Pemakaman
FARDHU KIFAYAH TERHADAP PEMAKAMAN.
Dayah Malikussaleh Panton labu
posted by:
oleh waled blang jruen
Seorang
mayat dimakamkan di dalam lahd
(lieng lhok; Aceh) dengan menghadap kiblat.
|
(وَيُدْفَنُ)
الْمَيِّتُ (فِيْ لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ)
|
||
Lahd, dengan huruf lam
yang terbaca fathah dan dlammah, dan huruf
ha’ yang terbaca sukun, adalah bagian yang digali di sisi liang kubur bagian
bawah di arah kiblat kira-kira seukuran yang bisa memuat dan menutupi mayat.
|
وَاللَّحْدُ
بِفَتْحِ اللَّامِ وَضَمِّهَا وَسُكُوْنِ الْحَاءِ مَا يُحْفَرُ فِيْ أَسْفَلِ
جَانِبِ الْقَبْرِ مِنْ جِهَةِ الْقِبْلَةِ قَدْرَ مَا يَسَعُ الْمَيِّتَ
وَيَسْتُرُهُ
|
||
Mengubur
di dalam lahd itu lebih utama dari- pada mengubur di
dalam syiqq jika postur tanahnya keras.
|
وَالدَّفْنُ
فِيْ اللَّحْدِ أَفْضَلُ مِنَ الدَّفْنِ فِي الشَّقِّ إِنْ صَلُبَتِ الْأَرْضُ
|
||
Syiqq adalah
galian yang berada di bagian tengah liang kubur yang berbentuk seperti
selokan air, di bangun kedua sisinya, mayat di letakkan di antara kedua sisi
tersebut dan di tutup dengan bata mentah atau sesamanya.
|
وَالشِّقُّ
أَنْ يُحْفَرَ فِيْ وَسَطِ الْقَبْرِ كَالنَّهْرِ وَيُبْنَى جَانِبَاهُ
وَيُوْضَعُ الْمَيِّتُ بَيْنَهُمَا وَيُسْقَفُ عَلَيْهِ بِلَبِنٍ وَنَحْوِهِ
|
||
Sebelum
dimasukkan, mayat diletakkan di sisi belakang / bagian kaki kubur.
|
وَيُوْضَعُ
الْمَيِّتُ عِنْدَ مُؤَخِّرِ الْقَبْرِ
|
||
Di
dalam sebagian redaksi, setelah kata-kata “menghadap kiblat”, ada tambahan
keterangan.
Yaitu,
mayat di turunkan ke liang kubur dimulai dari arah kepalanya, maksudnya
dimasukkan dengan cara yang halus tidak kasar.
|
وَفِيْ
بَعْضِ النُّسَخِ بَعْدَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ زِيَادَةٌ وَهِيَ
(وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ) أَيْ سَلًّا (بِرِفْقٍ) لَابِعَنْفٍ
|
||
|
|
||
Orang
yang memasukkan mayat ke liang lahd, sunnah mengucapkan,
"بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ"
“Dengan Mennyebut Nama Allah. Dan atas agama Rasulullah SAW” Dan mayat diletakkan didalam kubur
dengan posisi tidur miring setelah kubur tersebut digali sedalam ukuran orang
berdiri dan melambaikan tangan.
|
(وَيَقُوْلُ الَّذِيْ
يُلْحِدُهُ "بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" وَيُضْطَجَعُ فِيْ الْقَبْرِ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ
قَامَةً وَبَسْطَةً)
|
||
Posisi
tidur miring dengan menghadap kiblat dan bertumpuh pada lambung mayat sebelah
kanan.
|
وَيَكُوْنُ
الْاِضْطِجَاعُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ عَلَى جَنْبِهِ الْأَيْمَنِ
|
||
Seandainya
mayat dikubur dengan posisi membelakangi kiblat atau terlentang, maka wajib
digali lagi dan di hadapkan ke arah kiblat, selama mayat tersebut belum
berubah.
|
فَلَوْ
دُفِنَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ أَوْ مُسْتَلْقِيًا نُبِشَ وَوُجِّهَ
لِلْقِبْلَةِ مَالَمْ يَتَغَيَّرْ
|
||
Bentuk
kubur tersebut diratakan, tidak dibentuk seperti punuk unta, tidak dibangun
dan tidak di tajshish, maksudnya makruh men-tajshishkubur
dengan gamping. Jash adalah
kapur yang diberi nama dengan gamping.
Menangisi
mayat
|
(وَيُسْطَحُ الْقَبْرُ)
وَلَا يُسْنَمُ (وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ ) أَيْ يُكْرَهُ
تَجْصِيْصُهُ بِالْجَصِّ وَهُوَ النَّوْرَةُ
الْمُسَمَّاةُ بِالْجِيْر
|
||
Tidak
masalah/tidak apa-apa menangisi mayat,
sebelum dan setelah meninggal dunia. Namun tidak menangis itu lebih utama. Namun menangisi orang
meninggal harus tidak sampai
teriak-teriak disertai mengeluh dan
tidak sampai menyobek pakaian.
|
(وَلَا بَأْسَ
بِالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ قَبْلَ الْمَوْتِ وَبَعْدَهُ وَتَرْكُهُ أَوْلَى وَيَكُوْنُ
الْبُكَاءُ عَلَيْهِ (مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ) أَيْ رَفْعِ صَوْتٍ بِالنَّدْبِ
(وَلَا شَقِّ ثَوْبٍ)
|
||
|
|
||
Dalam
sebagian redaksi menggunakan bahasa “jaib” sebagai ganti “tsaub”. Jaib adalah
kerah baju khamis.
WALLAHU 'AKLAM BISSAWAB
Referensi: Kitab Al Bajuri
|
وَفِيْ
بَعْضِ النُّسَخِ جَيْبٌ بَدَلَ ثَوْبٍ وَالْجَيْبُ طُوْقُ الْقَمِيْصِ
|
||
Komentar