam Shalat
B.Tasyahud Akhir Bacaan tasyahud akhir / tahiyat akhir ialah tahiyat awal yang ditam bah dengan shalawat atas Nabi Muhammad,dan lafazhnya sebagai berikut : وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ Bacaannya: Wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad Artinya : "Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad." Pada tahiyat akhir disunahkan membaca shalawat Ibrahimiyah .
آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيِدِ نَآ إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَّيِدِ نَآ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيِّدِ نَا إبْرَاهِيَمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِ نَاإِبْرَاهِيْمَ فى اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Bacaannya:
Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim wa baarik 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim fil-'aalamiina innaka hamiidum majiid.
C.Rukun shalat salah satunya adalah duduk tasyahhud akhir dan membaca tasyahhud.pada saat membaca tasyahud akhir yaitu tepatnya ketika sampai pada lafadz:
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله
orang yang shalat (mushalli) disunnahkan mengangkat jari telunjuk tangan kanan. Namun dalam praktiknya, banyak dijumpai perbedaan cara di masyarakat, ada yang cukup mengangkat jari telunjuk dengan lurus tanpa menggerak-gerakkannya, dan ada pula yang mengangkat sekaligus menggerakkannya dengan berbagai gerakan, seperti memutar jari telunjuk dan jari telunjuk digerakkan naik turun.
1.Pertanyaannya:
Menurut pandangan fiqih, bolehkah menggerakkan jari telunjuk dengan berbagai model gerakan ketika tasyahhud, dan apakah pergerakan jari telunjuk tersebut bisa membatalkan shalat?
2.Jawaban:
a.Para Ulama berbeda tanggapan tentang menggerak-gerak telunjuk jari tersebut:
b.Batal shalat, jika pergerakan jari telunjuk diikuti dengan bergeraknya telapak tangan serta melebihi tiga kali gerakan.
c.Tala,aup bermain main sengaja bermain main
1.Hasyiah Bujairimi A’la Syarah Minhaj Jilid 1 Halaman 248 :
فَإِنْ حَرَّكَ كَفَّهُ فِيهَا ثَلَاثًا وَلَاءً بَطَلَتْ صَلَاتُهُ أَوْ اشْتَدَّ جَرَبٌ) بِأَنْ لَا يَقْدِرَ مَعَهُ عَلَى عَدَمِ الْحَكِّ فَلَا تَبْطُلُ بِتَحْرِيكِ كَفَّهُ لِلْحَكِّ ثَلَاثًا وَلَاءً لِلضَّرُورَةِ، وَهَذِهِ مِنْ زِيَادَتِي، وَبِهَا صَرَّحَ الْقَاضِي، وَغَيْرُهُ.
2. Tidak membatalkan shalat, apabila yang bergerak hanya jarinya saja, karena pergerakan jari telunjuk termasuk gerakan yang sedikit. Dan hukum pergerakan ini adalah makruh namun shalat tetap sah. Mahalli Hal 190 :
والكثرة)والقلة (بالعرف فالخطوتان أو الضربتان قليل والثلاث) من ذلك (كثير إن توالت) لا إن تفرقت بأن تمد الثانية مثلا منقطعة عن الأولى عادة . (وتبطل بالوثبة الفاحشة) قطعا كما قال في أصل الروضة إلحاقا لها بالكثير (لا الحركات الخفيفة المتوالية كتحريك أصابعه في سبحة أو حك في الأصح) إلحاقا لها بالقليل والثاني ينظر إلى كثرتها
Dan banyak dan sedikit itu tinjau pada 'uruf (adat/kebiasan), maka dua langkah dan dua tepukan adalah sedikit, sedangkan tiga dari demikian maka di anggap banyak jika beriringan, tidak dianggap banyak jika berhenti seperti panjang pada yang kedua yang terpisah dari yang pertama pada adat. Dan batal shalat dengan loncat yang keras, hal ini telah disepakati oleh ulama (qat’i), sebagaimana dikemukakan dalam asal raudhah, karena itu dihubungkan dengan yang banyak. Dan tidak batal disebabkan dengan gerakan yang ringan dan terus menerus, seperti gerakan jari telunjuk atau menggaruk dasar pendapat yang kuat, karena demikian dihubungkan dengan yang sedikit. Pendapat yang kedua ditinjau dari segi banyaknya bergerak.
Referensi:
1.Hasyiah Bujairimi A’la Syarah Minhaj Jilid 1 Halaman 248
2.Al Mahalli Hal 190
Wallahu alam
Pesantren Dayah Malikussaleh Panton Labu Fiqh, Ibadah, Shalat 27,April,2018
Ditulis Oleh;Tgk.Abdillah.SE
Deskripsi Masalah
A.Bacaan Tasyahud / Tahiyat Awal dan Tasyahud Akhir Duduk Tasyahud / Tahiyat Awal: Pada raka'at kedua, kalau shalat kita tiga raka'at atau empat raka'at, maka pada raka'at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud / tahiyat awal, dengan duduk kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki. Bacaan Tasyahud / Tahiyat Awal
آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
Bacaannya:
At-tahiyyatuul-mubaarakaatush-shalawaa tuth-thayyibaatu lillaah. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa ayhadu anna Muhammadar Rasulullaah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad.
Ditulis Oleh;Tgk.Abdillah.SE
Deskripsi Masalah
A.Bacaan Tasyahud / Tahiyat Awal dan Tasyahud Akhir Duduk Tasyahud / Tahiyat Awal: Pada raka'at kedua, kalau shalat kita tiga raka'at atau empat raka'at, maka pada raka'at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud / tahiyat awal, dengan duduk kaki kanan tegak dan telapak kaki kiri diduduki. Bacaan Tasyahud / Tahiyat Awal
آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
Bacaannya:
At-tahiyyatuul-mubaarakaatush-shalawaa tuth-thayyibaatu lillaah. As-salaamu 'alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-salaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish-shaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa ayhadu anna Muhammadar Rasulullaah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad.
Artinya :
"Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah. Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjat kan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melain kan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahilah rahmat kepda NabiMuhammad
B.Tasyahud Akhir Bacaan tasyahud akhir / tahiyat akhir ialah tahiyat awal yang ditam bah dengan shalawat atas Nabi Muhammad,dan lafazhnya sebagai berikut : وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ Bacaannya: Wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad Artinya : "Ya Allah! Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad." Pada tahiyat akhir disunahkan membaca shalawat Ibrahimiyah .
آلتَّحِيَّاتُ اْلمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُالطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًارَسُوْلُ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ سَيِّدِ نَامُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيِدِ نَآ إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَّيِدِ نَآ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيِّدِ نَا إبْرَاهِيَمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِ نَاإِبْرَاهِيْمَ فى اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Bacaannya:
Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim wa baarik 'alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa Muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa Ibrahiim wa 'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim fil-'aalamiina innaka hamiidum majiid.
C.Rukun shalat salah satunya adalah duduk tasyahhud akhir dan membaca tasyahhud.pada saat membaca tasyahud akhir yaitu tepatnya ketika sampai pada lafadz:
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله
orang yang shalat (mushalli) disunnahkan mengangkat jari telunjuk tangan kanan. Namun dalam praktiknya, banyak dijumpai perbedaan cara di masyarakat, ada yang cukup mengangkat jari telunjuk dengan lurus tanpa menggerak-gerakkannya, dan ada pula yang mengangkat sekaligus menggerakkannya dengan berbagai gerakan, seperti memutar jari telunjuk dan jari telunjuk digerakkan naik turun.
1.Pertanyaannya:
Menurut pandangan fiqih, bolehkah menggerakkan jari telunjuk dengan berbagai model gerakan ketika tasyahhud, dan apakah pergerakan jari telunjuk tersebut bisa membatalkan shalat?
2.Jawaban:
a.Para Ulama berbeda tanggapan tentang menggerak-gerak telunjuk jari tersebut:
b.Batal shalat, jika pergerakan jari telunjuk diikuti dengan bergeraknya telapak tangan serta melebihi tiga kali gerakan.
c.Tala,aup bermain main sengaja bermain main
1.Hasyiah Bujairimi A’la Syarah Minhaj Jilid 1 Halaman 248 :
فَإِنْ حَرَّكَ كَفَّهُ فِيهَا ثَلَاثًا وَلَاءً بَطَلَتْ صَلَاتُهُ أَوْ اشْتَدَّ جَرَبٌ) بِأَنْ لَا يَقْدِرَ مَعَهُ عَلَى عَدَمِ الْحَكِّ فَلَا تَبْطُلُ بِتَحْرِيكِ كَفَّهُ لِلْحَكِّ ثَلَاثًا وَلَاءً لِلضَّرُورَةِ، وَهَذِهِ مِنْ زِيَادَتِي، وَبِهَا صَرَّحَ الْقَاضِي، وَغَيْرُهُ.
2. Tidak membatalkan shalat, apabila yang bergerak hanya jarinya saja, karena pergerakan jari telunjuk termasuk gerakan yang sedikit. Dan hukum pergerakan ini adalah makruh namun shalat tetap sah. Mahalli Hal 190 :
والكثرة)والقلة (بالعرف فالخطوتان أو الضربتان قليل والثلاث) من ذلك (كثير إن توالت) لا إن تفرقت بأن تمد الثانية مثلا منقطعة عن الأولى عادة . (وتبطل بالوثبة الفاحشة) قطعا كما قال في أصل الروضة إلحاقا لها بالكثير (لا الحركات الخفيفة المتوالية كتحريك أصابعه في سبحة أو حك في الأصح) إلحاقا لها بالقليل والثاني ينظر إلى كثرتها
Dan banyak dan sedikit itu tinjau pada 'uruf (adat/kebiasan), maka dua langkah dan dua tepukan adalah sedikit, sedangkan tiga dari demikian maka di anggap banyak jika beriringan, tidak dianggap banyak jika berhenti seperti panjang pada yang kedua yang terpisah dari yang pertama pada adat. Dan batal shalat dengan loncat yang keras, hal ini telah disepakati oleh ulama (qat’i), sebagaimana dikemukakan dalam asal raudhah, karena itu dihubungkan dengan yang banyak. Dan tidak batal disebabkan dengan gerakan yang ringan dan terus menerus, seperti gerakan jari telunjuk atau menggaruk dasar pendapat yang kuat, karena demikian dihubungkan dengan yang sedikit. Pendapat yang kedua ditinjau dari segi banyaknya bergerak.
Referensi:
1.Hasyiah Bujairimi A’la Syarah Minhaj Jilid 1 Halaman 248
2.Al Mahalli Hal 190
Wallahu alam
Komentar